- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Detektif Sekolahan
TS
mnafisalmukhdi1
Detektif Sekolahan
"Detektif Sekolahan" adalah buku -sebelumnya diary- ditulis oleh Idris, terkadang bersama Firdaus. Dalam buku ini, mereka menceritakan kasus yang mereka hadapi dan coba pecahkan selama mereka menjadi anak sekolahan.
Spoiler for Sinopsis:
Detektif Sekolahan adalah buku yang diceritakan berasal dari diaryMuhammad Idris dan terkadang Ahmad Firdaus. Mereka berdua adalah siswa MA Sukamawar kelas X, masing-masing dalam jurusan Agama dan Bahasa. Dalam buku ini, mereka menceritakan kasus yang mereka hadapi dan coba pecahkan selama menjadi anak sekolahan.
Cerita ini mengambil latar tempat di kota-kota fiksi, seperti Kota Sukamawar, Kebun Melati, Pasir Putih, Kota Dingin dan Kota Harapan. Di tempat-tempat tersebut, mereka menghadapi berbagai kasus yang unik.
Dalam perjalanan, mereka juga harus menghadapi berbagai tantangan seperti: Zain yang dulunya wakil ketua OSIS di MA Sukamawar namun mengabdikan dirinya sebagai seorang perancang kasus kejahatan; Dimas yang dipekerjakan oleh Kepolisian Kebun Melati karena kemampuan deduksinya yang membantu menemukan pelaku kejahatan namun juga Zain sebagai seorang ilusionis untuk menghiasi kasus yang dia ciptakan; dan Bagus sebagai ayah dari Zain yang dulunya kepala sekolah di MA Sukamawar namun sekarang menjadi ketua dari sebuah organisasi kejahatan yang menamai diri mereka Winter Flowers.
Cerita ini mengambil latar tempat di kota-kota fiksi, seperti Kota Sukamawar, Kebun Melati, Pasir Putih, Kota Dingin dan Kota Harapan. Di tempat-tempat tersebut, mereka menghadapi berbagai kasus yang unik.
Dalam perjalanan, mereka juga harus menghadapi berbagai tantangan seperti: Zain yang dulunya wakil ketua OSIS di MA Sukamawar namun mengabdikan dirinya sebagai seorang perancang kasus kejahatan; Dimas yang dipekerjakan oleh Kepolisian Kebun Melati karena kemampuan deduksinya yang membantu menemukan pelaku kejahatan namun juga Zain sebagai seorang ilusionis untuk menghiasi kasus yang dia ciptakan; dan Bagus sebagai ayah dari Zain yang dulunya kepala sekolah di MA Sukamawar namun sekarang menjadi ketua dari sebuah organisasi kejahatan yang menamai diri mereka Winter Flowers.
Spoiler for Daftar Isi:
- Kasus 1 - Pertemuan (1)
- Kasus 1 - Pertemuan (2)
- Kasus 2 - Kisah Kelam MA Sukamawar (1)
- Kasus 2 - Kisah Kelam MA Sukamawar (2)
- Kasus 3 - Pembunuhan di Rumah Maneken Lilin (1)
- Kasus 3 - Pembunuhan di Rumah Maneken Lilin (2)
- Kasus 3 - Pembunuhan di Rumah Maneken Lilin (3)
- Kasus 4 - Tragedi 17 Agustus (1)
- Kasus 4 - Tragedi 17 Agustus (2)
- Kasus 4 - Tragedi 17 Agustus (3)
- Kasus 4 - Tragedi 17 Agustus (4)
- Kasus 5 - Kebun Melati (1)
- Kasus 5 - Kebun Melati (2)
- Kasus 5 - Kebun Melati (3)
- Kasus 6 - 30 September (1)
- Kasus 6 - 30 September (2)
- Kasus 6 - 30 September (3)
- Kasus 6 - 30 September (4)
- Kasus 7 - Dark December: Pantai Perenggut Nyawa (1)
- Kasus 7 - Dark December: Pantai Perenggut Nyawa (2)
- Kasus 8 - Dark December: Pembunuhan Bos Hotel (1)
- Kasus 8 - Dark December: Pembunuhan Bos Hotel (2)
- Kasus 9 - Dark December: Tragedi Tahun Baru (1)
- Kasus 9 - Dark December: Tragedi Tahun Baru (2)
- Kasus 10 - Pembunuhan di Konser Musik Klasik (1)
- Kasus 10 - Pembunuhan di Konser Musik Klasik (2)
- Kasus 10 - Pembunuhan di Konser Musik Klasik (3)
- Kasus 11 - Pembukaan Winter Garden (1)
- Kasus 11 - Pembukaan Winter Garden (2)
- Kasus 11 - Pembukaan Winter Garden (3)
- Kasus 12 - Kota Dingin: Anak Kecil (1)
- Kasus 12 - Kota Dingin: Anak Kecil (2)
- Kasus 12 - Kota Dingin: Anak Kecil (3)
- Kasus 13 - Kota Dingin: Pembunuhan dalam Kereta (1)
- Kasus 13 - Kota Dingin: Pembunuhan dalam Kereta (2)
- Kasus 13 - Kota Dingin: Pembunuhan dalam Kereta (3)
- Kasus 14 - Legenda Iblis Merah (1)
- Kasus 14 - Legenda Iblis Merah (2)
- Kasus 14 - Legenda Iblis Merah (3)
- Kasus 14 - Legenda Iblis Merah (4)
- Kasus 14 - Legenda Iblis Merah (5)
- Kasus 14 - Legenda Iblis Merah (6)
- Kasus 15 - Kutukan
- Kasus 16 - Progres (1)
- Kasus 16 - Progres (2)
- Kasus 16 - Progres (3)
- Kasus 16 - Progres (4)
- Kasus 16 - Progres (5)
- Kasus 16 - Progres (6)
- Kasus 16 - Progres (7)
- Kasus 17 - Mencari Kebenaran (1)
- Kasus 17 - Mencari Kebenaran (2)
- Kasus 17 - Mencari Kebenaran (3)
- Kasus 17 - Mencari Kebenaran (4)
- Kasus 18 - Layunya Winter Flowers
- Kasus 19 - Perpisahan (1)
- Kasus 19 - Perpisahan (2)
- Epilog - Pasca Perpisahan
Cerita ini bisa juga Anda baca melalui Wattpad. Dukung saya dengan membeli karya ini dalam bentuk novel, bisa melalui lapak saya.
Diubah oleh mnafisalmukhdi1 24-11-2020 11:22
0
359
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
mnafisalmukhdi1
#3
Kasus 2 - Kisah Kelam MA Sukamawar (1)
Spoiler for Kasus 2 - Kisah Kelam MA Sukamawar (1):
Senin – 29 Juli. Aku berjalan mengelilingi sekolah baruku ini. Aku melakukannya karena mendengar ocehan para guru, tentang sesuatu yang mereka rahasiakan sejak dahulu. Ada hal besar yang akan terjadi hari ini dan saat itu aku belum mengetahuinya.
Saat aku berada di lorong utama, Firdaus menyapaku dari belakang. Dia menanyakan tujuanku, kujawab hanya sekedar berjalan biasa dan menanya balik kepadanya. Tujuannya adalah mengembalikan kamus ke perpustakaan. Aku menemaninya.
Sesampainya kami di perpustakaan, ternyata penjaganya tidak ada disana. "Hm, kalau begitu, buku ini kuletakkan di tempat asalnya dulu, nanti saja aku melapor, karena aku bergegas," ucap Firdaus sambil berjalan ke salah satu rak buku.
"Bergegas kemana?" tanyaku.
"Kemana lagi kalau bukan ke kelas."
Aku memintanya untuk tinggal sebentar disini karena ada yang ingin kubicarakan dengannya. Ketiadaan penjaga menjadi sebuah kesempatan yang sangat bagus untuk membahas ini.
Aku menanyakan dia tentang hal yang kudengar dari ocehan para guru itu. Rupanya dia lebih mengetahui dariku. "Ada sebuah ruangan di sekolah ini yang menyembunyikan semua barang-barang penting. Entah apa maksudnya."
Dia menjelaskan bahwa dia mendapat informasi itu dari kakaknya yang meninggal. Aku meminta izin kepadanya untuk menanyakan hal itu. Dia bercerita bahwa kakaknya meninggal di sekolah ini sepuluh tahun yang lalu, saat dia masih berusia enam tahun. Dia menjelaskan bahwa ada hal aneh. Punggung kakaknya terluka parah dan ketika jasadnya tiba di rumah, warna kulitnya sudah pucat.
"Aku turut berduka cita," kataku sambil menunduk.
Saat aku menunduk, aku melihat bayangan berwarna di bawah meja baca Firdaus. Aku langsung tiarap dan berusaha mengambil barang itu. "Buku Alumni MA Sukamawar Tahun Ajaran 2003/2004."
Di halaman ketiganya bertuliskan "Mengenang Andri, salah satu siswa terbaik kami yang tewas di sekolah ini". Firdaus melihat halaman itu dan mengatakan bahwa itu kakaknya.
"Tapi, kenapa mereka memilih kata 'tewas' daripada 'meninggal'. Bukannya lebih halus?" tanyaku.
Firdaus menjawab bahwa dia tidak tahu sama sekali tentang hal itu. Tidak lama kemudian, penjaga perpustakaan datang dan berkata,"Hei! Apa yang kamu lakukan dengan buku itu?! Sini serahkan!"
Aku pun sontak berdiri dan menyerahkan buku yang kuambil tadi. Firdaus kemudian juga berdiri, dan berkata kepada penjaga perpustakaan itu, "Anu, pak! Saya kemarin 'kan minjam kamus, barusan saya kembalikan, saya juga sudah letakkan di raknya."
"Atas nama?" "Ahmad Firdaus." Penjaga perpustakaan membuka buku catatannya dan menuliskan hal tersebut.
"Kalian tahu? Kalian sudah keterlaluan, mengambil buku ini tanpa izin." Penjaga perpustakaan memegang kembali buku alumni itu. "Maka oleh karena itu, keluar! Jangan kembali lagi!"
Kami diusir. Aku meminta maaf kepada Firdaus atas kesalahanku. Dia menjawab, "Tidak apa-apa." Kami hanya berjalan di lorong, dengan keheningan yang terasa.
"Kamu ingin ke kelas kah?" tanya Firdaus.
Aku menjawabnya dengan tidak. Aku mendengar rapat yang akan diadakan nanti berdampak dengan ditiadakannya pelajaran. Mereka katanya akan membahas sebuah hal lebih lanjut.
Firdaus nampak kesal. Aku memahami kekesalannya karena kami hanya sempat belajar di hari Sabtu kemarin dan tidak belajar lagi. Aku berpikiran positif bahwa para guru menyusun ulang jadwal agar tidak tabrakan dengan kelas lain
"Oh ya, kita 'kan belum pernah ke lantai dua. Kita kesana yuk!" Aku mengajak Firdaus agar dia tenang. Dia menerima ajakanku. Kami mulai berjalan menuju satu-satunya tangga untuk ke lantai dua.
Sesampainya di lantai dua, ternyata ada bapak kepala madrasah yang berdiri di dekat balkon. Saat itu aku belum tahu nama beliau.
"Halo pak!" sapa Firdaus.
"Halo nak!" jawab kepala madrasah sambil memandang kami.
"Sedang apa kalian disini?" tanya beliau.
"Kami ingin jalan-jalan," jawabku.
"Oh, silahkan. Tapi bapak peringatkan jangan pergi kesana!'' ucap kepala madrasah sambil menunjuk ke suatu arah.
"Siap pak!" kata Firdaus.
"Bapak turun dulu ya, kalian hati-hati," kata kepala madrasah sambil berjalan menuju tangga
"Baik pak!" jawabku.
"Kira-kira apa yang ada disana ya?" tanyaku penasaran sambil mendekati arah yang ditunjuk oleh kepala madrasah barusan
Firdaus diam, tapi dia mengikutiku. Aku tetap berjalan sampai tak sengaja terinjak sebuah pintu jebakan. Aku hampir terjatuh, tapi Firdaus berhasil menangkapku. Aku hanya terduduk, rasanya jantungku mau copot.
Cahaya masuk ke ruangan itu dari pintu ini. "Kemana ini?" tanya Firdaus sambil menengok ke bawah.
Aku teringat kejadian pekan tadi. Kami mencari tas biru Firdaus, ingin membuka sebuah ruangan namun terkunci. Firdaus nampaknya menyadari hal itu juga, mencurigai bahwa ruangan itu adalah ruangan yang terkunci kemarin.
Firdaus menyuruhku menunggu disini sementara dia turun ke lantai satu. Aku menunggunya sambil melihat ke dalam ruangan itu. Cahaya dari sini tidak cukup menerangi ruangan itu. Aku melihat beberapa barang namun aku tidak tahu itu apa.
Firdaus tiba di ruangan itu, aku bisa melihatnya dari atas sini. Dia membiarkan pintunya terbuka, namun aku memilih untuk menutup pintu jebakan ini. Aku yang sudah bisa menenangkan diri, turun juga dan mencari dimana dia. Aku sangat terkejut karena ternyata benar, itu ruangan yang terkunci kemarin.
Banyak hal menarik yang kami temukan disana. Mulai dari pecahan kaca, patahan kayu, dan beberapa paku yang dilumuri darah sampai ke beberapa tali yang terlihat seperti senar gitar, biola dan drum. Terlihat juga di ujung ruangan ini, tuts piano yang berhamburan serta recorder yang patah.
Suara sirine tiba-tiba terdengar. Pandanganku langsung menuju sumber suara. Sebuah mobil polisi datang ke sekolah kami. "Kenapa mereka datang kesini?" tanyaku.
Pertanyaanku terjawab disertai sebuah kebingungan. Kepala sekolah kami dikeluarkan dari kantornya dengan tangan yang diborgol.
Bersambung
Diubah oleh mnafisalmukhdi1 24-11-2020 11:26
0
Kutip
Balas
Tutup