- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
fernicos dan 153 lainnya memberi reputasi
138
373.2K
Kutip
1.9K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
kawan.betina
#687
[BOOK IV] Lembaran ke delapan dua - Salam perpisahan
Quote:
Pukul dua pagi gua termenung di ruang tengah, tatapan gua kosong, gua tidak tidur namun tidak juga menghayal, gua hanya menatap kosong tanpa memikirkan apa apa, entahlah malam ini terasa berat banget buat gua, caca sudah kembali istirahat, Doni dan Bobi memutuskan kembali ke kost, ipeh sudah di anter nyokap gua pulang, mereka batal menginap di rumah gua dan sekarang nyokap gua juga sedang istirahat di kamar.
"Sayang" gua kaget mendengar suara mama gua memanggil.
"iya mah, ga tidur mah?"
"Harusnya mama yang tanya, kenapa ian ga tidur" mama gua duduk di samping gua, mengelus elus rambut gua, sentuhan seorang ibu yang sudah jarang gua dapat.
"Caca udah cerita ke kamu?" tanya mama gua.
"iya dan harusnya mama bilang ke ian, pasti berat bagi caca menanggung semua itu sendirian mah" gua mulai mengingat ingat cerita caca, entah walau dulu caca sudah putus dengan gua tapi gua merasa apa yang terjadi dengan caca sekarang adalah tangggung jawab gua.
"Carlin tidak sendiri, Mama selalu mantau carlin, mama melakukan ini semua buat ian karena mama ga ingin kamu kefikiran sayang"
"Semua selalu buat ian, untuk ian, kenapa orang harus dikorbankan untuk ian" protes gua,
"Carlin melakukan itu semua karena sayang sama kamu sayang, bayangkan rasa bersalahnya carlin bila gara gara dia kamu malah tidak fokus untuk masa depanmu"
Gua terdiam,tapi gua tetap tidak terima alasan mama gua.
"Setiap tindakan ada konsekuensinya ian, inilah hidup, mama tidak menghakimi carlin tapi ketika dia membuat sebuah kesalahan maka dia harus bisa menanggung konsekuensinya, tentu mama selalu menolongnya, karena carlin sudah mama anggap anak mama sendiri"
"terus kenapa tiba-tiba mama sekarang bawa caca kesini dan memberitahu ian semuanya"
"karena semua ini tak akan bisa selamanya akan dirahasiakan"
"dan ? ian yakin bukan cuma ini, pasti ada alasan yang lebih besar" tanya gua, mama gua terdiam sejenak, sepertinya sesuatu ini cukup berat untuk diucapkan.
"Ada seseorang yang datang melamar carlin, dia pria yang baik, sudah cukup mapan, memang usianya sudah akan menginjak kepala 3, pria ini juga banyak membantu carlin selama di malang, carlin cukup dekat dengan pria ini, dia keponakan dari teman mama , tempat carlin selama ini mama titipkan"
"terus untuk apa ian tahu semua ini?" tanya gua, jujur gua bener bener bingung, gua bukan orang tua carlin, atau siapa siapa carlin yang harus tau urusan itu.
"Carlin akan setuju menerima lamaran pria itu bila kamu mengizinkannya"
"Apa hubungannya dengan Ian mah, carlin sudah dewasa dan sudah bisa memutuskan apa yang dilakukannya sendiri" kata gua emosi, gua bingung sekarang, kenapa bisa seperti ini.
"Carlin masih belum tidur, dia awalnya ingin bicara langsung dengan ian tapi dia masih belum sanggup, makanya mama yang bicara sekarang Kau temui dia, tanyakan langsung agar kamu bisa mengerti"
Aku diam sejenak, mama gua juga tidak bicara apa apa, mama gua tahu gua sedang mengumpulkan energi untuk mendengar alasan carlin dan juga meredam emosi agar tidak terjadi apa apa nantinya. Butuh 10 menit untuk gua beranikan diri masuk kekamar carlin, carlin nampak duduk di kasur sambil memeluk kakinya, wajahnya dia sembunyikan di balik kedua lututnya, terdengar suara tangis kecil carlin, Carlin tahu kedatangan gua, dia hanya diem, dan gua juga tidak mengeluarkan sepatah katapun...
"Memang apa yang gua lakuin sekarang mungkin aneh menurut elo, ian" kata carin tiba tiba, dia sekarang berani mengangkat wajahnya dan melihat ke gua, wajahnya memerah karena telah lama menangis.
"Gua masih merasa elo bagian dari gua, gua merasa ada sebagian hati gua yang tertinggal dan masih berada dihati elo ian, ini sebabnya gua ingin meminta izin ke elo untuk memulai hidup baru dengan orang lain, mungkin dengan ini hati gua yang tertinggal bisa kembali lagi melengkapi hati gua, gua merasa bila mendapat izin elo, gua bisa sedikit melupakan bayang bayang elo yang sampai sekarang masih menghantui gua ian, apa elo izinin gua buat memulai hidup baru"
"Ya" kata gua cepat...
"ian" kata caca memastikan, walau dia tampak bingung karena jawaban gua yang cepat.
"Jawaban gua ya, Kalau elo merasa izin gua bisa membuat elo lebih bahagia, maka Gua mengatakan Iya" gua mengatakan semua ini dengan wajah tanpa senyum, tidak marah, tidak cemberut tapi tanpa ekspresi...
"Gua akan mendoakan elo selalu agar bisa bahagia bersama dia" kata gua. lalu gua meninggalkan kamar itu.
Gua berjalan keluar rumah, air mata ini menetes tiba tiba. kenapa gua menangis? kenapa gua sesedih ini, padahal sedih gua sudah gua tuangkan 2 tahun lalu saat gua berpisah dengan caca ,kenapa masih tersisa rasa sedih yang mendalam di hati ini.
"Mau kemana sayang?"
"Mau cari udara mah, jangan khawatir mah, ian Ga apa apa"
kaki ini berjalan tanpa arah, mencoba merasakan dinginnya malam yang menusuk kulit, berharap dinginnya malam ini bisa mengalihkan dinginnya hati ini, gua masih bingung kenapa gua sesedih ini, apa karena gua merasa ga berguna, gua sudah meninggalkan caca yang sedang dalam cobaan berat, dan saat gua akan mulai untuk mencoba menolongnya ternyata sudah ada seseorang lain yang sudah bisa menuntunnya, apakah karena alasan ini gua bisa sesedih ini.
"Sayang" gua kaget mendengar suara mama gua memanggil.
"iya mah, ga tidur mah?"
"Harusnya mama yang tanya, kenapa ian ga tidur" mama gua duduk di samping gua, mengelus elus rambut gua, sentuhan seorang ibu yang sudah jarang gua dapat.
"Caca udah cerita ke kamu?" tanya mama gua.
"iya dan harusnya mama bilang ke ian, pasti berat bagi caca menanggung semua itu sendirian mah" gua mulai mengingat ingat cerita caca, entah walau dulu caca sudah putus dengan gua tapi gua merasa apa yang terjadi dengan caca sekarang adalah tangggung jawab gua.
"Carlin tidak sendiri, Mama selalu mantau carlin, mama melakukan ini semua buat ian karena mama ga ingin kamu kefikiran sayang"
"Semua selalu buat ian, untuk ian, kenapa orang harus dikorbankan untuk ian" protes gua,
"Carlin melakukan itu semua karena sayang sama kamu sayang, bayangkan rasa bersalahnya carlin bila gara gara dia kamu malah tidak fokus untuk masa depanmu"
Gua terdiam,tapi gua tetap tidak terima alasan mama gua.
"Setiap tindakan ada konsekuensinya ian, inilah hidup, mama tidak menghakimi carlin tapi ketika dia membuat sebuah kesalahan maka dia harus bisa menanggung konsekuensinya, tentu mama selalu menolongnya, karena carlin sudah mama anggap anak mama sendiri"
"terus kenapa tiba-tiba mama sekarang bawa caca kesini dan memberitahu ian semuanya"
"karena semua ini tak akan bisa selamanya akan dirahasiakan"
"dan ? ian yakin bukan cuma ini, pasti ada alasan yang lebih besar" tanya gua, mama gua terdiam sejenak, sepertinya sesuatu ini cukup berat untuk diucapkan.
"Ada seseorang yang datang melamar carlin, dia pria yang baik, sudah cukup mapan, memang usianya sudah akan menginjak kepala 3, pria ini juga banyak membantu carlin selama di malang, carlin cukup dekat dengan pria ini, dia keponakan dari teman mama , tempat carlin selama ini mama titipkan"
"terus untuk apa ian tahu semua ini?" tanya gua, jujur gua bener bener bingung, gua bukan orang tua carlin, atau siapa siapa carlin yang harus tau urusan itu.
"Carlin akan setuju menerima lamaran pria itu bila kamu mengizinkannya"
"Apa hubungannya dengan Ian mah, carlin sudah dewasa dan sudah bisa memutuskan apa yang dilakukannya sendiri" kata gua emosi, gua bingung sekarang, kenapa bisa seperti ini.
"Carlin masih belum tidur, dia awalnya ingin bicara langsung dengan ian tapi dia masih belum sanggup, makanya mama yang bicara sekarang Kau temui dia, tanyakan langsung agar kamu bisa mengerti"
Aku diam sejenak, mama gua juga tidak bicara apa apa, mama gua tahu gua sedang mengumpulkan energi untuk mendengar alasan carlin dan juga meredam emosi agar tidak terjadi apa apa nantinya. Butuh 10 menit untuk gua beranikan diri masuk kekamar carlin, carlin nampak duduk di kasur sambil memeluk kakinya, wajahnya dia sembunyikan di balik kedua lututnya, terdengar suara tangis kecil carlin, Carlin tahu kedatangan gua, dia hanya diem, dan gua juga tidak mengeluarkan sepatah katapun...
"Memang apa yang gua lakuin sekarang mungkin aneh menurut elo, ian" kata carin tiba tiba, dia sekarang berani mengangkat wajahnya dan melihat ke gua, wajahnya memerah karena telah lama menangis.
"Gua masih merasa elo bagian dari gua, gua merasa ada sebagian hati gua yang tertinggal dan masih berada dihati elo ian, ini sebabnya gua ingin meminta izin ke elo untuk memulai hidup baru dengan orang lain, mungkin dengan ini hati gua yang tertinggal bisa kembali lagi melengkapi hati gua, gua merasa bila mendapat izin elo, gua bisa sedikit melupakan bayang bayang elo yang sampai sekarang masih menghantui gua ian, apa elo izinin gua buat memulai hidup baru"
"Ya" kata gua cepat...
"ian" kata caca memastikan, walau dia tampak bingung karena jawaban gua yang cepat.
"Jawaban gua ya, Kalau elo merasa izin gua bisa membuat elo lebih bahagia, maka Gua mengatakan Iya" gua mengatakan semua ini dengan wajah tanpa senyum, tidak marah, tidak cemberut tapi tanpa ekspresi...
"Gua akan mendoakan elo selalu agar bisa bahagia bersama dia" kata gua. lalu gua meninggalkan kamar itu.
Gua berjalan keluar rumah, air mata ini menetes tiba tiba. kenapa gua menangis? kenapa gua sesedih ini, padahal sedih gua sudah gua tuangkan 2 tahun lalu saat gua berpisah dengan caca ,kenapa masih tersisa rasa sedih yang mendalam di hati ini.
"Mau kemana sayang?"
"Mau cari udara mah, jangan khawatir mah, ian Ga apa apa"
kaki ini berjalan tanpa arah, mencoba merasakan dinginnya malam yang menusuk kulit, berharap dinginnya malam ini bisa mengalihkan dinginnya hati ini, gua masih bingung kenapa gua sesedih ini, apa karena gua merasa ga berguna, gua sudah meninggalkan caca yang sedang dalam cobaan berat, dan saat gua akan mulai untuk mencoba menolongnya ternyata sudah ada seseorang lain yang sudah bisa menuntunnya, apakah karena alasan ini gua bisa sesedih ini.
bebyzha dan 41 lainnya memberi reputasi
42
Kutip
Balas
Tutup