- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
fernicos dan 153 lainnya memberi reputasi
138
373.2K
Kutip
1.9K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
kawan.betina
#684
[BOOK IV] Lembaran ke tujuh sembilan - kosong
Quote:
Pesan singkat dari Dinda.
===============
DI ALUN ALUN
BESOK SORE JAM 4
================
Seperti biasa alun-alun kota malang mulai ramai karena akan menjelang malam, dari pedagang kaki lima yang dengan bebas berjualan di dalam lingkungan alun alun dan pengunjung lainya yang hendak mengisi waktu luang dengan keluarga maupun orang tercinta, dan gua duduk di tengah taman dekat air mancur sambil melihat anak-anak yang sedang berlari kesana kemari sambil mengejar balon gas yang mereka beli.
Pukul 5 sore dinda belum tampak, lebih dari satu jam gua di sini tapi entahlah gua tak terlalu keberatan karena sambil menunggu dinda, gua bisa bercengkrama dengan ibu-ibu penjualan tahu petis, dan beberapa bapak-bapak yang menjajakan mainan, 1 jam gua dapet pelajaran hidup yang banyak yang tidak bisa gua dapatkan dari 14 SKS belajar kalkulus selama 4 semester...
Adzan berkumandang, malu rasanya selama di malang gua ga pernah menyempatkan sholat di masjid terbesar di kota ini sebuah masjid besar yang sangat strategis berada di antara alun alun, pasar besar, bahkan sebuah mal, kantor bupati , kantor pos, sampai sebuah bank, semoga saja masjid yang besar ini dapat mengingatkan setiap orang yang berada dalam kehidupan duniawinya untuk menyisikan waktunya sejenak, menghadap ilahi dan melaporkan apa saja yang mereka perbuat dalam jeda di antara solat solat mereka. Jam 7 malam, gua baru keluar dari masjid, di dalam masjid ternyata nyaman banget, sempat ngobrol-ngobrol dengan pedagang balon gas, yang bercerita kalau tiap hari dia pasti sholat di masjid ini, di tengah kesibukannya menjajakan balon gas keliling, katanya kalau ga sholat di masjid ini, rasanya ga afdol.sebuah tindakan yang patut di contoh dari seorang yang begitu sederhana.
Begitulah mungkin dengan hati, bukan masalah seberapa baik dan seberapa hebat orang yang kita cintai, tapi apakah dia bisa memberikan kenyamanan dalam hidup elo, seperti bapak bapak penjual balon yang merasa sudah nyaman dengan ibadah yang dia lakukan di masjid ini, dan gua mulai bertanya, apakah gua sudah mendapatkan kenyamanan itu, atau hanya terpaksa menjalani rutinitas karena sudah terbiasa saja. memang gua ga bisa menjawabnya sekarang karena pelajaran hidup ini tak bisa kita pelajari hanya dari pukul 4 sore sampai 7 malam, butuh puluhan tahun agar bisa memahami, bagaimana kita harus bersikap dengan bijak
=========================
AKU UDAH DI ALUN ALUN,
Di depan kantor POS
Kamu pasti udah pulang kan?
=========================
Tunggu 20 detik,
aku di depan masjid, habis sholat
================================
"Hai din?" kata gua, Dinda terlihat kaget, dia mungkin mengira gua udah pergi tanpa menunggu dia.
"Sayang, eh kak masih di sini" dinda terlihat salah tingkah.
"Lo Irvan ya? Salam kenal nama gua ian, kalian habis jalan jalan kemana aja?" tanya gua.
"Salam kenal juga kak tapi siapa yang ga kenal kakak di kampus, kakak sering diceritain dosen dosen dan kakak tingkat yang lain,” jawab Irvan.
“Kami gak kemana mana kok, di kota malang malang aja," Balas Dinda.
"Kok gua baru tahu ternyata sekarang di kota malang udah ada cabang Jatim park 2 ya? baru" Gua menunjuk kearah gelang yang dipakai Dinda dan irvan, sebuah gelang yang merupakan tiket masuk bila memasuki taman bermain Jawa timur Park 2 di Batu.
"Hh iya kak tadi mampir ke batu sebentar" Irvan terlihat bingung, Dinda menatap gua dengan agak gelisah, namun terlihat sambil menahan air matanya.
"Jadi? Bagaimana?" gua bertanya, entah apa maksud pertanyaan gua, agak sedikit sakit memang dihati ini melihat kenyataan yang ada tapi gua berusaha terlihat tetap tenang.
Irvan mencoba mundur satu langkah seolah memberi ruang untuk Dinda berbicara. Mulut dinda terlihat masih kaku.
“Ucapin apa yang ada di kepalamu, din.” kata gua.
“Kakak jahat,” kata Dinda. Suaranya serak, Irvan mendekti linda dan memegang pundaknya untuk membuat Dinda tenang. hati gua terasa perih.
"Kakak udah buat dinda kecewa " dinda mencoba menahan tangisnya walaupun air matanya tak bisa dibendung lagi
"Dinda udah nunggu kakak semalaman, Papa sama Mama dinda juga ada disana, mereka juga nungguin kakak, Dinda udah janji untuk kenalin mereka kepada kakak tapi kakak sudah rusak kepercayaan keluarga Dinda.” kata Dinda dengan suara terbata bata. Gua hanya bisa menghela nafas.
“Padahal Dinda masih berharap alasan yang masuk akal dari kakak kenapa sampai tidak datang ke kosan dinda dan ponsel kakak sampai mati. Tapi tapi kakak malah jalan sama cewek lain, cewek yang sudah dinda wanti wanti harus menjauh dari kakak. Kak Linda, kenapa kakak tega jalan dengan cewek lain di belakang Dinda. Pergi ke batu, dengan cewek lain, dinda gak habis fikir.” Lanjut Dinda.
“kamu tahu itu dari mana?”
“Kakak tidak perlu tahu Dinda dapat informasi dari mana, tapi jelas Kakak sudah membuat Dinda kecewa. Kakak sudah khianati kepercayaan Dinda selama ini, sakit kak, sakit,” kata Dinda.
"Kakak minta maaf tapi kenapa dia?” kata Gua seolah menunjuk kearah Irvan. Mempertanyakan kenapa secepat itu ada cowok lain diantara kami.
"Irvan dateng ketika kakak ga ada, dia kasih semangat buat dinda, dia selalu baik banget sama dinda, walau dinda masih sayang banget sama kakak tapi dinda juga mulai sayang sama Irvan. Dia bantu Dinda untuk lepas dari kesedihan ini kak, kesedihan yang kakak buat" kata-kata dinda membuat gua sedikit kaget dan tentu membuat irvan bingung mangambil sikap, dia pasti sangat canggung dengan kondisi ini, berada di antara dua pertengkaran dua sejoli dan dia sebagai orang ketiga
"Dinda masih kecewa kak, Dinda tidak bisa melanjut hubungan ini dengan kakak" Kata kata dinda menusuk dalam hati, sakit tapi sedetik kemudian hati ini terasa dingin dan membeku, dingin sekali seperti hampa tak ada udara. Dinda menangis memeluk irvan, gua berbalik dan tahu kehadiran gua sudah terlalu absurd disini, gua dicampakkan? Mungkin begitulah bahasanya kekiniannnya.
“Din sebelum gua pergi,” kata Gua. Dinda menatap gua. “Gua gak tahu kamu dapat informasi dari mana tapi gua tidak pergi berdua, gua pergi bertiga.” kata Gua dengan suara yang sudah serak.
"Bertiga?" kata dinda pelan. Dinda menatap Irvan seolah menanyakan sesuatu.
"Hal itu yang kakak mau jelaskan, Di ainata gua dan Linda disana juga ada Vita. Kakak tahu kakak salah, kakak benar-benar lupa kalau orang tua dinda mau ke sini. Waktu itu ada masalah dalam kelompok belajar kakak, ada konflik yang harus segera kami selesaikan dan kakak berinisiatif untuk menenangkan teman teman kelompok kakak yang waktu itu mereka sampai menangis, dan kakak sama Linda sama Vita ke payung buat nenangin suasana, kakak mengaku salah, tindakan kakak memang tak bisa dibenarkan. Kamu hanya perlu tahu itu."
“Kenapa kakak gak kasih kabar”
"Harusnya Kakak melakukan itu tapi waktu itu... ah sudah lupakan, sekarang sudah tidak penting lagi kan?" walaupun pada kenyataannya hape gua mati,tapi gua cukup mengaku salah dan ga akan membela diri. Semua sudah terlambat.
“Terima kasih sudah pernah sayang sama gua, Din. Gua gak menyangkan akan sesingkat ini. Maaf atas kekecewaan yang lo rasakan. Gua sayang sama elo, maaf.”
Gua berbalik lalu melangkah di tengah kerumunan orang yang sedang tersenyum dan tertawa di alun-alun kota malang meninggalkan seseorang yang gua cintai menangis di pundak orang yang dia sayangi. Ditengah keramaian itu gua terududuk di sudut alun alun sambil menunduk. Berharap hanya gua yang mengatahui kesedihan ini. Gua terdiam lama meratapi kebodohan gua selama ini.
Detik detik jam berlalu sangat pelan, tiba tiba seorang merangkulku lalu menarik tangan gua.
"Ayo pulang elo parkir di mana?" suara yang sangat gua kenal, suara sahabat gua yang selalu ada buat gua, entah sejak kapan dia disini, apa mungkin dia menungguku di sini, atau dia tahu peristiwa ini akan terjadi.
"kok elo bisa di sini Peh?"
"Udah jangan tanya-tanya, mana mobil elo gua yang nyetir, " gua lalu melangkah menuju mobil dengan pelan.
Gua tidak menangis, tak ada air mata yang keluar tapi hati ini terasa sangat dingin, mata ini lebih sering kosong, apa begitu berartinya dinda buat gua tapi yang gua tahu, gua dari dulu selalu rindu kasih sayang, selalu kacanduan dengan kasih sayang dan perhatian, dan gua sadar dinda banyak memberikannya kepada gua. Kini semua itu secara sepihak akan lenyap begitu saja. Gua akan merindukan perhatiannya, gua akan merindukan kekonyolannya, gua akan merindukan marahnya, gua akan merindukan cemburunya, gua akan merindukan wajahnya , Terima kasih buat beberapa bulan ini din,
gua sayang banget sama elo....
"Elo super hebat mbel , elo orang yang tegar, sabar, dan selalu berusaha untuk mandiri dan berfikir sendiri, tapi gua tahu mbel, orang kayak elo bahkan butuh untuk menangis, tidak apa apa seorang pria menangisi seorang gadis yang dia cintai, itu tandanya elo masih menjadi manusia, dan mbel, gua tahu, elo ga setegar dan sehebat yang orang lihat, elo masih Adrian poetra, anak mami yang mencoba mandiri, anak mami yang baru belajar berdiri sendiri, anak mami yang gampang terlukai, elo masih adrian, buat gua mbel, elo masih adrian yang dulu seperti yang elo ceritain"
dan disaat itu air mata ini mulai mengalir.... dan hati ini terasa lebih hangat..
makasih ipeh, makasih Shifa....
===============
DI ALUN ALUN
BESOK SORE JAM 4
================
Seperti biasa alun-alun kota malang mulai ramai karena akan menjelang malam, dari pedagang kaki lima yang dengan bebas berjualan di dalam lingkungan alun alun dan pengunjung lainya yang hendak mengisi waktu luang dengan keluarga maupun orang tercinta, dan gua duduk di tengah taman dekat air mancur sambil melihat anak-anak yang sedang berlari kesana kemari sambil mengejar balon gas yang mereka beli.
Pukul 5 sore dinda belum tampak, lebih dari satu jam gua di sini tapi entahlah gua tak terlalu keberatan karena sambil menunggu dinda, gua bisa bercengkrama dengan ibu-ibu penjualan tahu petis, dan beberapa bapak-bapak yang menjajakan mainan, 1 jam gua dapet pelajaran hidup yang banyak yang tidak bisa gua dapatkan dari 14 SKS belajar kalkulus selama 4 semester...
Adzan berkumandang, malu rasanya selama di malang gua ga pernah menyempatkan sholat di masjid terbesar di kota ini sebuah masjid besar yang sangat strategis berada di antara alun alun, pasar besar, bahkan sebuah mal, kantor bupati , kantor pos, sampai sebuah bank, semoga saja masjid yang besar ini dapat mengingatkan setiap orang yang berada dalam kehidupan duniawinya untuk menyisikan waktunya sejenak, menghadap ilahi dan melaporkan apa saja yang mereka perbuat dalam jeda di antara solat solat mereka. Jam 7 malam, gua baru keluar dari masjid, di dalam masjid ternyata nyaman banget, sempat ngobrol-ngobrol dengan pedagang balon gas, yang bercerita kalau tiap hari dia pasti sholat di masjid ini, di tengah kesibukannya menjajakan balon gas keliling, katanya kalau ga sholat di masjid ini, rasanya ga afdol.sebuah tindakan yang patut di contoh dari seorang yang begitu sederhana.
Begitulah mungkin dengan hati, bukan masalah seberapa baik dan seberapa hebat orang yang kita cintai, tapi apakah dia bisa memberikan kenyamanan dalam hidup elo, seperti bapak bapak penjual balon yang merasa sudah nyaman dengan ibadah yang dia lakukan di masjid ini, dan gua mulai bertanya, apakah gua sudah mendapatkan kenyamanan itu, atau hanya terpaksa menjalani rutinitas karena sudah terbiasa saja. memang gua ga bisa menjawabnya sekarang karena pelajaran hidup ini tak bisa kita pelajari hanya dari pukul 4 sore sampai 7 malam, butuh puluhan tahun agar bisa memahami, bagaimana kita harus bersikap dengan bijak
=========================
AKU UDAH DI ALUN ALUN,
Di depan kantor POS
Kamu pasti udah pulang kan?
=========================
Tunggu 20 detik,
aku di depan masjid, habis sholat
================================
"Hai din?" kata gua, Dinda terlihat kaget, dia mungkin mengira gua udah pergi tanpa menunggu dia.
"Sayang, eh kak masih di sini" dinda terlihat salah tingkah.
"Lo Irvan ya? Salam kenal nama gua ian, kalian habis jalan jalan kemana aja?" tanya gua.
"Salam kenal juga kak tapi siapa yang ga kenal kakak di kampus, kakak sering diceritain dosen dosen dan kakak tingkat yang lain,” jawab Irvan.
“Kami gak kemana mana kok, di kota malang malang aja," Balas Dinda.
"Kok gua baru tahu ternyata sekarang di kota malang udah ada cabang Jatim park 2 ya? baru" Gua menunjuk kearah gelang yang dipakai Dinda dan irvan, sebuah gelang yang merupakan tiket masuk bila memasuki taman bermain Jawa timur Park 2 di Batu.
"Hh iya kak tadi mampir ke batu sebentar" Irvan terlihat bingung, Dinda menatap gua dengan agak gelisah, namun terlihat sambil menahan air matanya.
"Jadi? Bagaimana?" gua bertanya, entah apa maksud pertanyaan gua, agak sedikit sakit memang dihati ini melihat kenyataan yang ada tapi gua berusaha terlihat tetap tenang.
Irvan mencoba mundur satu langkah seolah memberi ruang untuk Dinda berbicara. Mulut dinda terlihat masih kaku.
“Ucapin apa yang ada di kepalamu, din.” kata gua.
“Kakak jahat,” kata Dinda. Suaranya serak, Irvan mendekti linda dan memegang pundaknya untuk membuat Dinda tenang. hati gua terasa perih.
"Kakak udah buat dinda kecewa " dinda mencoba menahan tangisnya walaupun air matanya tak bisa dibendung lagi
"Dinda udah nunggu kakak semalaman, Papa sama Mama dinda juga ada disana, mereka juga nungguin kakak, Dinda udah janji untuk kenalin mereka kepada kakak tapi kakak sudah rusak kepercayaan keluarga Dinda.” kata Dinda dengan suara terbata bata. Gua hanya bisa menghela nafas.
“Padahal Dinda masih berharap alasan yang masuk akal dari kakak kenapa sampai tidak datang ke kosan dinda dan ponsel kakak sampai mati. Tapi tapi kakak malah jalan sama cewek lain, cewek yang sudah dinda wanti wanti harus menjauh dari kakak. Kak Linda, kenapa kakak tega jalan dengan cewek lain di belakang Dinda. Pergi ke batu, dengan cewek lain, dinda gak habis fikir.” Lanjut Dinda.
“kamu tahu itu dari mana?”
“Kakak tidak perlu tahu Dinda dapat informasi dari mana, tapi jelas Kakak sudah membuat Dinda kecewa. Kakak sudah khianati kepercayaan Dinda selama ini, sakit kak, sakit,” kata Dinda.
"Kakak minta maaf tapi kenapa dia?” kata Gua seolah menunjuk kearah Irvan. Mempertanyakan kenapa secepat itu ada cowok lain diantara kami.
"Irvan dateng ketika kakak ga ada, dia kasih semangat buat dinda, dia selalu baik banget sama dinda, walau dinda masih sayang banget sama kakak tapi dinda juga mulai sayang sama Irvan. Dia bantu Dinda untuk lepas dari kesedihan ini kak, kesedihan yang kakak buat" kata-kata dinda membuat gua sedikit kaget dan tentu membuat irvan bingung mangambil sikap, dia pasti sangat canggung dengan kondisi ini, berada di antara dua pertengkaran dua sejoli dan dia sebagai orang ketiga
"Dinda masih kecewa kak, Dinda tidak bisa melanjut hubungan ini dengan kakak" Kata kata dinda menusuk dalam hati, sakit tapi sedetik kemudian hati ini terasa dingin dan membeku, dingin sekali seperti hampa tak ada udara. Dinda menangis memeluk irvan, gua berbalik dan tahu kehadiran gua sudah terlalu absurd disini, gua dicampakkan? Mungkin begitulah bahasanya kekiniannnya.
“Din sebelum gua pergi,” kata Gua. Dinda menatap gua. “Gua gak tahu kamu dapat informasi dari mana tapi gua tidak pergi berdua, gua pergi bertiga.” kata Gua dengan suara yang sudah serak.
"Bertiga?" kata dinda pelan. Dinda menatap Irvan seolah menanyakan sesuatu.
"Hal itu yang kakak mau jelaskan, Di ainata gua dan Linda disana juga ada Vita. Kakak tahu kakak salah, kakak benar-benar lupa kalau orang tua dinda mau ke sini. Waktu itu ada masalah dalam kelompok belajar kakak, ada konflik yang harus segera kami selesaikan dan kakak berinisiatif untuk menenangkan teman teman kelompok kakak yang waktu itu mereka sampai menangis, dan kakak sama Linda sama Vita ke payung buat nenangin suasana, kakak mengaku salah, tindakan kakak memang tak bisa dibenarkan. Kamu hanya perlu tahu itu."
“Kenapa kakak gak kasih kabar”
"Harusnya Kakak melakukan itu tapi waktu itu... ah sudah lupakan, sekarang sudah tidak penting lagi kan?" walaupun pada kenyataannya hape gua mati,tapi gua cukup mengaku salah dan ga akan membela diri. Semua sudah terlambat.
“Terima kasih sudah pernah sayang sama gua, Din. Gua gak menyangkan akan sesingkat ini. Maaf atas kekecewaan yang lo rasakan. Gua sayang sama elo, maaf.”
Gua berbalik lalu melangkah di tengah kerumunan orang yang sedang tersenyum dan tertawa di alun-alun kota malang meninggalkan seseorang yang gua cintai menangis di pundak orang yang dia sayangi. Ditengah keramaian itu gua terududuk di sudut alun alun sambil menunduk. Berharap hanya gua yang mengatahui kesedihan ini. Gua terdiam lama meratapi kebodohan gua selama ini.
Detik detik jam berlalu sangat pelan, tiba tiba seorang merangkulku lalu menarik tangan gua.
"Ayo pulang elo parkir di mana?" suara yang sangat gua kenal, suara sahabat gua yang selalu ada buat gua, entah sejak kapan dia disini, apa mungkin dia menungguku di sini, atau dia tahu peristiwa ini akan terjadi.
"kok elo bisa di sini Peh?"
"Udah jangan tanya-tanya, mana mobil elo gua yang nyetir, " gua lalu melangkah menuju mobil dengan pelan.
Gua tidak menangis, tak ada air mata yang keluar tapi hati ini terasa sangat dingin, mata ini lebih sering kosong, apa begitu berartinya dinda buat gua tapi yang gua tahu, gua dari dulu selalu rindu kasih sayang, selalu kacanduan dengan kasih sayang dan perhatian, dan gua sadar dinda banyak memberikannya kepada gua. Kini semua itu secara sepihak akan lenyap begitu saja. Gua akan merindukan perhatiannya, gua akan merindukan kekonyolannya, gua akan merindukan marahnya, gua akan merindukan cemburunya, gua akan merindukan wajahnya , Terima kasih buat beberapa bulan ini din,
gua sayang banget sama elo....
"Elo super hebat mbel , elo orang yang tegar, sabar, dan selalu berusaha untuk mandiri dan berfikir sendiri, tapi gua tahu mbel, orang kayak elo bahkan butuh untuk menangis, tidak apa apa seorang pria menangisi seorang gadis yang dia cintai, itu tandanya elo masih menjadi manusia, dan mbel, gua tahu, elo ga setegar dan sehebat yang orang lihat, elo masih Adrian poetra, anak mami yang mencoba mandiri, anak mami yang baru belajar berdiri sendiri, anak mami yang gampang terlukai, elo masih adrian, buat gua mbel, elo masih adrian yang dulu seperti yang elo ceritain"
dan disaat itu air mata ini mulai mengalir.... dan hati ini terasa lebih hangat..
makasih ipeh, makasih Shifa....
bebyzha dan 39 lainnya memberi reputasi
40
Kutip
Balas
Tutup