- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
fernicos dan 153 lainnya memberi reputasi
138
373.2K
Kutip
1.9K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
kawan.betina
#669
[BOOK IV] Lembaran ke tujuh tujuh- pura pura mati
Quote:
Rumah ini, rumah yang dulu gua sering kunjungi saat malam, Masa lalu, masa yang waktu itu gua harus kucing kucingan dengan orang-orang terdekat gua dengan identitas asli gua, dan gadis di rumah ini lah, gadis polos yang menganggapku residivis pencuri mobil. sudah lama sekali memang, banyak cerita yang terjadi dengannya, cerita indah sekaligus kadang Nyebelin
"Kok kita diem aja ian? ayo dong linda kayaknya udah nunggu kita di dalam." Vita kayaknya bingung melihat gua yang cuman diem di dalam mobil, tepat di depan rumahnya linda padahal dia juga ga turun duluan.
"lah kenapa enggak elo dulu vit , kenapa mesti gua?" kata gua balik.
"Gua nunggu elo siap, mungkin aja elo masih ga sanggup bertemu sekumpulan para mantan hahaha.."
"Yehh elo kali yang main mantan-mantanan, gua biasa aja vit, justru kalian yang gua khawatirin, nanti malah ga profesional"cetus gua
"Santai aja, ayok" Vita keluar dari mobil dan langsung menuju pintu kemudi dan membuka pintu lalu menarik gua keluar menuju rumah linda. Ternyata Jaka dan Reza sudah ada di sana, pintu depan rumah Linda terbuka, Mereka sepertinya masih mengobrol di ruang tamu, di sana juga ada bokap dan nyokapnya Linda.
"Assalamulaikum, Om ,tante " Vita sudah nyelonong masuk dan salaman sama bokap nyokap linda, gua udah kayak kereta cuman ngikutin di belakang.
"Waalaikumsalam, wah udah dateng semua, wah ada nak Ian juga, lama ya nak ian ga ketemu, udah jarang main lagi neh kerumah" hening! Kata-kata bokap Linda membuat semua hening, entah apa yang terjadi, Vita melihat gua heran, reza juga. Jaka sepertinya terlihat sedikit marah, dan Linda senyum dengan sangat dipaksakan.
"Iya om tante sekarang lagi sibuk banget jadi belum sempat main main lagi" dalam hati gua ini maksudnya main-main kesini kapan? yang tengah malem atau saat saat ngenter Linda dulu.
"Ya udah om sama tante tinggal ya, kalian belajarnya yang serius jangan kebanyakan bercanda "
Bercand ? Bercanda macam apa? bercanda bilang "CIE CIE satu kelompok sama para veteran Cinta" . Ga bisa, ini akan jadi momen yang kampret. Bokapnya Linda masuk, dan 1 detik, 3 detik, 30 detik, kami semua masih diam, mereka pura pura membaca buku, membaca SMS, dan gua pura pura mati.
"So?" kata gua membuka omongan.
"Kita Mulai nyari topik dulu aja " Vita akhirnya mengerti dan ikut membangun suasana.
"Ada yang punya ide? bagaimana kalau kita kumpulkan dulu nanti kita pilih yang terbaik " kata gua
1 detik, 2 detik, 30 detik entah mereka semua berfikir atau pura pura mikir .
"Gimana kalau kita buat program yang sederhana aja, jangan terlalu ribet, yang penting semuanya bisa menguasai" akhirnya Reza membuka pembicaraan.
"Gue setuju setuju aja" jawab Linda pelan
"Yah gua ikut aja" lanjut Jaka.
"Kalo kamu gimana vit ?" Tanya gua ke vita
"Ehh,, ee apa " vita terlihat bingung. dia menatap gua bingung. Gua sadar ternyata sikap vita yang tenang tadi hanya menutup kecanggungan yang terjadi di kelompok ini.
"Kamu setuju ga sama pendapat Reza?" kata gue sambil memberi isyarat agar Vita mengiyakan saja.
"iya gua setuju kok" jawab vita sepertinya mengerti apa yang gua isyaratkan.
"Tolong semuanya yang serius dong, tolong denger jangan ngelamun" Reza sepertinya menyindir Vita.
"Ngelamun? liat aja nanti Paling elo juga ga akan bantu banyak di sini, gua yakin elo habis ini izin buat rapat atau apalah tapi pas presentasi nanti sudah kayak paling jago ya kan ?" Vita membalas kata kata reza
"Elo nyindir gua? Gua punya komitmen Vit bukan berarti karena ada Ian di sini berarti dia yang paling hebat, dan yang lain ga berguna" Reza sepertinya emosi.
"Gua rasa maksud Vita bukan gitu, Ga ada hubungannya sama Ian" Linda menjawab pelan.
"Terus Maksudnya apa? dik elompok ini ada Linda dan Jaka saja sudah cukup, kalian termasuk 5 besar di kelas kita, ga perlu ada ian, karena nantinya pasti hanya dia yang dianggap paling bisa" kata reza marah.
"gua setuju ,Empat orang juga sudah cukup kok" Jaka ikut menimpali.
"Kalian kenapa seh ? Salah ian apa ?" Vita bersuara keras.
"Ian dari tadi ga ngomong apa apa tapi kenapa kalian salahin ian ?" lanjut Vita
"Terus aja elo bela ian " Jawab reza lagi.
Buruk! Sikap mereka sangat kekanak kanakan, ini yang gua khawatirkan, kalau sudah membahas cinta, semua sudah terasa seperti drama korea, Dramatisasi! begitulah yang terasa sekarang, sepertinya masalah mereka belum bisa terselesaikan saat mereka mengakhiri komitmen, MARAH, jelas gua marah , kenapa gua ikut disalahkan tanpa pernah bicara satu patah kata pun yang menyanngkut hubungan mereka, tapi gua ga akan ikut memperkeruh suasana. Mereka punya masalah masing-masing, Linda dan jaka, tentu banyak masalah sama gua, dan Reza sepertinya agak cemburu sama gua.
"Masih ada lagi ?" Kata gua sambil terseyum setelah perdebatan yang jauh melenceng ini. Mereka Terdiam.
"Kalau memang sudah tidak ada yang dibahas, kita sudahi aja kerja kelompok kali ini ya" kata gua santai seperti tidak terjadi apa apa.
"Tapi kita kan baru mulai " tanya linda
"iya memang baru mulai, mulai membahasa topik yang jauh dari tugas kita." jawab gua
"Bukan gua yang mulai " Jawab Reza.
"bukannya elo yang nyindir gua, kalau ga mau disindir maka jangan pernah nyindir orang, katanya aktivis" Vita mulai emosi
"Tapi kamu memang salah, ga serius, ga merhatiin" timpal Reza lagi
"Wajar kali reza , cewek memang suka melamun, semua cewek juga kayak gitu kali." balas linda
"Ngelemunin siapa, Ian ?" tuduh jaka
"Siapa yang ngelamunin ian" Linda yang tadi nadanya pelan kini agak meninggi
"Gua ga nuduh elo Lin, gua bicara sama Vita" kata reza
"Ga dituduh tapi merasa dituduh ,biasanya kenyataan" Jaka tambah memperkeruh suasana.
"AKU PUTUSIN KAMU GARA GARA KAMU POSESIF , GA ADA HUBUNGANNYA SAMA IAN SEPERTI YANG KAMU TUDUHIN KE AKU !!!!"
Dan tiba tiba hening.
"Kok kita diem aja ian? ayo dong linda kayaknya udah nunggu kita di dalam." Vita kayaknya bingung melihat gua yang cuman diem di dalam mobil, tepat di depan rumahnya linda padahal dia juga ga turun duluan.
"lah kenapa enggak elo dulu vit , kenapa mesti gua?" kata gua balik.
"Gua nunggu elo siap, mungkin aja elo masih ga sanggup bertemu sekumpulan para mantan hahaha.."
"Yehh elo kali yang main mantan-mantanan, gua biasa aja vit, justru kalian yang gua khawatirin, nanti malah ga profesional"cetus gua
"Santai aja, ayok" Vita keluar dari mobil dan langsung menuju pintu kemudi dan membuka pintu lalu menarik gua keluar menuju rumah linda. Ternyata Jaka dan Reza sudah ada di sana, pintu depan rumah Linda terbuka, Mereka sepertinya masih mengobrol di ruang tamu, di sana juga ada bokap dan nyokapnya Linda.
"Assalamulaikum, Om ,tante " Vita sudah nyelonong masuk dan salaman sama bokap nyokap linda, gua udah kayak kereta cuman ngikutin di belakang.
"Waalaikumsalam, wah udah dateng semua, wah ada nak Ian juga, lama ya nak ian ga ketemu, udah jarang main lagi neh kerumah" hening! Kata-kata bokap Linda membuat semua hening, entah apa yang terjadi, Vita melihat gua heran, reza juga. Jaka sepertinya terlihat sedikit marah, dan Linda senyum dengan sangat dipaksakan.
"Iya om tante sekarang lagi sibuk banget jadi belum sempat main main lagi" dalam hati gua ini maksudnya main-main kesini kapan? yang tengah malem atau saat saat ngenter Linda dulu.
"Ya udah om sama tante tinggal ya, kalian belajarnya yang serius jangan kebanyakan bercanda "
Bercand ? Bercanda macam apa? bercanda bilang "CIE CIE satu kelompok sama para veteran Cinta" . Ga bisa, ini akan jadi momen yang kampret. Bokapnya Linda masuk, dan 1 detik, 3 detik, 30 detik, kami semua masih diam, mereka pura pura membaca buku, membaca SMS, dan gua pura pura mati.
"So?" kata gua membuka omongan.
"Kita Mulai nyari topik dulu aja " Vita akhirnya mengerti dan ikut membangun suasana.
"Ada yang punya ide? bagaimana kalau kita kumpulkan dulu nanti kita pilih yang terbaik " kata gua
1 detik, 2 detik, 30 detik entah mereka semua berfikir atau pura pura mikir .
"Gimana kalau kita buat program yang sederhana aja, jangan terlalu ribet, yang penting semuanya bisa menguasai" akhirnya Reza membuka pembicaraan.
"Gue setuju setuju aja" jawab Linda pelan
"Yah gua ikut aja" lanjut Jaka.
"Kalo kamu gimana vit ?" Tanya gua ke vita
"Ehh,, ee apa " vita terlihat bingung. dia menatap gua bingung. Gua sadar ternyata sikap vita yang tenang tadi hanya menutup kecanggungan yang terjadi di kelompok ini.
"Kamu setuju ga sama pendapat Reza?" kata gue sambil memberi isyarat agar Vita mengiyakan saja.
"iya gua setuju kok" jawab vita sepertinya mengerti apa yang gua isyaratkan.
"Tolong semuanya yang serius dong, tolong denger jangan ngelamun" Reza sepertinya menyindir Vita.
"Ngelamun? liat aja nanti Paling elo juga ga akan bantu banyak di sini, gua yakin elo habis ini izin buat rapat atau apalah tapi pas presentasi nanti sudah kayak paling jago ya kan ?" Vita membalas kata kata reza
"Elo nyindir gua? Gua punya komitmen Vit bukan berarti karena ada Ian di sini berarti dia yang paling hebat, dan yang lain ga berguna" Reza sepertinya emosi.
"Gua rasa maksud Vita bukan gitu, Ga ada hubungannya sama Ian" Linda menjawab pelan.
"Terus Maksudnya apa? dik elompok ini ada Linda dan Jaka saja sudah cukup, kalian termasuk 5 besar di kelas kita, ga perlu ada ian, karena nantinya pasti hanya dia yang dianggap paling bisa" kata reza marah.
"gua setuju ,Empat orang juga sudah cukup kok" Jaka ikut menimpali.
"Kalian kenapa seh ? Salah ian apa ?" Vita bersuara keras.
"Ian dari tadi ga ngomong apa apa tapi kenapa kalian salahin ian ?" lanjut Vita
"Terus aja elo bela ian " Jawab reza lagi.
Buruk! Sikap mereka sangat kekanak kanakan, ini yang gua khawatirkan, kalau sudah membahas cinta, semua sudah terasa seperti drama korea, Dramatisasi! begitulah yang terasa sekarang, sepertinya masalah mereka belum bisa terselesaikan saat mereka mengakhiri komitmen, MARAH, jelas gua marah , kenapa gua ikut disalahkan tanpa pernah bicara satu patah kata pun yang menyanngkut hubungan mereka, tapi gua ga akan ikut memperkeruh suasana. Mereka punya masalah masing-masing, Linda dan jaka, tentu banyak masalah sama gua, dan Reza sepertinya agak cemburu sama gua.
"Masih ada lagi ?" Kata gua sambil terseyum setelah perdebatan yang jauh melenceng ini. Mereka Terdiam.
"Kalau memang sudah tidak ada yang dibahas, kita sudahi aja kerja kelompok kali ini ya" kata gua santai seperti tidak terjadi apa apa.
"Tapi kita kan baru mulai " tanya linda
"iya memang baru mulai, mulai membahasa topik yang jauh dari tugas kita." jawab gua
"Bukan gua yang mulai " Jawab Reza.
"bukannya elo yang nyindir gua, kalau ga mau disindir maka jangan pernah nyindir orang, katanya aktivis" Vita mulai emosi
"Tapi kamu memang salah, ga serius, ga merhatiin" timpal Reza lagi
"Wajar kali reza , cewek memang suka melamun, semua cewek juga kayak gitu kali." balas linda
"Ngelemunin siapa, Ian ?" tuduh jaka
"Siapa yang ngelamunin ian" Linda yang tadi nadanya pelan kini agak meninggi
"Gua ga nuduh elo Lin, gua bicara sama Vita" kata reza
"Ga dituduh tapi merasa dituduh ,biasanya kenyataan" Jaka tambah memperkeruh suasana.
"AKU PUTUSIN KAMU GARA GARA KAMU POSESIF , GA ADA HUBUNGANNYA SAMA IAN SEPERTI YANG KAMU TUDUHIN KE AKU !!!!"
Dan tiba tiba hening.
bebyzha dan 41 lainnya memberi reputasi
42
Kutip
Balas
Tutup