Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

exolurisAvatar border
TS
exoluris
After Hours [Adult Rating] [Fictional Story Based on True Events]
After Hours [Adult Rating] [Fictional Story Based on True Events]


Spoiler for Welcome Aboard!:



Intro


Siapa yg gak pengen hidup bahagia? Gak salah langkah dalam nentukan pilihan, nikmati hidup dengan apa yg jadi passion di dalam diri kita? Rasanya semua pengen hal itu terjadi dalam hidupnya, lalu, kalo semua itu gak terjadi dalam hidup lo? Apa yg bakal lo lakuin? Nangis guling-guling? Merengek kayak bayi? Atau berusaha lebih keras dan lebih giat lagi? Atau… berharap serpihan dunia paralel itu memang benar adanya?

Mungkin sebagian orang percaya dengan adanya dunia paralel. Dunia yg berjalan berdampingan dengan tempat tinggal kita sekarang disini, beda nya di dunia satunya itu, kita gak hidup menjalani apa yg kita jalani sekarang, melainkan sebaliknya.

Jika di dunia ini lu hidup sebagai seorang dokter karena keputusan lu ngikutin kemauan orang tua buat ambil kuliah jurusan kedokteran, let's say di dunia paralel sana lu hidup sebagai seorang musisi karena ngikutin passion lo, dan semua yg lo jalani di dunia sana berbeda, berbanding 180° dengan apa yg sekarang terjadi disini, di tempat tinggal kita ini.

Well, kedengarannya seperti gw sedang ngarang, ngelantur dengan apa yg barusan gw ucapin tadi, but, This is happened now…

After Hours
Life is just a fantasy


Sebagai pembuka, gw mau ngakuin sesuatu ke lo semua. Sesuatu yg selalu menghantui gw buat bertahun-tahun belakangan ini. Gw pernah salah ngambil keputusan, dan berkat kebodohan gw itulah, sekarang gw gak bisa bener-bener menikmati yg namanya hidup dengan tenang. Kenapa? Mungkin lo bertanya-tanya, sama kayak gw, kenapa? Kenapa gw bisa melakukan kebodohan terbesar dalam hidup gw itu?!

Kadang sebagai manusia, kita sadar sesuatu itu salah justru setelah hal buruk, dampak dari apa yg kita lakuin itu terjadi dan menimpa kita sebagai karma nya?

U believe in karma dude? Well, i do.

Bagi sebagian orang mungkin menganggap karma cuma urusan sepele, gak penting dan, maybe, it's like a, myth?

Bagi gw yg udah ngerasain sendiri apa itu karma, gw bisa bilang, SAKIT BANGET! Kenapa? Kalo lu belum tau kenapa dan apa itu karma, gw bisa saranin lu buat ngecek judul lain yg udah gw selesaikan. Biar lu tau, gimana perjuangan perjalanan hidup gw selama ini, sampai sekarang.

Ok, back to topic, ada apa sih di dunia paralel? Gw yg disana jadi apa sih?! Gak ada yg tahu pasti tentang apa yg terjadi di dunia satunya sana. Mungkin disana sekarang sedang adem tentram, gak dilanda sebuah pandemi yg bernama covid-19 seperti di dunia yg jadi tempat tinggal kita ini. Dan, apa mungkin kita bisa terhubung ke dunia paralel? Bertukar posisi dengan diri kita yg ada disana? Atau sekedar melancong sebentar, menikmati sisi lain dari kehidupan karakter kita yg hidup di dunia sana? Jawabannya …

"Banguuunn…"

"Heiii"

"Woooo endeeel, ayo bangun, udah siang gini", digoyang-goyangkannya badan gw yg lagi enak-enaknya rebahan sambil mejamin mata.

Perlahan mata gw terbuka, ngantuk berat masih melanda dan sempet mengucek mata beberapa kali. Gw tersadar disebuah ruangan ruangan yg gak begitu luas, tembok seba putih dengan 2 buah jendela berdesain minimalis yg saling bersampingan dihiasi gorden berwarna hijau tosca yg lembut banget, bikin mata adem saat mandangin seisi ruangan saat baru buka mata.

"Hmmm… apa sih yang?? Emang jam berapa?", Pelan-pelan gw buka mata.

"Jam 12 kurang, yuuuk bangun, kamu gak kerja tah?" Jawabnya masang wajah centil khas nya itu. Wajah yg gak pernah hilang dari hadapan gw, sekarang dan untuk selamanya.

Bersambung, Segera...

Quote:





Quote:
Diubah oleh exoluris 23-11-2020 04:16
gubtifaqih
primalaprima
kakangprabu99
kakangprabu99 dan 36 lainnya memberi reputasi
35
19.7K
789
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
exolurisAvatar border
TS
exoluris
#33
Chapter : 6 - Part 1
Wake Me Up When It’s Done!


Indonesia, Dunia Paralel, 2025

Gue terbangun di ruangan yg serba putih dan hanya mengenakan baju pasien rumah sakit. Gue dimana ini? Dan... siapa gue???
Pertanyaan itu membuat gue tiba-tiba teringat serpihan memoar,

“Mayday..mayday…tower… asking for help!!!”
“Allahu Akbar…”


Dan semua gelap gulita… tersambung dengan momen dimana sekarang gue berada.
Pendingin ruangan yg terlalu dingin membuat gue sesak nafas dan sedikit batuk.

“Uhuk… uhuk…”

Tak lama kemudian seseorang menghampiri gue dengan mengenakan setelan Hazmat lengkap, memeriksa tubuh gue.

“Semuanya terlihat normal, suhu tubuh dan detak jantung stabil. Welcome back!” kata orang itu.
“Anda dihibernasikan selama 7 tahun!” tambahnya.

Gue ga tau apa-apa, maksudnya apa ini? Gue dihibernasikan?
Banyak pertanyaan yg melintas di kepala gue dan membuat gue pusing.

“Tenangkan diri anda! Kalau sudah tenang, silahkan bergabung dengan kami di meeting room. Pakaian anda ada di almari dekat dengan kamar mandi.” orang itu berkata sambil meninggalkan gue sendiri di ruangan ini.

Setelah beberapa menit gue bangkit dari kasur, dan melihat jam digital diruangan,
20.35, xx xxxx 2025

Terakhir gue liat kalender sepertinya masih 2018 deh. Gila! Beneran nih gue dimatisurikan selama 7 tahun!

Yang teringat cuman satu di kepala gue, gue belum solat!
Dengan langkah tertatih gue masuk kamar mandi buat bersihkan diri, pakai pakaian yg udah disediakan. Apa ini? Sederetan huruf berwarna merah terbaca Last Defense Alliance dengan logo mirip logo PBB, dan dibawahnya tertulis Project ERLANGGA.

Gue ga tau apa ini. Yg jelas gue butuh pakaian buat solat. Di ruangan yg ga tau kemana arah kiblat, gue mencari-cari alas untuk solat. Ah pakai selimut aja, dan gue arahkan ke satu penjuru yg gue yakini itu mengarah ke kiblat.

Selesai solat, gue berdoa dan mohon petunjuk apa yg telah terjadi pada diri gue. Ga kerasa air mata gue menetes. Entah berapa kali solat fardhu yg gue tinggalkan selama 7 tahun. Gue merasa gue dikasih kesempatan kedua untuk hidup.

Gue berjalan menuju meeting room. Semua orang yg ada di lorong pada ngeliatin gue, pandangan heran. Ada apa sih sebenernya??

Klek…gue buka pintu meeting room.

“Selamat datang, ERLANGGA!” seru salah satu orang di ruangan itu, berpakaian setelan jas hitam, dan berkacamata agak gelap. Senyumnya lebar bersahaja.

Gue hanya senyum dan memandangi seisi ruangan. Banyak yg hadiri di ruangan itu, dalam bentuk hologram. Sepertinya hanya orang yg berjas itu dan satu orang yg terlihat seperti asistennya yg ada dalam ruangan.

“Mohon maaf, pak…” tanya gue.

“Panggil saja Maverick!” kata orang itu.
“Dan ini Diana, asisten saya”, tambahnya.

Gadis itu hanya melempar senyum manisnya dan berlalu meninggalkan kami. Setelah itu banyak ucapan selamat datang dari orang-orang berbentuk hologram yg gue ga tau siapa.

“Silahkan duduk”, kata Maverick.
“Kami tau bagaimana rasanya hidup kembali. Tidak akan semudah itu, perlu pembiasaan diri dengan identitas baru anda sekarang”, tambahnya.

Tunggu… identitas baru? Jadi siapa gue sebenarnya?

Kemudian satu persatu hologram non aktif, ruangan meredup dan hanya ada gue dan Mave di ruangan itu.

Maverick nampak mengambil nafas panjang dan bersandar di kursinya.
“Sudah siap untuk cerita ini?” tanyanya.

Gue hanya mengangguk tanpa kata.

“Oktober 2018, pesawat komersial yg anda terbangkan mengalami lost contact dengan menara. Sesaat kemudian, pesawat mengalami kerusakan dan harus mendarat darurat di perairan utara Jawa tapi sepertinya gagal. Pesawat meledak di udara dan hancur berkeping-keping”, kata Maverick sambil sesekali terdiam dan memulai ceritanya kembali.

“Semua penumpang dan crew dinyatakan tewas! Tanpa jasad yg ditemukan di perairan itu. Beberapa jam kemudian, salah satu orang kami yg sedang menyisir pantai menemukan anda yg terluka parah terdampar di pantai utara Jawa dan membawa anda ke fasilitas kami ini. Kami memeriksa keadaan tubuh anda saat itu, persentase anda hidup hanya 20% dengan keadaan seperti itu. Tapi dengan adanya teknologi kesehatan yg kami miliki, tubuh anda akan pulih lagi seperti semula, tetapi dengan syarat, tubuh anda harus ditidurkan dalam waktu yg lama. Tidak hanya itu, ada harga yg harus dibayar untuk memulihkan fisik anda. Ingatan anda terhapus secara otomatis apabila kami menerapkan pengobatan itu. Bila ada memoar yg teringat, mungkin itu memoar terakhir kali sebelum ditidurkan”, seketika dia mengambil jeda panjang.

Gue terdiam seperti orang linglung.

“Hampir lupa, kami adalah Last Defense Alliance atau disingkat LDA. Kami garda terakhir keamanan negara setelah tentara dan kepolisian tak lagi bisa berbuat apa-apa. Silahkan dibaca dokumen di depan anda. Itu catatan memoar sejak tahun 2018. Anda akan mengerti apa yg terjadi dengan negara ini”, kata Mave sambil beranjak meninggalkan gue di ruangan sendiri.

Gue mulai membuka berkas tebal yg ada di depan gue. Mulai dari kliping berita kecelakaan pesawat terbang komersial di tahun 2018 yg mengabarkan bahwa semua penumpang dan crew pesawat tidak diketemukan dan dinyatakan tewas.
Lembar berikutnya gue buka, daftar nama crew pesawat dan penumpang yg ada di dalam penerbangan itu. Gue temukan 2 nama pilot: Rajeev Singh berkebangsaan India, dan Agung Banyuaji berkebangsaan Indonesia. Hah? Agung? Itu nama gue mungkin. Sama sekali gue ga ingat identitas gue sebelumnya.

Berikutnya gue membaca dokumen dengan tulisan Sierra Delta Force Re-Activation Initiatives tertanggal Juni 2013. Gue buka halaman demi halaman. Ada beberapa daftar nama yg gue ga kenal,

Quote:


Tunggu, gue familiar dengan callsign terakhir ini. Jadi Maverick adalah calon anggota Tim Sierra Delta?

Gue lanjutin baca dokumennya, isinya tentang data yg sebenarnya confidential untuk orang baru seperti gue. Profil semua anggota Sierra Delta Force beserta semua plotting nya, kontak Personal Communicator Device dan keterampilannya.
Mata gue tertuju pada profil Maverick. Dia direkrut saat duduk dibangku SMA dan dilatih menjadi pilot di LDA. Sengaja disiapkan untuk tim sipil yg akan dibentuk LDA.

Halaman berikutnya, terdapat informasi bahwa pada tahun 2018 Maverick mengalami kecelakaan saat latihan perang dan divonis tidak dapat menerbangkan pesawat atau helikopter lagi karena cacat penglihatan yg dideritanya.

Catatan di tahun 2019, dikatakan bahwa ada pandemi virus yg mematikan di akhir tahun 2019. Menurut informasi di dalam dokumen, virus yg disebut Novel Corrona Virus atau disingkat nCoV meledak di Wuhan, China dan berhasil menyebar ke Indonesia awal 2020. Keadaan itu membuat Bapak Presiden menetapakan Indonesia mengalami masa Pandemi Corrona Virus Disease (Covid) pada akhir Maret 2020. Keadaan tidak membaik, 5 tahun kemudian ditemukan virus tersebut berevolusi dan menjadi lebih kuat dan mematikan. Tak hanya itu, resesi berlanjut hingga perekonomian Indonesia lumpuh total, akibatnya banyak kekacauan terjadi.

Klek, tiba-tiba Diana masuk meeting room dan membawakan secangkir kopi panas, duduk disebelah gue.

“Udah enakan?” tanyanya dengan senyum yg sama saat pertama ketemu gue sambil sodorin secangkir kopi.

“Alhamdulillah, udah agak enakan, terima masih kopinya”, gue minum pelan-pelan kopinya.
“Diana, ada yg pengen gue tanyakan, itu juga klo lo mau jawab”, kata gue.

“Itulah kenapa Maverick mengirimku kemari. Mungkin lo masih bingung apa yg terjadi disini”, jawabnya.

“Oke, sepertinya kita punya banyak waktu”, kata gue sambil sesekali menyesap kopi panas.

“Baiklah, siapkan alat tulis, sekiranya elo pengen nulis sesuatu biar ga lupa.”

Diana pun bercerita panjang lebar mengenai apa itu LDA dan sepak terjangnya dalam menjaga keamanan negeri ini. LDA punya 3 regu khusus dengan tugas masing-masing. Alpha Tango, regu khusus paling elit penanggulangan teror, Bravo Delta regu khusus berlatarbelakang Kepolisian, dan Sierra Delta regu khusus black ops untuk misi-misi dengan protokol hantu.

“Jadi gue masuk regu yg mana?” tanya gue.

“Elo masuk Sierra Delta, karena ga ada latar belakang militer sama sekali. Tapi jangan khawatir, semua agent akan dilatih dengan keterampilan itu.” jawabnya.
“Kabarnya, SD akan dijadikan garda akhir. Semenjak DB udah tersusupi ekstrimis dan setengah anggotanya hilang. Sedangkan AT ga cocok untuk menjalankan protokol hantu. Mereka terlalu mencolok”, tambahnya.

“Oh oke, noted. Satu lagi nih, elo tau ga sebelumnya gue ini siapa?”

Diana hanya tersenyum dan berkata,
“Akan ada saatnya nanti elo bakal tau semuanya tanpa lo minta. Sebaiknya sekarang lo istirahat, karena besok adalah training pertama lo. Jangan lupa nyalakan alarm dikamar lo biar bisa bangun pagi”, jawab Diana sambil menepuk bahu gue.

“Makasih, Di…”

“Gue anter ke kamar, udah disiapin.”

Gue berjalan beriringan dengan Diana menuju ke kamar gue. Wangi parfumnya yg khas bikin gue merasa nyaman deket dengan Diana.

“Silahkan masuk, agent Erlangga. Semua seragam training sudah ada di loker, ada brief di setiap seragam. Dan ini Personal Communicator Device lo, alat ini hanya bisa berkomunikasi multi arah dalam jarak 30 meter. Kalau butuh sesuatu tinggal hubungin gue ya”, kata Diana.

Setelah Diana hilang diujung lorong, gue masuk kamar gue dan merebahkan tubuh gue ke kasur. Seperti belum bisa menerima kenyataan ini. Lama-lama mata gue berat dan terlelap malam itu.

***

Sebelum alarm gue bunyi, gue udah bangun dan langsung mandi. Sekira pukul 04.30 gue menunaikan solat subuh, entah bener atau ga, tapi pegangan gue jam segitu udah bisa solat subuh. Gue ga bisa liat sinar matahari disini!

Selesai solat, gue baca lagi catatan gue semalam. Tak lama kemudian PCD gue berbunyi, gue dengerin melalui wireless earphone,

“Erlangga, gue tunggu di pantry, sebelah meeting room.” Kata suara diseberang memerintah gue. Sepertinya suara Diana.

Gue buka loker, pakai seragam yg bertuliskan General Training, dan bergegas ke pantry. Disana sudah ada Diana dengan mengenakan seragam yg kurang lebih sama dengan seragam gue tapi beda warna. Ada tulisan COACH di dada sebelah kanan dan tulisan WILDCAT di dada sebelah kiri, mungkin itu callsign nya. Apa Diana pelatih gue ya, kata gue dalam hati.

“Gimana tidurnya? Nyanyak?” tanya Diana sambil menikmati sarapannya.

“Yaa, alhamdulillah… nyenyak”, jawab gue singkat.

“Oke, silahkan mengambil sarapan, 60 menit dari sekarang kita ada training. Enjoy your breakfast…”, kata Diana sambil pergi meninggalkan gue di pantry.

Pagi itu gue sarapan sedikit, karena emang perut ini belum terbiasa, setelah masa hibernasi itu.

Lepas sarapan, PCD gue kembali berbunyi,
“Silahkan ke ruangan 101, ga jauh dari pantry”, kata Diana.

Gue pun menuju ke ruang 101 sesuai yg diperintahkan Diana. Di dalam ruangan hanya ada Diana, dia berdiri di tengah ruangan.

“Cuman kita?” tanya gue.

“Iya, cuman kita. Di sini training bersifat privat. Satu coach hanya handle satu trainee, untuk memperkecil kesempatan bocornya identitas agent. Dan gue coach lo, Er”, jawabnya diiringi dengan senyum yg manis.

Pagi itu gue di training menembak dengan handgun oleh Diana. Diana memperkenalkan handgun Glock 18 yg biasa digunakan agent LDA. Setelah pengenalan senjata, Diana mulai melatih posisi menembak yg benar.

After Hours [Adult Rating] [Fictional Story Based on True Events]


Beberapa kali gue melakukan kesalahan, dan Diana hanya tersenyum. Dia cuman bilang, udah biasa kalau agent baru akan seperti ini.

Berikutnya gue dibawa ke ruangan untuk latihan menembak. Diana membawakan penutup telinga dan kacamata pelindung buat gue. Sebelumnya Diana memberikan contoh menembak dengan handgun standar agent.

Duar… duar… duar…
Diana menembak sebanyak tiga kali dengan jarak kira-kira 50 meter. Dan hasilnya membuat gue melongo. Tiga peluru bersarang tepat ditengah gambar kepala yg menjadi target tembak. Luar biasa!

“Giliran lo, Er. Santai aja, ga harus bagus. Gue cuman pengen liat potensi lo dulu sebelum coaching”, kata Diana sambil menyerahkan sebuah handgun ke gue.

Gue genggam handgun, mengarahkannya ke target. Meskipun tangan gue sedikit bergetar, tahan nafas, dan...

Duar...duar...duar...
Gue melepas penutup telinga dan Diana mulai menarik targetnya ke hadapan kami. Sama sekali ga kena target, menyentuh aja enggak!

“Hmmm...jadi elo emang bener-bener rookie Er”, kata Diana sambil senyum.

“Tangan gue bergetar Di. Ini kali pertama gue pegang handgun”, jawab gue.

Lalu Diana mengajarkan senam kecil untuk membuat otot tangan gue rileks. Karena gue belum pernah pegang senjata api, makanya tangan gue bergetar saat mendapatkan hentakan pertama. Gue diminta untuk memperkuat bahu gue juga, banyak-banyak latihan military press di gym.

Latihan hari itu dicukupkan oleh Diana, karena tubuh gue masih lemes.

“Er, nanti malam gue tunggu di pantry ya!” kata Diana.

“Eh, oke Di. Gue mau istirahat dulu, badan masih lemes”, jawab gue.

Diana hanya senyum dan meninggalkan gue di ruangan training. Dengan langkah gontai gue menuju kamar gue buat mandi dan istirahat.

Setelah membersihkan diri, gue rebahan dikasur sekedar melepas rasa lelah. Tiba-tiba potongan-potongan memoar gue kembali berputar di kepala. Badan ini serasa belum bisa menerima kenyataan.

***

Di pantry malam itu...

Gue duduk sendirian di meja ujung dekat dengan showcase minuman dingin, Diana belum juga terlihat. Gue beranjak mengambil beberapa camilan di meja pantry dan secangkir teh hangat.

Klek...
Pintu pantry terbuka, ternyata Diana.

“Udah lama Er?” tanya Diana.
Malam itu Diana mengenakan baju casual agak ketat sehingga terlihat jelas lekuk tubuhnya, dipadu dengan celana jeans yg juga ketat, serta sepatu canvas. Terlihat sepucuk handgun terselip di holster pinggangnya.

“Eh... baru aja kok Di. Lagi santai ya?” tanya gue kembali.

“Yah kebetulan Maverick sedang off di fasilitas ini, makanya gue agak santai”, jawabnya.

“Yuk makan Di...” ajak gue.

Diana hanya senyum dan beranjak ke meja main course. Kami pun makan bareng di pantry bersama beberapa orang. Setelah selesai makan, Diana memulai pembicaraan,

“Besok pagi, setelah breakfast kita latihan di Yong Moo Do di gym. Elo harus bisa beladiri tangan kosong Er.”

“Mmm...Oke”, jawab gue singkat.

Diana hanya tersenyum sambil meneruskan makannya. Setelah itu kami ngobrol di pantry cukup lama. Diana banyak bercerita tentang misi penyusupannya hingga misi penyamaran di negara lain. Orang awan ga akan tau kalau sebenernya Diana adalah agent LDA terbaik di angkatannya. Wajah imutnya menutupi semua hal yg berbau militer.

Ga kerasa kami ngobrol lama, jam di pantry menunjukan jam 10 malam. Kami menyudahi pembicaraan, dan menuju ke kamar masing-masing.

Keesokan harinya, setelah sarapan gue mendapatkan perintah melaluai PCD untuk menuju gym. Ruangannya ga jauh dari training room 101.

Disana sudah berdiri Diana dengan setelan seragam Yong Moo Do berwarna hijau army.

“Pagi, Er. Udah enakan badannya?” tanya Diana.

“Pagi, Coach! Badan gue udah fit lagi nih”, jawab gue.

“Oke kita pemanasan dulu...” kata Diana.

Setelah pemanasan Diana menceritakan apa itu Yong Moo Do dan memperlihatkan gerakan-gerakan dasarnya. Sesekali gue diajak fight Diana dengan hasil awal gue tumbang duluan.
Hari-hari gue di training center dihabisin cuman buat latihan dan latihan terus. Hiburan cuman diajak makan sama Diana, dan itu cuman di pantry doang. Satu lagi hiburan gue, liatin wajah Diana yg manis bisa jadi obat capek buat gue.

Bersambung Soon...
Diubah oleh exoluris 27-11-2020 04:26
hakkekkyu
Nikita41
pulaukapok
pulaukapok dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup