- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
bebyzha dan 152 lainnya memberi reputasi
137
371.4K
Kutip
1.9K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
kawan.betina
#651
[BOOK IV] Lembaran ke tujuh dua - masih prolog
Quote:
Kantin fakultas gua masih agak sepi, mungkin ini terlalu pagi untuk kami nongkrong di sini, cuman ada satu outlet makan yang buka, kami memesan berapa roti bakar dan teh manis sebagai pengganjal perut, entah kenapa kami datang sepagi ini, tidak ada alasan yang jelas tapi ini hampir jadi kebiasan kami selama semester 4 ini dimulai dan untuk kesekian kalinya, pagi ini dimulai dengan kegalauan Doni dan Ipeh, serta tingkah playboy newbie yang mulai punya ratusan alasan untuk membenarkan kelakuannya.
"Semua cowok sama aja! Bajingan semuanya, baru ditinggal sebentar kelombok, udah jelalatan kemana mana." ipeh marah sambil meremas remas botol air mineral yang dari tadi sudah kosong.
"Berarti cewek juga sama aja dong, ga masuk akal banget mutusin gua gara-gara ga diajak kelombok, mustahil lah gua ajak dia karena kita dibayarin ian, ga ngerti banget seh" Doni ikut nimbrung dengan kegalauan ipeh
"jangan sama ratakan semua dong ipeh, doni, ga semua kayak gitu, yah itu hanya oknum-oknum aja" kata bobi sok bijak
"Gua ga mau denger nasihat dari playboy ga sadar tampang kayak elo bob, orang macam elo neh yang buat hubungan percintaan jadi runyam" kata ipeh marah...
"Gua ada alasan peh, gua memang menduakan cewek gua tapi gua adil, gua memberi mereka kasih sayang yang sama, mereka sama sama bahagia dan tentu ga ada yang merasa kecewa, " kata bobi membela diri
"Itu karena mereka ga tahu aja kan, coba mereka tahu kalo elo punya cewek di setiap gang, emang mereka masih mau sama elo? gua yakin, elo langsung ditabok cewek cewek elo" kata ipeh marah
"Ga semua orang harus tau dong peh, kadang yang misterius itu adalah yang lebih baik, berbohong demi kebaikan itu diperbolehkan" kata bobi membela diri.
"Sudah-sudah dong, bukannya semua ini sudah wajar ya, Ipeh, doni, bobi, kalo kalian sudah berani untuk mengambil keputusan untuk membuat sebuah hubungan dengan orang lain berarti kalian juga harus terima baik dan buruknya, walaupun gua tetap tidak setuju dengan sikap bobi yang menduakan ceweknya atapun sikap cowok ato cewek kalian tapi gua rasa ini konsekuensi dari sebuah hubungan" kata gua menenangkan mereka
"Walaupun begitu tapi tetep sakit mbel, gua sayang sama dia tapi kenapa dia tega kayak gitu ke gua?" suara Ipeh berubah menjadi serak, dia sudah ga kuat menahan perasaannyanya lagi sehingga air matanya menetes.
"Memang gampang ian kalo cuma lewat kata kata tapi jalaninnya ga segampang itu, elo enak, elo tampang di atas rata rata, elo gampang nyari cewek, dan kayaknya elo ga akan pernah ditinggalin cewek, elo beruntung ian, apalagi elo sekarang pacaran sama dinda, cewek yang notabenenya maba yang paling cantik di angkatannya" Doni mulai serius..
"Bagi elo punya cewek dua kayak gua pasti gampang ian, bagi gua ini jarang terjadi, yah gua tahu mungkin gua salah, tapi gua merasa ini keputusan yang paling baik sekarang, gua senang, mereka senang, dan mungkin elo ga akan bisa rasain apa yang kami rasain karena elo terlalu beruntung ian" kata bobi menambahkan.
"Oke oke walau gua ngerti dengan cara kalian membanding bandingkan perasaan dengan keberuntungan, Gua tahu kalian memang ga seberuntung gua, baiklah kalo kalian berpendapat begitu, gua hanya bisa terima saja jadi gua ga mau ikutan ngomong lagi, lanjutin aja kegalauan kalian seolah kalian orang paling menderita sedunia" kata gua mulai marah..
"Maksud gua bukan begitu mbel, tapii..." kata ipeh meluruskan
"Sudah, anggap aja gua ga ngerti apa apa tentang masalah kalian, " kata gua makin marah..
"mbell,, jangan marah" kata ipeh mulai berkaca kaca lagi...
"Kalian masih untung, kalian tahu bahwa pasangan kalian sekarang ga cukup baik buat kalian, kalian diberi kesempatan untuk mencari yang lebih baik, kalian hanya ga bersukur, gua tahu apa yang terjadi sekarang ini membuat perasaan kalian sakit tapi bukan berarti harus berlarut larut seperti ini, " kata gua marah
"Kalau kalian merasa hidup gua lebih baik, apakah kalian pernah ditinggalkan oleh orang yang sangat mengerti elo, sangat tahu tentang elo, dan elo merasa dia cukup baik untuk elo tapi ternyata pada akhirnya dia bukan ditakdirkan buat elo, dan gua rasa, rasa sakit itu jauh lebih sakit dari apa yang kalian rasakan sekarang, elo tahu semua itu terjadi dengan siapa " kata gua lagi.
keadaan sekarang sangat hening mungkin suara gua terlalu tinggi sehingga membuat kami semua merasa aneh dan saling canggung, walau di sini hanya ada kami berempat dan penjaga kantin tapi suara gua cukup keras sehingga membuat kami menengok melihat sekeliling.
"Maaf kalo suara gua terlalu keras tapi gua ga seneng kalo orang menganggap hidup gua mudah dan selalu berjalan seperti apa yang gua mau" kata gua, sembari berdiri dan meinggalkan mereka..
Gua hanya duduk di gazebo sendiri, 30 menit lalu gua harusnya masuk kelas tapi jujur gua sekarang sedang tidak ada gairah buat kuliah...
"kak, ga masuk kuliah ? " kata dinda yang tiba tiba ada disamping gua
"Lagi bete " kata gua kecut..
"Sayang kenapa ? marah sama siapa ? cerita sama dinda" kata dinda
"Ipeh, doni ma bobi" kata gua
"Mereka kenapa? Mereka masih galau ?" tanya dinda..
"Kakak ga seneng aja mereka selalu membandingkan dirinya dengan kakak, dan menganggap apa yang kakak jalani selama ini sangat mudh, mereka ga tahu untuk sampe disini butuh perjuangan dan sangat ga mudah buat kakak" kata gua.
Semenjak gua pacaran sama dinda, gua menjadi lebih terbuka dan mulai bercerita tentang apa yang gua alami, di balik sosoknya dinda yang terlihat seperti cewek yang ceria dan kekanakan tapi dinda selalu tahu caranya membuat gua merasa tanang dan dia cukup dewasa bila diajak curhat tentang masalah gua.
"Sudah ya kak, jangan marah ya, Dinda kangen melihat kekompakan kakak sama kak ipeh , sama kak Doni, sama kak bobi, semoga kakak cepet baikan sama mereka" kata Dinda, dia tidak menceramahi gua, tidak sok tahu atau sok dewasa, karena dia tahu disaat seperti ini, gua , ipeh, doni dan bobi hanya butuh waktu untuk saling berfikir dan menenangkan diri karena nanti pasti kami akan kembali seperti sedia kala...
"Semua cowok sama aja! Bajingan semuanya, baru ditinggal sebentar kelombok, udah jelalatan kemana mana." ipeh marah sambil meremas remas botol air mineral yang dari tadi sudah kosong.
"Berarti cewek juga sama aja dong, ga masuk akal banget mutusin gua gara-gara ga diajak kelombok, mustahil lah gua ajak dia karena kita dibayarin ian, ga ngerti banget seh" Doni ikut nimbrung dengan kegalauan ipeh
"jangan sama ratakan semua dong ipeh, doni, ga semua kayak gitu, yah itu hanya oknum-oknum aja" kata bobi sok bijak
"Gua ga mau denger nasihat dari playboy ga sadar tampang kayak elo bob, orang macam elo neh yang buat hubungan percintaan jadi runyam" kata ipeh marah...
"Gua ada alasan peh, gua memang menduakan cewek gua tapi gua adil, gua memberi mereka kasih sayang yang sama, mereka sama sama bahagia dan tentu ga ada yang merasa kecewa, " kata bobi membela diri
"Itu karena mereka ga tahu aja kan, coba mereka tahu kalo elo punya cewek di setiap gang, emang mereka masih mau sama elo? gua yakin, elo langsung ditabok cewek cewek elo" kata ipeh marah
"Ga semua orang harus tau dong peh, kadang yang misterius itu adalah yang lebih baik, berbohong demi kebaikan itu diperbolehkan" kata bobi membela diri.
"Sudah-sudah dong, bukannya semua ini sudah wajar ya, Ipeh, doni, bobi, kalo kalian sudah berani untuk mengambil keputusan untuk membuat sebuah hubungan dengan orang lain berarti kalian juga harus terima baik dan buruknya, walaupun gua tetap tidak setuju dengan sikap bobi yang menduakan ceweknya atapun sikap cowok ato cewek kalian tapi gua rasa ini konsekuensi dari sebuah hubungan" kata gua menenangkan mereka
"Walaupun begitu tapi tetep sakit mbel, gua sayang sama dia tapi kenapa dia tega kayak gitu ke gua?" suara Ipeh berubah menjadi serak, dia sudah ga kuat menahan perasaannyanya lagi sehingga air matanya menetes.
"Memang gampang ian kalo cuma lewat kata kata tapi jalaninnya ga segampang itu, elo enak, elo tampang di atas rata rata, elo gampang nyari cewek, dan kayaknya elo ga akan pernah ditinggalin cewek, elo beruntung ian, apalagi elo sekarang pacaran sama dinda, cewek yang notabenenya maba yang paling cantik di angkatannya" Doni mulai serius..
"Bagi elo punya cewek dua kayak gua pasti gampang ian, bagi gua ini jarang terjadi, yah gua tahu mungkin gua salah, tapi gua merasa ini keputusan yang paling baik sekarang, gua senang, mereka senang, dan mungkin elo ga akan bisa rasain apa yang kami rasain karena elo terlalu beruntung ian" kata bobi menambahkan.
"Oke oke walau gua ngerti dengan cara kalian membanding bandingkan perasaan dengan keberuntungan, Gua tahu kalian memang ga seberuntung gua, baiklah kalo kalian berpendapat begitu, gua hanya bisa terima saja jadi gua ga mau ikutan ngomong lagi, lanjutin aja kegalauan kalian seolah kalian orang paling menderita sedunia" kata gua mulai marah..
"Maksud gua bukan begitu mbel, tapii..." kata ipeh meluruskan
"Sudah, anggap aja gua ga ngerti apa apa tentang masalah kalian, " kata gua makin marah..
"mbell,, jangan marah" kata ipeh mulai berkaca kaca lagi...
"Kalian masih untung, kalian tahu bahwa pasangan kalian sekarang ga cukup baik buat kalian, kalian diberi kesempatan untuk mencari yang lebih baik, kalian hanya ga bersukur, gua tahu apa yang terjadi sekarang ini membuat perasaan kalian sakit tapi bukan berarti harus berlarut larut seperti ini, " kata gua marah
"Kalau kalian merasa hidup gua lebih baik, apakah kalian pernah ditinggalkan oleh orang yang sangat mengerti elo, sangat tahu tentang elo, dan elo merasa dia cukup baik untuk elo tapi ternyata pada akhirnya dia bukan ditakdirkan buat elo, dan gua rasa, rasa sakit itu jauh lebih sakit dari apa yang kalian rasakan sekarang, elo tahu semua itu terjadi dengan siapa " kata gua lagi.
keadaan sekarang sangat hening mungkin suara gua terlalu tinggi sehingga membuat kami semua merasa aneh dan saling canggung, walau di sini hanya ada kami berempat dan penjaga kantin tapi suara gua cukup keras sehingga membuat kami menengok melihat sekeliling.
"Maaf kalo suara gua terlalu keras tapi gua ga seneng kalo orang menganggap hidup gua mudah dan selalu berjalan seperti apa yang gua mau" kata gua, sembari berdiri dan meinggalkan mereka..
Gua hanya duduk di gazebo sendiri, 30 menit lalu gua harusnya masuk kelas tapi jujur gua sekarang sedang tidak ada gairah buat kuliah...
"kak, ga masuk kuliah ? " kata dinda yang tiba tiba ada disamping gua
"Lagi bete " kata gua kecut..
"Sayang kenapa ? marah sama siapa ? cerita sama dinda" kata dinda
"Ipeh, doni ma bobi" kata gua
"Mereka kenapa? Mereka masih galau ?" tanya dinda..
"Kakak ga seneng aja mereka selalu membandingkan dirinya dengan kakak, dan menganggap apa yang kakak jalani selama ini sangat mudh, mereka ga tahu untuk sampe disini butuh perjuangan dan sangat ga mudah buat kakak" kata gua.
Semenjak gua pacaran sama dinda, gua menjadi lebih terbuka dan mulai bercerita tentang apa yang gua alami, di balik sosoknya dinda yang terlihat seperti cewek yang ceria dan kekanakan tapi dinda selalu tahu caranya membuat gua merasa tanang dan dia cukup dewasa bila diajak curhat tentang masalah gua.
"Sudah ya kak, jangan marah ya, Dinda kangen melihat kekompakan kakak sama kak ipeh , sama kak Doni, sama kak bobi, semoga kakak cepet baikan sama mereka" kata Dinda, dia tidak menceramahi gua, tidak sok tahu atau sok dewasa, karena dia tahu disaat seperti ini, gua , ipeh, doni dan bobi hanya butuh waktu untuk saling berfikir dan menenangkan diri karena nanti pasti kami akan kembali seperti sedia kala...
bebyzha dan 52 lainnya memberi reputasi
53
Kutip
Balas