- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
fernicos dan 153 lainnya memberi reputasi
138
373.3K
Kutip
1.9K
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
kawan.betina
#533
[BOOK III] Lembaran ke lima tujuh (9) - selesai
Quote:
UTS hari kedua gua datang agak pagi. Gua hari ini hanya datang untuk tanda tangan saja. Di depan kelas gua mendapati Doni yang baru keluar dari kelas tempat kelas kami ujian.
“Don?”
“Eh ian, lo udah tenang kan?” tanya Doni.
“Aman, Ipeh mana don?” tanya Gua.
“Tuh udah di dalem. Ipeh masih uring uringan tuh, ajakin ngomong gih” kata Doni. “Gua sorry banget yang kemarin ian,” Lanjut Doni.
“Jangan dibahas lagi dong, udah lupain aja,” kata Gua.
Gua dan Doni sama sekali gak sadar. Di tengah obrolan gua tiba tiba seseorang berdiri di depan gua dengan wajah marah, tanpa aba aba dia langsung menampar gua dengan keras.
Plaak.....
“Elo udah keterlaluan ian, elo sekarang kasar, elo emosional” kata Linda dengan nada tinggi.
“Udah lin,” Doni mencoba menahan Linda namun dia mendorong Doni untuk menjauh.
“Lo harus minta maaf sama jaka! Apa yang lo lakuian kemarin bisa tergolong kriminal ian, elo dulu baik sekarang elo kasar,” kata Linda.
“Apa bedanya lo sama gua, elo dulu teman baik gua tapi elo sekarang kayak orang asing? apa bedanya? gua yang berubah atau elo yang berubah, semut yang diganggu aja mengigit apa lagi gua” Bantah gua.
“Tapi,”
“Gua tahu Jaka cowok elo Lin sehingga lo ga mungkin nyalahin cowok elo, tapi coba elo mengingat sedikit saja tentang gua, apa pernah gua melakukan sesuatu tanpa alasan, semua selalu gua fikir dan rencanakan, kecuali sesuatu itu udah keterlaluan, dan jaka udah ada dilevel yang keterlaluan itu,” kata Gua.
“Ya gua tahu ian, tapi..”
“Tapi apa?”
“Tapi..”
Gua mendekati wajah linda lalu mengecup bibirnya pelan, Doni yang ada di sana kaget melihat gua mencium Linda, dia celinguk celinguk memastikan tidak ada yang melihat. Linda juga kaget, dia tampak shock dan wajahnya memerah.
“Silahkan tampar gua kalau ciuman tadi membuat lo marah, silahkan,” kata gua menyodorkan pipi gua. Gua bersiap menerima tamparan dari Linda.
Linda terdiam, wajahnya memerah malu. Dia tidak menampar gua. Doni terdiam melihat kami berdua.
“Kenapa lo gak nampar gua? padahal tadi lo nampar gua gara gara Jaka? lo gak adil kan? kenapa?” tanya gua heran.
“Gua... gua emang ga bisa benci elo ian, gua ga bisa bener bener marah ma elo kalau itu menyangkut tentang kita,” jawab Linda.
“Gua gak ngerti sama sekali.
“Kenapa beberapa minggu ini elo jahat banget sama gua, Elo cuekin gua , elo jauhin gua ian, elo egois, Gua selalu ada buat elo tapi elo ngajauhin gua,” kata Linda dengan nada terisak.
“Gua gak pernah kemana-mana,”
“Gak! lo jahat! Lo gak mau narik gua, lo biarin gua hidup seperti ini,” kata Linda.
Linda menangis menjadi-jadi, Doni mematung ga tahu apa yang terjadi, gua mendekati Linda lalu memeluknya, Linda menyambutnya pelukan gua, dan menangis di dada gua. Sepertinya dia merasa sendiri selama ini bila ada masalah dengan jaka. Siapa lagi yang bisa dia hubungi karena gua udah sangat merasa jauh dengan Linda. Gua mengerakkan kepala mengisyaratkan agar doni langsung masuk kelas aja, dan meninggalkan kami berdua, doni manut manut aja sambil mengisyaratakan "nanti ceritain apa yang terjadi ya " dengan gerakan mulut.
“Gua masih ada buat elo Lin, Gua merasa canggung aja karena gua ga mau ribut dengan Jaka , maafin gua kalo gua keterluan sama jaka kemarin” jawab gua. Linda hanya menangis di dada gua. “Nanti Gua mau ke rumah jaka untuk minta maaf, elo ikut ya, kita omongin baik baik, gua ga mau ada musuh lagi.” jawab gua.
Linda mengangguk
“Ya udah, elo ga ikut ujian juga kan?” tanya gua.
Linda mengangguk
“Kita jalan jalan sebentar ya, jaka ga masuk kan sekarang, dia juga ga ikut ujian kan tinggal tanda tangan aja”
“kok elo tahu”
“Tadi gua lihat amplop di meja pengawas.
Linda menunggu gua di luar kelas sementara gua pergi menemui ipeh, pengawas juga belum dateng membawa soal dan abseni ujian.
“Masih ngambek” tanya gua kepada Ipeh.
“Gua ga ngembek” jawab Ipeh pelan.
“Tapi kok diem aja?”
“kenapa kok lo ngorbanin diri elo buat Gua, kan gua yang salah, gua yang nyontek,” jawab ipeh dengan suara getir.
“Karena gua pinter, Gua ngulang mata kuliah itu juga ga masalah, SKS gua kan selalu penuh, jadi elo ga perlu khawatirin gua, ok” Gua mencoba sedikit sombong agar ipeh tak terlalu memikirkan kejadian kemarin, ipeh meneteskan air mata lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Gua mengusap kepalanya agar ipeh lebih tenang..
“Udah Shifa, Shifa yang gua kenal itu Shifa yang tegar, ga gampang nangis. gua gak apa apa kok, tenang aja.” jawab gua. Ipeh masih diem sambil menangis , pengawas dateng membawa soal gua langsung berdiri untuk keluar dan bersiap untuk tanda tangan..
“Peh nanti malem kalo elo ada waktu , elo kekost gua deh, gua tunggu” Gua bergegas keluar
“Lin, udah tanda tangan?”
“Udah”
“Ayo”
Gua memegang tangan Linda sambil berjalan keluar gedung kampus, Linda mengikuti gua dari belakang, dan saat gua di pintu gedung gua berpapasan dengan adinda dan teman teman mabanya, dia melihat gua bingung , gua memberikannya senyum, Dinda membalasnya namun dengan wajah masih agak bingung saat gua melaluinya tiba tiba adinda memanggil
“Kak?”
“Hi din”
gua menoleh,terlihat wajahnya penuh dengan kebingungan, Adinda lalu mendekati kami berdua.
“Bukannya cewek yang kakak gendeng itu ceweknya dari cowok yang kaka hajar kemarin, apa kakak selingkuh sama cewek ini atau cewek ini selingkuh ma cowok kemarin?” tanya Adinda Frontal.
Teman teman maba dinda kaget mendengar kata kata frontal yang keluar dari mulut dinda, gua awalnya kaget tapi setelah mengingat moment saat gua ketemu sama dinda pertama kali, gua rasa ini hal yang wajar, dia sendiri yang bilang kalau dia kadang ga bisa menahan perasaannya sendiri. Linda tersulut emosi mendengar kata kata dinda. apalagi dinda mengatakan ini di depan maba maba yang lumayan banyak.
“Eh jaga ya omongan elo, gua ga selingkuh dan ga ada yang selingkuh, gua sama ian cuman temen dan jaka itu cowok gua” jawab Linda.
“Cewek macam apa yang pagangan tangan sama cowok lain pas pacarnya ga ada” Lanjut Adinda,
Linda tertegun, dia pelan pelan melepas genggaman tangan gua, dia sepertinya ingin melawan statment dinda tapi gua memegang bahunya mengisyaratkan untuk tidak ditanggapi, gua mendekati dinda lalu mengarahkan wajah gua kesamping wajahnya dan membisikinya..
“Cewek macam apa yang pergi dengan cowok lain , padahal pacarnya sedang menunggunya”
Dinda kaget dan tertegun,dia menatap gua dengan penuh ketegangan, gua lalu meninggalkan dinda dan menarik linda kembali, dinda masih mamatung menatap gua. Gua lalu berangkat ke rumah jaka untuk meminta maaf.
“Makasih sudah jenguk Jaka ya Linda,”Sapa mama Jaka Ramah,” Kok bisa bisanya ada yang tega mukul jaka sampai seperti ini,” kata mama jake kepada kami berdua.
Gua menelan lidah.
“Linda benar gak tahu siapa yang memuluk Jaka? karena jaka gak mau bilang sama ibu, ibu juga ingin lapor polisi tapi jangan gak mengizinkan.” kata Mama Jaka.
Gua terhenyak, Linda juga agak kaget, jaka hanya diem saja. Kami mengobrol basa basi sampai akhirnya mama Jaka memberikan kami waktu bicara bertiga saja. Jaka tampak masih kesal, keningnya masih ditutup oleh perban putih.
“Jak, gua minta maaf, Apapun alasan gua mukul elo , gua tetep salah udah main fisik, Gua ga ingin masalah ini jadi masalah yang berlarut larut jak, masalah elo Linda sama gua kayaknya sudah terlalu sensitif. lalu makasih udah gak bawa kasus ini ke ranah yang lebih dalam lagi,” kata gua.
“Lo emang udah gila” jawab Jaka.
“Oke, gua gak bisa bantah ucapan elo. Gua gak mau ngungkit apa yang elo lakuin ke gua sebelumnya karena urusannya bisa jadi panjang. Intinya gua mau minta maaf aja,” kata gua mencoba mengalah.
“Mungkin gua bisa maafin yang kemarin tapi masalah Linda, gua gak akan pernah maafin elo,” kata Jaka.
“Maksud elo?”
“Linda cewek gua, dah harusnya elo jauhin dia, elo jangan deket deket sama dia, jangan sok akrab, jangan sok baik, Inget dia sudah punya cowok yaitu gua, bukan elo,” jawab jaka.
“Gua gak akan ganggu hubungan elo sama Linda, tapi ingat jaka. Dunia bukan cuman punya elo sama Linda aja. Suatu saat elo akan butuh teman teman di kelas, kalian terlalu mengeksklusifkan diri, jangan sampai kalian menyesal saat kalian butuh bantuan orang lain,” jawab gua.
“Lin, kamu aku beri kesempatan untuk memilih, Pilih Gua atau Ian,” ancam jaka.
“Kenapa jadi seperti ini? Linda tidak perlu main pilih pilihan Jak, ini bukan masalah siapa milik siapa, tapi ini masalah gimana elo menyikapi hubungan elo sama linda dengan gua dan teman teman yang lain. Masalah Linda sama elo, gua gak mau ikut campur. tapi bersikaplah wajar sama hubungan kalian berdua. jangan sampai ada orang lain seperti gua yang menjadi korban kecemburuan elo,” jawab gua mulai kesal.
“Biarkan Linda memlih, Gua tetap dengan keputusan Gua , Kalo Linda mau tetep jadi cewek Gua, Elo harus jauh jauh dari dia, sesimpel itu,” kata Jaka kekeh.
“Linda bukan barang yang harus dimiliki kayak gitu jak,” kata Gua.
“Jadi elo perhatian sama linda? bukannya dia pacar gua bukan pacar elo!” jawab Jaka.
“susah ngomong sama elo jak” kata gua berdiri dan tak ingin melanjutkan pembicaraan lagi. Gua berjalan keluar tapu tiba tiba Linda teriak kearah Jaka.
“Kita putus jaka, lebih baik kita putus saja!” kata Linda.
Gua kaget lalu menoleh kearah mereka berdua.
“Kita lebih baik putus jaka, kita putus bukan berarti gua udah ga sayang sama kamu atau gua lebih milih ian, kita putus karena gua ga ingin pacaran dulu, gua capek , Gua capek kayak gini,” kata Linda yang matanya mulau berkaca-kaca.
“Okey, berarti kalian ga ada urusan lagi dong disini! dan elo adrian! lo udah sukses buat linda mutusin gua dan kamu linda, udah sukses ditipu oleh palayboy macam Adrian, selamat bahagia playboy” Sindir Jaka.
“Jaka !!! elo apa apaan sih, elo ituu” kata Linda yang kaget dengan ucapan jaka.
“Sudah lin, Jaka sedang menipu perasaannya sendiri, Jak makasih udah nerima gua bertamu. Mungkin sekarang lo masih tenang, seolah bisa membuang Linda dari hidup lo. Tapi saat Linda keluar dari rumah ini, percayalah hati lo gak akan bisa tenang,” kata Gua.
Gua lalu keluar dari rumah jaka, linda menangis melihat respon jaka yang dingin, Gua langsung memacu motor gua dan linda masih menangis dibelakang..
“Ke kost gua aja ya”
Linda mengangguk
Linda menangis di kost gua, gua hanya bisa mengusap kepalanya, karena saat begini cewek hanya butuh menangis, lebih dari satu jam menangis linda ternyata tertidur di karpet, gua mengendong Linda kekasur agar tidur lebih nyaman,,,
Ba'da magrib..
Tok Tok Tokk......
Gua Membuka Pintu,
“Seperti kata elo, gua udah di sini” kata Ipeh.
“Ayo masuk” aja gua. Ipeh lalu masuk ke kosan gua.
“Sendiri aja mbel?”
“Bedua, sama Linda juga,” jawab gua santai.
“Linda?”
“Tuh tidur di kasur” tunjuk gua kearah Linda yang masih tertidur pulas di atas kasur.
“elo meniduri Linda? pacarnya jaka? ian lo?” kata ipeh lebay.
“Dia tidur peh, gua gak meniduri. Lo kira gua penjahat kelamin apa,” jawab gua.
“Oh kirian” kata Ipeh.
“emang elo, main caplok aja bibir orang,” ejek gua.
“ihhhhh kok masih dibahas sehhh!!!” Pletak, kepala gua di ketok ipeh.
“Aduh sakit peh, orang becanda doang” jawab gua.
“mbel? gua masih merasa bersalah sama elo” kata Ipeh yang lalu duduk di karpet yang biasa gua gunakan untuk belajar bareng, ada meja besar di tengah tengahnya.
“Udah jangan difikirin, orang kayak gua kalo masalah nilai gampang , ga lulus juga gpp kan, bokap gua kaya” Gua pura pura sombong agar ipeh bisa lebih tenang.
“Ye tatap aja gua merasa bersalah mbel,” kata Ipeh. “Linda ? kenapa mbel? matanya bengkak kayak habis nangis,” tanya Ipeh.
“Putus sama jaka” jawab gua.
“Hah ko bisa?”
Tok Tok Tok... tiba tiba pintu kosan gua di ketuk.
“Eh siapa ya? Doni sama bobi mau kesini emang ya?” tanya gua kepada Ipeh.
“Gak tahu gua, gua aja yang buka,” kata Ipeh.
“Oke deh, gua buat teh hangat dulu buat lo kalau gitu,” kata gua sambil menuju dapur.
“nyari siapa ya?” kata Ipeh. berarti itu bukan doni atau bobi.
"nyari kak ian" jawab suara itu.
“oh ayo masuk aja” kata Ipeh. Gua penasaran.
“Siapa peh?” tanya gua.
“oh nama elo siapa?”
“dinda kak”
“Dinda mbel” teriak Ipeh.
Gua kaget, gua langsung ke ruang utama, kost gua bersekat sekat antara dapur dan ruang utama.
“Dinda?” tanya gua kaget.
“ya kak ini dinda.” jawab dinda.
“kok elo tahu kost gua?”
“tadi nanya kak doni, kak” jawab Doni.
“Astaga Doni, peh Doni gak bisa jaga rahasia, oh iya ada perlu apa?” tanya gua.
“hmmmm” Dinda Ragu.
“okay dijawab nanti, masuk aja dulu. mau minum apa, hangat atau dingin” tanya Gua.
“Ga usah repot repot kak” kata Dinda seraya masuk ke kosan gua.
“Susu hangat atau teh hangat atau mau soda ada di kulkas” tanta gua.
Dinda bingung
“Susu hangat aja ya?” tawar gua.
Dinda mengagguk.
“Oke deh tunggu bentar ya, Peh minta tolong bangunin Linda dong,” perintah gua.
Dinda mengerutkan kening karena bingung, dia baru sadar ada cewek tidur di kasur gua.
“Oke,” jawab Ipeh.
Cekleek.. ceklek...
Pintu kost gua tiba tiba terbuka, siapa lagi orang yang punya kunci duplikat kost gua selain Desi.
“Ian, Malam ini gua nginep sini ya, dosen gua kejam banget nyoret nyoret skripsi dan deadline revisinya lusa. ini gua bawain pizza kesukaan elo, elo belum makan kan?” Kak desi teriak sambil masuk kedalam kekost gua, dia belum sadar di sana ada linda ,dinda dan ipeh.
“Eh ada tamu, untung bawa pizznya banyak, maap ya tadi teriak teriak, ian kalau lagi buat minum buatin susu hangat ya,” teriak Desi,
“Eh Desi, oke oke. Makasih pizzanya” teriak gua.
“Semuanya Gua permisi mau mandi dulu yah,” izin Desi. “ian handuk gua ada dimana?” teriak Desi.
“Coba cek di tempat cucian, tadi pagi kalau gak salah gua jemur deh,” teriak gua.
“Oke oke,” Desi bergegas mengambil handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Berapa saat kemudian Desi teriak lagi, “ian kok sabun dan sampo gua gak ada,”
“Yang di kamar mandi udah gua buang karena habis, yang baru ada di dalam laci dekat TV,”
“Bisa tolong ambilin gak? gua udah buka baju nih,”
“oke oke,” gua lalu mengambil perlengkapan mandi di laci lalu menetok pintu kamar mandi. Kepala Desi muncul dari balik kamar mandi.
“makasih ian,”
“mandinya jangan lama lama loh ya, udah dingin ini,” kata gua.
“Oke.” jawab Desi.
Ipeh tidak terlalu kaget dengan kedekatan gua dengan desi tapi tampak wajah penasaran dari Linda dan dinda tampak terlihat dari tadi, walau linda tahu masa lalu gua dengan desi tapi dia ga tau sekarang kami dekat lagi
“Kak ?” Panggil Dinda.
“iya?”
Gua menyiapkan mental , karena mungkin saja dinda akan menanyakan hal yang frontal lagi.
“Don?”
“Eh ian, lo udah tenang kan?” tanya Doni.
“Aman, Ipeh mana don?” tanya Gua.
“Tuh udah di dalem. Ipeh masih uring uringan tuh, ajakin ngomong gih” kata Doni. “Gua sorry banget yang kemarin ian,” Lanjut Doni.
“Jangan dibahas lagi dong, udah lupain aja,” kata Gua.
Gua dan Doni sama sekali gak sadar. Di tengah obrolan gua tiba tiba seseorang berdiri di depan gua dengan wajah marah, tanpa aba aba dia langsung menampar gua dengan keras.
Plaak.....
“Elo udah keterlaluan ian, elo sekarang kasar, elo emosional” kata Linda dengan nada tinggi.
“Udah lin,” Doni mencoba menahan Linda namun dia mendorong Doni untuk menjauh.
“Lo harus minta maaf sama jaka! Apa yang lo lakuian kemarin bisa tergolong kriminal ian, elo dulu baik sekarang elo kasar,” kata Linda.
“Apa bedanya lo sama gua, elo dulu teman baik gua tapi elo sekarang kayak orang asing? apa bedanya? gua yang berubah atau elo yang berubah, semut yang diganggu aja mengigit apa lagi gua” Bantah gua.
“Tapi,”
“Gua tahu Jaka cowok elo Lin sehingga lo ga mungkin nyalahin cowok elo, tapi coba elo mengingat sedikit saja tentang gua, apa pernah gua melakukan sesuatu tanpa alasan, semua selalu gua fikir dan rencanakan, kecuali sesuatu itu udah keterlaluan, dan jaka udah ada dilevel yang keterlaluan itu,” kata Gua.
“Ya gua tahu ian, tapi..”
“Tapi apa?”
“Tapi..”
Gua mendekati wajah linda lalu mengecup bibirnya pelan, Doni yang ada di sana kaget melihat gua mencium Linda, dia celinguk celinguk memastikan tidak ada yang melihat. Linda juga kaget, dia tampak shock dan wajahnya memerah.
“Silahkan tampar gua kalau ciuman tadi membuat lo marah, silahkan,” kata gua menyodorkan pipi gua. Gua bersiap menerima tamparan dari Linda.
Linda terdiam, wajahnya memerah malu. Dia tidak menampar gua. Doni terdiam melihat kami berdua.
“Kenapa lo gak nampar gua? padahal tadi lo nampar gua gara gara Jaka? lo gak adil kan? kenapa?” tanya gua heran.
“Gua... gua emang ga bisa benci elo ian, gua ga bisa bener bener marah ma elo kalau itu menyangkut tentang kita,” jawab Linda.
“Gua gak ngerti sama sekali.
“Kenapa beberapa minggu ini elo jahat banget sama gua, Elo cuekin gua , elo jauhin gua ian, elo egois, Gua selalu ada buat elo tapi elo ngajauhin gua,” kata Linda dengan nada terisak.
“Gua gak pernah kemana-mana,”
“Gak! lo jahat! Lo gak mau narik gua, lo biarin gua hidup seperti ini,” kata Linda.
Linda menangis menjadi-jadi, Doni mematung ga tahu apa yang terjadi, gua mendekati Linda lalu memeluknya, Linda menyambutnya pelukan gua, dan menangis di dada gua. Sepertinya dia merasa sendiri selama ini bila ada masalah dengan jaka. Siapa lagi yang bisa dia hubungi karena gua udah sangat merasa jauh dengan Linda. Gua mengerakkan kepala mengisyaratkan agar doni langsung masuk kelas aja, dan meninggalkan kami berdua, doni manut manut aja sambil mengisyaratakan "nanti ceritain apa yang terjadi ya " dengan gerakan mulut.
“Gua masih ada buat elo Lin, Gua merasa canggung aja karena gua ga mau ribut dengan Jaka , maafin gua kalo gua keterluan sama jaka kemarin” jawab gua. Linda hanya menangis di dada gua. “Nanti Gua mau ke rumah jaka untuk minta maaf, elo ikut ya, kita omongin baik baik, gua ga mau ada musuh lagi.” jawab gua.
Linda mengangguk
“Ya udah, elo ga ikut ujian juga kan?” tanya gua.
Linda mengangguk
“Kita jalan jalan sebentar ya, jaka ga masuk kan sekarang, dia juga ga ikut ujian kan tinggal tanda tangan aja”
“kok elo tahu”
“Tadi gua lihat amplop di meja pengawas.
Linda menunggu gua di luar kelas sementara gua pergi menemui ipeh, pengawas juga belum dateng membawa soal dan abseni ujian.
“Masih ngambek” tanya gua kepada Ipeh.
“Gua ga ngembek” jawab Ipeh pelan.
“Tapi kok diem aja?”
“kenapa kok lo ngorbanin diri elo buat Gua, kan gua yang salah, gua yang nyontek,” jawab ipeh dengan suara getir.
“Karena gua pinter, Gua ngulang mata kuliah itu juga ga masalah, SKS gua kan selalu penuh, jadi elo ga perlu khawatirin gua, ok” Gua mencoba sedikit sombong agar ipeh tak terlalu memikirkan kejadian kemarin, ipeh meneteskan air mata lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Gua mengusap kepalanya agar ipeh lebih tenang..
“Udah Shifa, Shifa yang gua kenal itu Shifa yang tegar, ga gampang nangis. gua gak apa apa kok, tenang aja.” jawab gua. Ipeh masih diem sambil menangis , pengawas dateng membawa soal gua langsung berdiri untuk keluar dan bersiap untuk tanda tangan..
“Peh nanti malem kalo elo ada waktu , elo kekost gua deh, gua tunggu” Gua bergegas keluar
“Lin, udah tanda tangan?”
“Udah”
“Ayo”
Gua memegang tangan Linda sambil berjalan keluar gedung kampus, Linda mengikuti gua dari belakang, dan saat gua di pintu gedung gua berpapasan dengan adinda dan teman teman mabanya, dia melihat gua bingung , gua memberikannya senyum, Dinda membalasnya namun dengan wajah masih agak bingung saat gua melaluinya tiba tiba adinda memanggil
“Kak?”
“Hi din”
gua menoleh,terlihat wajahnya penuh dengan kebingungan, Adinda lalu mendekati kami berdua.
“Bukannya cewek yang kakak gendeng itu ceweknya dari cowok yang kaka hajar kemarin, apa kakak selingkuh sama cewek ini atau cewek ini selingkuh ma cowok kemarin?” tanya Adinda Frontal.
Teman teman maba dinda kaget mendengar kata kata frontal yang keluar dari mulut dinda, gua awalnya kaget tapi setelah mengingat moment saat gua ketemu sama dinda pertama kali, gua rasa ini hal yang wajar, dia sendiri yang bilang kalau dia kadang ga bisa menahan perasaannya sendiri. Linda tersulut emosi mendengar kata kata dinda. apalagi dinda mengatakan ini di depan maba maba yang lumayan banyak.
“Eh jaga ya omongan elo, gua ga selingkuh dan ga ada yang selingkuh, gua sama ian cuman temen dan jaka itu cowok gua” jawab Linda.
“Cewek macam apa yang pagangan tangan sama cowok lain pas pacarnya ga ada” Lanjut Adinda,
Linda tertegun, dia pelan pelan melepas genggaman tangan gua, dia sepertinya ingin melawan statment dinda tapi gua memegang bahunya mengisyaratkan untuk tidak ditanggapi, gua mendekati dinda lalu mengarahkan wajah gua kesamping wajahnya dan membisikinya..
“Cewek macam apa yang pergi dengan cowok lain , padahal pacarnya sedang menunggunya”
Dinda kaget dan tertegun,dia menatap gua dengan penuh ketegangan, gua lalu meninggalkan dinda dan menarik linda kembali, dinda masih mamatung menatap gua. Gua lalu berangkat ke rumah jaka untuk meminta maaf.
“Makasih sudah jenguk Jaka ya Linda,”Sapa mama Jaka Ramah,” Kok bisa bisanya ada yang tega mukul jaka sampai seperti ini,” kata mama jake kepada kami berdua.
Gua menelan lidah.
“Linda benar gak tahu siapa yang memuluk Jaka? karena jaka gak mau bilang sama ibu, ibu juga ingin lapor polisi tapi jangan gak mengizinkan.” kata Mama Jaka.
Gua terhenyak, Linda juga agak kaget, jaka hanya diem saja. Kami mengobrol basa basi sampai akhirnya mama Jaka memberikan kami waktu bicara bertiga saja. Jaka tampak masih kesal, keningnya masih ditutup oleh perban putih.
“Jak, gua minta maaf, Apapun alasan gua mukul elo , gua tetep salah udah main fisik, Gua ga ingin masalah ini jadi masalah yang berlarut larut jak, masalah elo Linda sama gua kayaknya sudah terlalu sensitif. lalu makasih udah gak bawa kasus ini ke ranah yang lebih dalam lagi,” kata gua.
“Lo emang udah gila” jawab Jaka.
“Oke, gua gak bisa bantah ucapan elo. Gua gak mau ngungkit apa yang elo lakuin ke gua sebelumnya karena urusannya bisa jadi panjang. Intinya gua mau minta maaf aja,” kata gua mencoba mengalah.
“Mungkin gua bisa maafin yang kemarin tapi masalah Linda, gua gak akan pernah maafin elo,” kata Jaka.
“Maksud elo?”
“Linda cewek gua, dah harusnya elo jauhin dia, elo jangan deket deket sama dia, jangan sok akrab, jangan sok baik, Inget dia sudah punya cowok yaitu gua, bukan elo,” jawab jaka.
“Gua gak akan ganggu hubungan elo sama Linda, tapi ingat jaka. Dunia bukan cuman punya elo sama Linda aja. Suatu saat elo akan butuh teman teman di kelas, kalian terlalu mengeksklusifkan diri, jangan sampai kalian menyesal saat kalian butuh bantuan orang lain,” jawab gua.
“Lin, kamu aku beri kesempatan untuk memilih, Pilih Gua atau Ian,” ancam jaka.
“Kenapa jadi seperti ini? Linda tidak perlu main pilih pilihan Jak, ini bukan masalah siapa milik siapa, tapi ini masalah gimana elo menyikapi hubungan elo sama linda dengan gua dan teman teman yang lain. Masalah Linda sama elo, gua gak mau ikut campur. tapi bersikaplah wajar sama hubungan kalian berdua. jangan sampai ada orang lain seperti gua yang menjadi korban kecemburuan elo,” jawab gua mulai kesal.
“Biarkan Linda memlih, Gua tetap dengan keputusan Gua , Kalo Linda mau tetep jadi cewek Gua, Elo harus jauh jauh dari dia, sesimpel itu,” kata Jaka kekeh.
“Linda bukan barang yang harus dimiliki kayak gitu jak,” kata Gua.
“Jadi elo perhatian sama linda? bukannya dia pacar gua bukan pacar elo!” jawab Jaka.
“susah ngomong sama elo jak” kata gua berdiri dan tak ingin melanjutkan pembicaraan lagi. Gua berjalan keluar tapu tiba tiba Linda teriak kearah Jaka.
“Kita putus jaka, lebih baik kita putus saja!” kata Linda.
Gua kaget lalu menoleh kearah mereka berdua.
“Kita lebih baik putus jaka, kita putus bukan berarti gua udah ga sayang sama kamu atau gua lebih milih ian, kita putus karena gua ga ingin pacaran dulu, gua capek , Gua capek kayak gini,” kata Linda yang matanya mulau berkaca-kaca.
“Okey, berarti kalian ga ada urusan lagi dong disini! dan elo adrian! lo udah sukses buat linda mutusin gua dan kamu linda, udah sukses ditipu oleh palayboy macam Adrian, selamat bahagia playboy” Sindir Jaka.
“Jaka !!! elo apa apaan sih, elo ituu” kata Linda yang kaget dengan ucapan jaka.
“Sudah lin, Jaka sedang menipu perasaannya sendiri, Jak makasih udah nerima gua bertamu. Mungkin sekarang lo masih tenang, seolah bisa membuang Linda dari hidup lo. Tapi saat Linda keluar dari rumah ini, percayalah hati lo gak akan bisa tenang,” kata Gua.
Gua lalu keluar dari rumah jaka, linda menangis melihat respon jaka yang dingin, Gua langsung memacu motor gua dan linda masih menangis dibelakang..
“Ke kost gua aja ya”
Linda mengangguk
Linda menangis di kost gua, gua hanya bisa mengusap kepalanya, karena saat begini cewek hanya butuh menangis, lebih dari satu jam menangis linda ternyata tertidur di karpet, gua mengendong Linda kekasur agar tidur lebih nyaman,,,
Ba'da magrib..
Tok Tok Tokk......
Gua Membuka Pintu,
“Seperti kata elo, gua udah di sini” kata Ipeh.
“Ayo masuk” aja gua. Ipeh lalu masuk ke kosan gua.
“Sendiri aja mbel?”
“Bedua, sama Linda juga,” jawab gua santai.
“Linda?”
“Tuh tidur di kasur” tunjuk gua kearah Linda yang masih tertidur pulas di atas kasur.
“elo meniduri Linda? pacarnya jaka? ian lo?” kata ipeh lebay.
“Dia tidur peh, gua gak meniduri. Lo kira gua penjahat kelamin apa,” jawab gua.
“Oh kirian” kata Ipeh.
“emang elo, main caplok aja bibir orang,” ejek gua.
“ihhhhh kok masih dibahas sehhh!!!” Pletak, kepala gua di ketok ipeh.
“Aduh sakit peh, orang becanda doang” jawab gua.
“mbel? gua masih merasa bersalah sama elo” kata Ipeh yang lalu duduk di karpet yang biasa gua gunakan untuk belajar bareng, ada meja besar di tengah tengahnya.
“Udah jangan difikirin, orang kayak gua kalo masalah nilai gampang , ga lulus juga gpp kan, bokap gua kaya” Gua pura pura sombong agar ipeh bisa lebih tenang.
“Ye tatap aja gua merasa bersalah mbel,” kata Ipeh. “Linda ? kenapa mbel? matanya bengkak kayak habis nangis,” tanya Ipeh.
“Putus sama jaka” jawab gua.
“Hah ko bisa?”
Tok Tok Tok... tiba tiba pintu kosan gua di ketuk.
“Eh siapa ya? Doni sama bobi mau kesini emang ya?” tanya gua kepada Ipeh.
“Gak tahu gua, gua aja yang buka,” kata Ipeh.
“Oke deh, gua buat teh hangat dulu buat lo kalau gitu,” kata gua sambil menuju dapur.
“nyari siapa ya?” kata Ipeh. berarti itu bukan doni atau bobi.
"nyari kak ian" jawab suara itu.
“oh ayo masuk aja” kata Ipeh. Gua penasaran.
“Siapa peh?” tanya gua.
“oh nama elo siapa?”
“dinda kak”
“Dinda mbel” teriak Ipeh.
Gua kaget, gua langsung ke ruang utama, kost gua bersekat sekat antara dapur dan ruang utama.
“Dinda?” tanya gua kaget.
“ya kak ini dinda.” jawab dinda.
“kok elo tahu kost gua?”
“tadi nanya kak doni, kak” jawab Doni.
“Astaga Doni, peh Doni gak bisa jaga rahasia, oh iya ada perlu apa?” tanya gua.
“hmmmm” Dinda Ragu.
“okay dijawab nanti, masuk aja dulu. mau minum apa, hangat atau dingin” tanya Gua.
“Ga usah repot repot kak” kata Dinda seraya masuk ke kosan gua.
“Susu hangat atau teh hangat atau mau soda ada di kulkas” tanta gua.
Dinda bingung
“Susu hangat aja ya?” tawar gua.
Dinda mengagguk.
“Oke deh tunggu bentar ya, Peh minta tolong bangunin Linda dong,” perintah gua.
Dinda mengerutkan kening karena bingung, dia baru sadar ada cewek tidur di kasur gua.
“Oke,” jawab Ipeh.
Cekleek.. ceklek...
Pintu kost gua tiba tiba terbuka, siapa lagi orang yang punya kunci duplikat kost gua selain Desi.
“Ian, Malam ini gua nginep sini ya, dosen gua kejam banget nyoret nyoret skripsi dan deadline revisinya lusa. ini gua bawain pizza kesukaan elo, elo belum makan kan?” Kak desi teriak sambil masuk kedalam kekost gua, dia belum sadar di sana ada linda ,dinda dan ipeh.
“Eh ada tamu, untung bawa pizznya banyak, maap ya tadi teriak teriak, ian kalau lagi buat minum buatin susu hangat ya,” teriak Desi,
“Eh Desi, oke oke. Makasih pizzanya” teriak gua.
“Semuanya Gua permisi mau mandi dulu yah,” izin Desi. “ian handuk gua ada dimana?” teriak Desi.
“Coba cek di tempat cucian, tadi pagi kalau gak salah gua jemur deh,” teriak gua.
“Oke oke,” Desi bergegas mengambil handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Berapa saat kemudian Desi teriak lagi, “ian kok sabun dan sampo gua gak ada,”
“Yang di kamar mandi udah gua buang karena habis, yang baru ada di dalam laci dekat TV,”
“Bisa tolong ambilin gak? gua udah buka baju nih,”
“oke oke,” gua lalu mengambil perlengkapan mandi di laci lalu menetok pintu kamar mandi. Kepala Desi muncul dari balik kamar mandi.
“makasih ian,”
“mandinya jangan lama lama loh ya, udah dingin ini,” kata gua.
“Oke.” jawab Desi.
Ipeh tidak terlalu kaget dengan kedekatan gua dengan desi tapi tampak wajah penasaran dari Linda dan dinda tampak terlihat dari tadi, walau linda tahu masa lalu gua dengan desi tapi dia ga tau sekarang kami dekat lagi
“Kak ?” Panggil Dinda.
“iya?”
Gua menyiapkan mental , karena mungkin saja dinda akan menanyakan hal yang frontal lagi.
bebyzha dan 43 lainnya memberi reputasi
44
Kutip
Balas
Tutup