- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
![kawan.betina](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/04/06/avatar8621722_20.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
![Son of the Rich (Reborn)](https://s.kaskus.id/images/2020/10/16/8621722_20201016060039.jpg)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
![ugalugalih](https://s.kaskus.id/user/avatar/2023/12/06/avatar11513252_2.gif)
![bebyzha](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/08/27/avatar11086311_3.gif)
![fernicos](https://s.kaskus.id/user/avatar/2003/06/03/avatar16483_11.gif)
fernicos dan 153 lainnya memberi reputasi
138
373.3K
Kutip
1.9K
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
![kawan.betina](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/04/06/avatar8621722_20.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
kawan.betina
#523
[BOOK III] Lembaran ke lima enam (8) - tidak terkontrol
Quote:
UTS hari pertama. Badan gua rasanya segar sekali karena hari sebelumnya gua tidak direcoki oleh Ipeh cs. Biasnaya pada UTS atau ujian lain mereka selalu memaksa gua untuk mengajari mereka dan kadang mereka menginap di kosan gua. walaupun gua agak khawatir karena mereka sepertinya kurang siap pada UTS ini.
“Ian, ada yang nyariin elo tuh” kata Vita, masih ada 20 menit lagi sebelum UTS pertama berlangsung. Doni tiba-tiba dateng dari belakang Vita dan melempar buku ke arah gua.
“Mr stalker, tuh korbannya nyariin,” kata Doni.
“Kenapa sih ini?” tanya Gua bingung.
“itu tuh, Sang pencubit pipi nyari elo di luar” lanjut Doni.
“Adinda?”
“Emang siapa lagi, atau jangan jangan yang nyubit pipi lo banyak, padahal pipi gua juga lebih lucu dari lo kenapa bukan gua yang dicubit pipinya,” kesal Doni.
Tanpa mendengar ucapan Doni gua langsung menuju keluar kelas karena masih ada 20 menit sebelum ujian berlangsung. Namun tiba tiba Linda menarik tangan gua sebelum keluar kelas.
“Gua mau ngomong bentar”
“Hah?”
“Ian, gua mau ngomong sebentar!” Paksa Linda.
“Jangan disini dan juga jangan sekarang. Gua ga mau berurusan sama jaka lagi. Jujur nih, stok kesabaran gua sama jaka udah habis jadi nanti kalo dia macem-macem lagi sama gua gara gara elo ngomong sama gue, cowok elo bisa gua hajar sampe babak belur.” jawab gua. Linda shock.
“Tapi ian?”
“Kayaknya kita perlu jaga jarak karena sekarang lo juga bukan seperti Linda yang gua kenal dulu” kata gua tegas. Linda berkaca-kaca, gua melihat sekitar kelas. Jaka pagi itu belum terlihat, tak seperti biasanya dimana ada Jaka di sana pasti ada Linda, mungkin mereka lagi berantem atau mereka udah putus, gua ga mau tahu, untuk sekarang gua masih males berhubungan dengan mereka.
Linda menarik tangan gua namun Gua mencoba melepaskannya, Seperti yang gua prediksikan, Linda lari keluar kelas, dengan mata berkaca kaca, tapi maaf Linda, untuk sekarang gua ga bisa ngejer elo. tak ingin ikut drama linda dengan jaga lagu gua memutuskan langsung keluar kelas.
“Ada apa Dinda? tumben?” tanya Gua kepada Dinda yang masih celingak celinguk melihat sekitar.
“Eh anu kak, dinda mau balikin jaket kak” Jawab Dinda. Gua baru inget jaket buat penyamaran dinda dulu belum dia balikin ke gua.
“oh,, iya iya, repot repot segala”
“Gak apa apa kok kak, terima kasih udah minjemin jaketnya”
“Kok Dinda tahu kakak UTS disini?” tanya gua.
“Dinda nyari Jadwal UTS kelas kakak di mading kak” Jawab Dinda jujur.
“Kita kan belum tukeran nomor Hape, kalau boleh kakak minta nomor hapenya biar bisa hubungi kakak langsung gimana?” Pinta gua.
“oh iya kak, ini nomor hape dinda” Gua dengan cepat mengambil ponsel di tas gua dan kembali berlari menuju Dinda.
“Dinda ada UTS juga?”
“Ga ada kak, ini mau belajar sama temen temen” kata DInda.
“hebat nih, sekarang udah punya banyak temen” puji gua.
“Sejujurnya ini gara gara kakak nyulik dinda, dinda ngerasa seru kalo ada temen ngobrol dan curhat”
“Cowok lo gimana? gak marah? gak suruh lo cepet pulang lagi?” tanya gua penasaran.
“Mmmm Dinda ancem cowok dinda kalo dia terus ngekang dinda, dinda laporin ke orang tua dinda kalo dia macem macem sama dinda. Kayaknya dia takut dinda hilang seperti saat kakak nyulik dinda.” kata Dinda.
“wiihhhh sadisss”
“itu gara gara kakak nyulik dinda”
“kok bisa?”
“Dinda juga ga tau, tapi dinda kayak lebih berani aja”
“Aduh gua masih belum paham korelasinya hehehe,, ya udah kalo memang nyulik elo membawa banyak berkah, kapan kapan gua culik lagi ya” Canda gua.
“Ditunggu kak” jawab dinda yang membuat hati gua berdetak kencang.”Dinda balik dulu ya kak, makasih jaketnya, dadah kakak,” kata Dinda serapa pergi meninggalkan gua yang hampir sesak mendengar kejujurannya.
Daahhh.....
Geplaakkkkk kepala gua ditabok Doni...
“Elo harus cerita sama Gua, kok bisa elo nyulik dinda? dan kok bisa yang diculik malah datengin elo bukannya malah takut” kata Doni.
“Kempret lo nguping ya?”
“Dikit!
“Melanggar privasi banget sih, sialan lo!” kesal gua. “Lo udah belajar gak sih?” tanya gua penasaran.
“Dikit,”
“Dikit dikit mulu, Ipeh sama Bobi udah belajar juga ga?” tanya Gua. Doni seolah menghindari gua.
“Ayo masuk bentar lagi pengawas dateng,”
“Awas aja kalau nilai kalian ancur ancuran, padahal gua udah siap siap ngajar kalian, eh kalian malah ilang,” Jawab gua. Doni hanya senyum dan kembali masuk kelas.
Gua masih terdiam di luar melihat lorong gedung yang tadinya dilewati Adinda. Kadang ini yang membuat gua bingung. Seribu hal yang kita lakukan untuk mengubah seseorang, bisa saja terasa sia sia dan tidak ada artinya tapi kadang hal yang spontan dan terasa kecil bisa mengubah seseorang menjadi lebih baik. Senang mendengar adinda bisa lebih terbuka dengan teman temannya, seperti saat awal kenal Linda dulu, anak yang serius tapi menjadi bisa berbaur namun setelah pacaran dengan jaka kembali menjadi seperti dulu.
Ternyata benar dugaan gua. Mereka sama sekali tidak belajar. Gua punya komitmen untuk tidak memberitahu siapapun saat ujian berlangsung, kalau mau mengganggu gua silahkan ganggu saat sebelum ujian, tanya gua sebebasnya gua akan bantu semaksimal mungkin. Namun bila sudah waktunya ujian. Saatnya menjadi tanggung jawab masing masing. Kondisi kelas itu sangat tidak kondusif, banyak sekali gua lihat kertas kertas berestafet kesana kemari di bawah kursi. Suara suara berbisik yang mereka kira kecil cukup terdengar oleh gua. Pengawas sudah mulai terganggu oleh ipeh Cs dan teman teman yang lain yang mulai grasak grusuk dari tadi sehingga pengawas berapa kali berdehem.
Setelah berhenti sejenak, kertas mulai terbang kesana kemari lagi, entah dari mana sumber jawaban itu, jujur gua ga mau tahu. Pengawas masih belum sadar gerakan bawah tanah anak anak-kelas, gua cuek aja, gua ingin segera keluar dari kelas. Ipeh duduk dua kursi di depan gua dan bobi duduk disamping gua. Ipeh melempar kertas ke kursi bobi tapi karena terlalu pelan kertas itu malah mendekat ke meja gua, pengawas curiga, bobi diem mematung. dan petaka datang ketika pengawas itu berdiri dan jalan menuju kursi gua lalu mengambil kertas tadi.
“Ini kertas siapa?” tanya Pak Herman, pengawas yang menjawab sebagai pegawai Tata usaha. “Saya ulangi lagi , ini kertas siapa?” teriak Pak herman kembali namun tidak ada yang menjawab.
“Baik kalau itu mau kalian, kalo ga ada yang ngaku, 9 mahasiswa yang berada di dekat kertas ini saya anggap mencontek dan akan diberi nilai 0 untuk UTS ini, sesuai tata tertib ujian. Sepakat?” Ancam Pak herman, kelas mulai ribut, orang orang di dekat kertas itu mulai panik.
Ipeh tampak sudah berkeringat dingin, Bobi hanya menunduk takut. Nilau UTS berbobot 25 % dan akan sangat mepengaruhi nilai total, Mungkin hanya Gua yang masih bisa masih bisa dapet B+ bila nilai UTS gua nol dengan syarat semua nilai Gua 100 semua, walau agak mustahil bisa memperolah nilai sempurna. Namun apabila Ipeh CS mengaku maka nilai mereka maksimal adalah D. artinya mereka tidak lulus.
Dada gua udah panas dan emosi, karena udah gua ingetin berkali kali mereka tetep aja saling contek, kalo udah gini kan jadinya malah berabe. pengawas itu masih menunggu jawaban, gua menarik nafas panjang lalu gua mengancungkan tangan.
“Anda yang punya lembaran ini?” tanya Pengawas.
“Ya” jawab gua.
Semua teman kelas menoleh, mereka tahu bukan gua yang mencontek. Doni dan Bobi tampak saling melihat lalu memandang gua dengan perasaan menyesal.
“Nomor urut anda berapa?” tanya Pak Herman.
“39 pak” jawab gua.
“Udah keluar sana, mana kertas jawaban mu” kata Pak herman lalu dia sobek di depan wajah gua. “Mahasiswa kok tukang nyontek” Sindir Pek harman.
“Udah pak jangan banyak omong, tugas anda mengawasi bukan menasihati” kata Gua kesal.
Gua kesel juga sama pengawas yang sok bijak apalagi sampai merobak kertas jawaban gua seolah menunjukan keangkuhannya. Padahal Pak Herman yang bekerja di TU jurusan ini sering ga ontime kalo sedang mengurus KRS, dan juga sering males malesan juga kalo pagi hari, dia malah sok ceramahin gua. Mungkin juga gua kesal karena memang gua ga nyontek jadi gua merasa benar. Gua bukan mau sok pahlawan mencoba menjadi tameng atas kesalahan Ipeh Cs, tapi gua merasa cuman gua yang bisa bertahan dengan nilai yang baik walau mata kuliah ini gua dapet nilai D sekalipun.
“Eh anda sudah salah malah nyolot ya!!!” kata Pak Herman.
“Ssttttt,,,, yang lain sedang ujian, jangan ribut pak” Balas gua seraya berdiri.
“Eh, anda tidak sopan, udah bodoh , ga tahu etika lagi !!!!” Balas Pak herman.
“Hati-hati mulut anda kalo ngomong!” kata gua kesal.
“Anda ngancam saya” kata Pak herman dengann suara tambah tinggi.
“Udah-udah pak, biarin aja pak” kata bu Ririn pegawai Tu yang juga jadi pengawas Disana. Bu Ririn cukup mengenal gua.
“Anda bisa saya laporkan ke Kajur”
“Ailahkan Pak dengan senang hati”
Gua keluar dengan emosi, niat baik gua malah berakhir tragis, semua anak terdiam ga ada yang berani ngomong, Ipeh bahkan sepertinya udah berkaca kaca, tapi gua isyaratkan agar diem saja, jangan ikut bicara apalagi sampai mengaku,,,
Gua menunggu di parkiran, motor gua berapa kali menjadi korban kekesalan gua dengan pasrah menerima tendangan dan pukulan dari gua, gua emosi entah sama siapa, apa pengawasnya atau sikap Ipeh Cs yang masih aja sering nyontek, gua berharap apa yang gua lakuin ini bisa membuat mereka belajar dengan serius, dan gua ga perlu lagi menjadi sok pahlawan lagi.
Ujian akhirnya sudah selesai, Doni dan bobi menghampiri gua di parkiran.
“Maaf gua ian, gua ga tahu mau bilang apa lagi, gua nyesel” kata Doni.
“Gua juga ian, maaf banget. Gua nyesel banget,” Sambut Bobi.
“Udah jangan di bahas, nanti gua tambah kesel,” jawab Gua.” Ipeh mana?” tanya gua.
“Ipeh masih nangis di kelas, dia ga mau keluar” jawab Doni.
“Oke deh gua masuk ke kelas dulu, nenangin ipeh,” jawab gua.
“ian, sumpah gua merasa bersalah banget” kata Bobi masih terlihat sedih.
“udah don,bob, lupain ya. Kalian bahas lagi gua benaran marah ini,” kata gua.
Gua lalu bergegas masuk kelas, sesampainya di depan pintu gedung matematika, Tampak Jaka dan Linda keluar dari sana berbarengan. Linda tak berani menatap gua karena peristiwa sebelum ujian sedangkan Jaka Berbeda. Dia melihat gua Lama, terus dia tersenyum senang melihat gua seolah sedang mengejek perbuatan gua tadi.
“Ayo sayang jauh jauh dari sini, di sini baunya busuk,” kata Jaka saat gua melintas.
Gua berbalik lalu memegang pundak jaka.
“Apaan sih lo?” tanya jaka berbalik dan menampik tangan gua.
“Kesabaran gua ada batasnya, gua sekarang gak dalam kondisi bisa meladeni sifat kenakak kanakan lo. Jaga mulut dan tatapan lo, jangan sok di depan gua!” kata gua kesal.
“ngapain elo tiba tiba marah ke Gua” jawab Jaka.
“udah ian, lo jangan ganggu kami lagi!” kata Linda.
“baik! emang lo jak!” kata gua kesal, Emosi gua sedang sangat labil, tangan gua langsung terbang ke wajah jaka dengan mulus, gua ga tahu seberapa keras pukulan itu tapi mungkin tangan gua mengores keningnya sehingga keningnya robek lalu mengeluarkan banyak darah, Jaka tersungkur di depan gua. Linda shock, anak-anak kelas mengerubungi gua, dan bukan hanya teman teman kelas tapi anak anak yang ada di dekat sana juga sudah mengerubungi kami, dan di sana juga ada Dinda.
“ian, elo udah keterlaluan” teriak Linda.
Doni menarik gua, agar gua ga melabrak jaka lagi, dan teman teman lain langsung menolong jaka dan sepertinya akan membawanya kerumah sakit, karena darahnya cukup banyak,
“ elo jahat ian, elo jahat!” kata linda lagi.
“Gua emang jahat, elo baru tahu?”
“Udah ian, tenang bro, please tenang,” kata Doni menarik gua menjauh.
saat doni menarik gua, gua melihat dinda sedang nelihat gua, dia tampak kaget dengan kelakuan gua yang udah kayak orang gila, tapi terserahlah gua ga mau tahu orang orang nanggepin gua seperti apa, yang penting gua puas.
**********************************************************
Gua terdiam sambil duduk di lantai dan bersandar di tempat tidur. Desi sedang sibuk mengetik skripsinya di depan gua.
“Gua tadi kelepasan lagi” Jujur gua kepada Desi. Desi kaget, ia lalu mendekati gua dan memasang wajah panasaran.
“Ada masalah apa lagi?” tanya Desi. Gua lalu pelan pelan bercerita tentang semua yang terjadi pagi itu di kampus.
“Oke, sekarang kamu tenang ian. Kamu tenangin diri, besok masih ada UTS kan?
“Ada tapi cuman tanda tangan doang karena gua sudah mengerjakan presentasi pilihan di kelas sebagai pengganti UTS.”
“Besok ian langsung balik aja, untuk sementara ian hindari teman teman dulu, sampe ian sudah bisa kontrol emosi”
“Makasih des” Desi merangkul gua, sambil mengelus punggung gua
“malam ini gua pulang , ga nginep sini , karena besokk mau ke perpus pagi pagi”
“ya gak apa apa des,”
“Ian, ada yang nyariin elo tuh” kata Vita, masih ada 20 menit lagi sebelum UTS pertama berlangsung. Doni tiba-tiba dateng dari belakang Vita dan melempar buku ke arah gua.
“Mr stalker, tuh korbannya nyariin,” kata Doni.
“Kenapa sih ini?” tanya Gua bingung.
“itu tuh, Sang pencubit pipi nyari elo di luar” lanjut Doni.
“Adinda?”
“Emang siapa lagi, atau jangan jangan yang nyubit pipi lo banyak, padahal pipi gua juga lebih lucu dari lo kenapa bukan gua yang dicubit pipinya,” kesal Doni.
Tanpa mendengar ucapan Doni gua langsung menuju keluar kelas karena masih ada 20 menit sebelum ujian berlangsung. Namun tiba tiba Linda menarik tangan gua sebelum keluar kelas.
“Gua mau ngomong bentar”
“Hah?”
“Ian, gua mau ngomong sebentar!” Paksa Linda.
“Jangan disini dan juga jangan sekarang. Gua ga mau berurusan sama jaka lagi. Jujur nih, stok kesabaran gua sama jaka udah habis jadi nanti kalo dia macem-macem lagi sama gua gara gara elo ngomong sama gue, cowok elo bisa gua hajar sampe babak belur.” jawab gua. Linda shock.
“Tapi ian?”
“Kayaknya kita perlu jaga jarak karena sekarang lo juga bukan seperti Linda yang gua kenal dulu” kata gua tegas. Linda berkaca-kaca, gua melihat sekitar kelas. Jaka pagi itu belum terlihat, tak seperti biasanya dimana ada Jaka di sana pasti ada Linda, mungkin mereka lagi berantem atau mereka udah putus, gua ga mau tahu, untuk sekarang gua masih males berhubungan dengan mereka.
Linda menarik tangan gua namun Gua mencoba melepaskannya, Seperti yang gua prediksikan, Linda lari keluar kelas, dengan mata berkaca kaca, tapi maaf Linda, untuk sekarang gua ga bisa ngejer elo. tak ingin ikut drama linda dengan jaga lagu gua memutuskan langsung keluar kelas.
“Ada apa Dinda? tumben?” tanya Gua kepada Dinda yang masih celingak celinguk melihat sekitar.
“Eh anu kak, dinda mau balikin jaket kak” Jawab Dinda. Gua baru inget jaket buat penyamaran dinda dulu belum dia balikin ke gua.
“oh,, iya iya, repot repot segala”
“Gak apa apa kok kak, terima kasih udah minjemin jaketnya”
“Kok Dinda tahu kakak UTS disini?” tanya gua.
“Dinda nyari Jadwal UTS kelas kakak di mading kak” Jawab Dinda jujur.
“Kita kan belum tukeran nomor Hape, kalau boleh kakak minta nomor hapenya biar bisa hubungi kakak langsung gimana?” Pinta gua.
“oh iya kak, ini nomor hape dinda” Gua dengan cepat mengambil ponsel di tas gua dan kembali berlari menuju Dinda.
“Dinda ada UTS juga?”
“Ga ada kak, ini mau belajar sama temen temen” kata DInda.
“hebat nih, sekarang udah punya banyak temen” puji gua.
“Sejujurnya ini gara gara kakak nyulik dinda, dinda ngerasa seru kalo ada temen ngobrol dan curhat”
“Cowok lo gimana? gak marah? gak suruh lo cepet pulang lagi?” tanya gua penasaran.
“Mmmm Dinda ancem cowok dinda kalo dia terus ngekang dinda, dinda laporin ke orang tua dinda kalo dia macem macem sama dinda. Kayaknya dia takut dinda hilang seperti saat kakak nyulik dinda.” kata Dinda.
“wiihhhh sadisss”
“itu gara gara kakak nyulik dinda”
“kok bisa?”
“Dinda juga ga tau, tapi dinda kayak lebih berani aja”
“Aduh gua masih belum paham korelasinya hehehe,, ya udah kalo memang nyulik elo membawa banyak berkah, kapan kapan gua culik lagi ya” Canda gua.
“Ditunggu kak” jawab dinda yang membuat hati gua berdetak kencang.”Dinda balik dulu ya kak, makasih jaketnya, dadah kakak,” kata Dinda serapa pergi meninggalkan gua yang hampir sesak mendengar kejujurannya.
Daahhh.....
Geplaakkkkk kepala gua ditabok Doni...
“Elo harus cerita sama Gua, kok bisa elo nyulik dinda? dan kok bisa yang diculik malah datengin elo bukannya malah takut” kata Doni.
“Kempret lo nguping ya?”
“Dikit!
“Melanggar privasi banget sih, sialan lo!” kesal gua. “Lo udah belajar gak sih?” tanya gua penasaran.
“Dikit,”
“Dikit dikit mulu, Ipeh sama Bobi udah belajar juga ga?” tanya Gua. Doni seolah menghindari gua.
“Ayo masuk bentar lagi pengawas dateng,”
“Awas aja kalau nilai kalian ancur ancuran, padahal gua udah siap siap ngajar kalian, eh kalian malah ilang,” Jawab gua. Doni hanya senyum dan kembali masuk kelas.
Gua masih terdiam di luar melihat lorong gedung yang tadinya dilewati Adinda. Kadang ini yang membuat gua bingung. Seribu hal yang kita lakukan untuk mengubah seseorang, bisa saja terasa sia sia dan tidak ada artinya tapi kadang hal yang spontan dan terasa kecil bisa mengubah seseorang menjadi lebih baik. Senang mendengar adinda bisa lebih terbuka dengan teman temannya, seperti saat awal kenal Linda dulu, anak yang serius tapi menjadi bisa berbaur namun setelah pacaran dengan jaka kembali menjadi seperti dulu.
Ternyata benar dugaan gua. Mereka sama sekali tidak belajar. Gua punya komitmen untuk tidak memberitahu siapapun saat ujian berlangsung, kalau mau mengganggu gua silahkan ganggu saat sebelum ujian, tanya gua sebebasnya gua akan bantu semaksimal mungkin. Namun bila sudah waktunya ujian. Saatnya menjadi tanggung jawab masing masing. Kondisi kelas itu sangat tidak kondusif, banyak sekali gua lihat kertas kertas berestafet kesana kemari di bawah kursi. Suara suara berbisik yang mereka kira kecil cukup terdengar oleh gua. Pengawas sudah mulai terganggu oleh ipeh Cs dan teman teman yang lain yang mulai grasak grusuk dari tadi sehingga pengawas berapa kali berdehem.
Setelah berhenti sejenak, kertas mulai terbang kesana kemari lagi, entah dari mana sumber jawaban itu, jujur gua ga mau tahu. Pengawas masih belum sadar gerakan bawah tanah anak anak-kelas, gua cuek aja, gua ingin segera keluar dari kelas. Ipeh duduk dua kursi di depan gua dan bobi duduk disamping gua. Ipeh melempar kertas ke kursi bobi tapi karena terlalu pelan kertas itu malah mendekat ke meja gua, pengawas curiga, bobi diem mematung. dan petaka datang ketika pengawas itu berdiri dan jalan menuju kursi gua lalu mengambil kertas tadi.
“Ini kertas siapa?” tanya Pak Herman, pengawas yang menjawab sebagai pegawai Tata usaha. “Saya ulangi lagi , ini kertas siapa?” teriak Pak herman kembali namun tidak ada yang menjawab.
“Baik kalau itu mau kalian, kalo ga ada yang ngaku, 9 mahasiswa yang berada di dekat kertas ini saya anggap mencontek dan akan diberi nilai 0 untuk UTS ini, sesuai tata tertib ujian. Sepakat?” Ancam Pak herman, kelas mulai ribut, orang orang di dekat kertas itu mulai panik.
Ipeh tampak sudah berkeringat dingin, Bobi hanya menunduk takut. Nilau UTS berbobot 25 % dan akan sangat mepengaruhi nilai total, Mungkin hanya Gua yang masih bisa masih bisa dapet B+ bila nilai UTS gua nol dengan syarat semua nilai Gua 100 semua, walau agak mustahil bisa memperolah nilai sempurna. Namun apabila Ipeh CS mengaku maka nilai mereka maksimal adalah D. artinya mereka tidak lulus.
Dada gua udah panas dan emosi, karena udah gua ingetin berkali kali mereka tetep aja saling contek, kalo udah gini kan jadinya malah berabe. pengawas itu masih menunggu jawaban, gua menarik nafas panjang lalu gua mengancungkan tangan.
“Anda yang punya lembaran ini?” tanya Pengawas.
“Ya” jawab gua.
Semua teman kelas menoleh, mereka tahu bukan gua yang mencontek. Doni dan Bobi tampak saling melihat lalu memandang gua dengan perasaan menyesal.
“Nomor urut anda berapa?” tanya Pak Herman.
“39 pak” jawab gua.
“Udah keluar sana, mana kertas jawaban mu” kata Pak herman lalu dia sobek di depan wajah gua. “Mahasiswa kok tukang nyontek” Sindir Pek harman.
“Udah pak jangan banyak omong, tugas anda mengawasi bukan menasihati” kata Gua kesal.
Gua kesel juga sama pengawas yang sok bijak apalagi sampai merobak kertas jawaban gua seolah menunjukan keangkuhannya. Padahal Pak Herman yang bekerja di TU jurusan ini sering ga ontime kalo sedang mengurus KRS, dan juga sering males malesan juga kalo pagi hari, dia malah sok ceramahin gua. Mungkin juga gua kesal karena memang gua ga nyontek jadi gua merasa benar. Gua bukan mau sok pahlawan mencoba menjadi tameng atas kesalahan Ipeh Cs, tapi gua merasa cuman gua yang bisa bertahan dengan nilai yang baik walau mata kuliah ini gua dapet nilai D sekalipun.
“Eh anda sudah salah malah nyolot ya!!!” kata Pak Herman.
“Ssttttt,,,, yang lain sedang ujian, jangan ribut pak” Balas gua seraya berdiri.
“Eh, anda tidak sopan, udah bodoh , ga tahu etika lagi !!!!” Balas Pak herman.
“Hati-hati mulut anda kalo ngomong!” kata gua kesal.
“Anda ngancam saya” kata Pak herman dengann suara tambah tinggi.
“Udah-udah pak, biarin aja pak” kata bu Ririn pegawai Tu yang juga jadi pengawas Disana. Bu Ririn cukup mengenal gua.
“Anda bisa saya laporkan ke Kajur”
“Ailahkan Pak dengan senang hati”
Gua keluar dengan emosi, niat baik gua malah berakhir tragis, semua anak terdiam ga ada yang berani ngomong, Ipeh bahkan sepertinya udah berkaca kaca, tapi gua isyaratkan agar diem saja, jangan ikut bicara apalagi sampai mengaku,,,
Gua menunggu di parkiran, motor gua berapa kali menjadi korban kekesalan gua dengan pasrah menerima tendangan dan pukulan dari gua, gua emosi entah sama siapa, apa pengawasnya atau sikap Ipeh Cs yang masih aja sering nyontek, gua berharap apa yang gua lakuin ini bisa membuat mereka belajar dengan serius, dan gua ga perlu lagi menjadi sok pahlawan lagi.
Ujian akhirnya sudah selesai, Doni dan bobi menghampiri gua di parkiran.
“Maaf gua ian, gua ga tahu mau bilang apa lagi, gua nyesel” kata Doni.
“Gua juga ian, maaf banget. Gua nyesel banget,” Sambut Bobi.
“Udah jangan di bahas, nanti gua tambah kesel,” jawab Gua.” Ipeh mana?” tanya gua.
“Ipeh masih nangis di kelas, dia ga mau keluar” jawab Doni.
“Oke deh gua masuk ke kelas dulu, nenangin ipeh,” jawab gua.
“ian, sumpah gua merasa bersalah banget” kata Bobi masih terlihat sedih.
“udah don,bob, lupain ya. Kalian bahas lagi gua benaran marah ini,” kata gua.
Gua lalu bergegas masuk kelas, sesampainya di depan pintu gedung matematika, Tampak Jaka dan Linda keluar dari sana berbarengan. Linda tak berani menatap gua karena peristiwa sebelum ujian sedangkan Jaka Berbeda. Dia melihat gua Lama, terus dia tersenyum senang melihat gua seolah sedang mengejek perbuatan gua tadi.
“Ayo sayang jauh jauh dari sini, di sini baunya busuk,” kata Jaka saat gua melintas.
Gua berbalik lalu memegang pundak jaka.
“Apaan sih lo?” tanya jaka berbalik dan menampik tangan gua.
“Kesabaran gua ada batasnya, gua sekarang gak dalam kondisi bisa meladeni sifat kenakak kanakan lo. Jaga mulut dan tatapan lo, jangan sok di depan gua!” kata gua kesal.
“ngapain elo tiba tiba marah ke Gua” jawab Jaka.
“udah ian, lo jangan ganggu kami lagi!” kata Linda.
“baik! emang lo jak!” kata gua kesal, Emosi gua sedang sangat labil, tangan gua langsung terbang ke wajah jaka dengan mulus, gua ga tahu seberapa keras pukulan itu tapi mungkin tangan gua mengores keningnya sehingga keningnya robek lalu mengeluarkan banyak darah, Jaka tersungkur di depan gua. Linda shock, anak-anak kelas mengerubungi gua, dan bukan hanya teman teman kelas tapi anak anak yang ada di dekat sana juga sudah mengerubungi kami, dan di sana juga ada Dinda.
“ian, elo udah keterlaluan” teriak Linda.
Doni menarik gua, agar gua ga melabrak jaka lagi, dan teman teman lain langsung menolong jaka dan sepertinya akan membawanya kerumah sakit, karena darahnya cukup banyak,
“ elo jahat ian, elo jahat!” kata linda lagi.
“Gua emang jahat, elo baru tahu?”
“Udah ian, tenang bro, please tenang,” kata Doni menarik gua menjauh.
saat doni menarik gua, gua melihat dinda sedang nelihat gua, dia tampak kaget dengan kelakuan gua yang udah kayak orang gila, tapi terserahlah gua ga mau tahu orang orang nanggepin gua seperti apa, yang penting gua puas.
**********************************************************
Gua terdiam sambil duduk di lantai dan bersandar di tempat tidur. Desi sedang sibuk mengetik skripsinya di depan gua.
“Gua tadi kelepasan lagi” Jujur gua kepada Desi. Desi kaget, ia lalu mendekati gua dan memasang wajah panasaran.
“Ada masalah apa lagi?” tanya Desi. Gua lalu pelan pelan bercerita tentang semua yang terjadi pagi itu di kampus.
“Oke, sekarang kamu tenang ian. Kamu tenangin diri, besok masih ada UTS kan?
“Ada tapi cuman tanda tangan doang karena gua sudah mengerjakan presentasi pilihan di kelas sebagai pengganti UTS.”
“Besok ian langsung balik aja, untuk sementara ian hindari teman teman dulu, sampe ian sudah bisa kontrol emosi”
“Makasih des” Desi merangkul gua, sambil mengelus punggung gua
“malam ini gua pulang , ga nginep sini , karena besokk mau ke perpus pagi pagi”
“ya gak apa apa des,”
*************************************************
![junti27](https://s.kaskus.id/user/avatar/2023/08/28/avatar11452757_1.gif)
![jenggalasunyi](https://s.kaskus.id/user/avatar/2019/07/31/avatar10662509_10.gif)
![bebyzha](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/08/27/avatar11086311_3.gif)
bebyzha dan 43 lainnya memberi reputasi
42
Kutip
Balas
Tutup