MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.3K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#2539
BAGIAN 34
WISUDA
part 2


Tiga hari berlalu, semua sahabat Merry datang membesuk ke rumah sakit. Tak terkecuali Bi Asih. Ia menyuruh Asnawi agar merawat Merry sampai sembuh. Semua sahabat Merry pun secara bergilir menemani Merry di rumah sakit, namun Asnawi masih tetap menjaganya sepanjang waktu.

Keluarga Merry sampai saat ini tak memberi respon positif sedikitpun ketika dihubungi. Mereka malah menitipkan anak kesayangannya itu kepasa Asnawi. Sungguh keluarga tak beradab, pikir Asnawi dalam benaknya. Mereka cuma peduli dengan uang yang diberikan Merry untuk mereka ,tapi ketika Merry membutuhkan perhatian, mereka malah abai.

Malam pun tiba, Vania yang menemani Merry dari siang berpamitan pamit untuk pulang ke rumah kepada Asnawi. Ia pun kembali sendirian menemani Merry yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Asnawi mencoba merebahkan diri di lantai untuk sekadar melemaskan otot, lalu ia duduk dibawah sambil memakan bekal makanan yang diberikan Bi Asih tadi sore.

Selama tinggal di rumah sakit, Bi Asih selalu rajin mamberikan bekal kepada Asnawi setiap hari. Selain itu, dia juga memberikan baju ganti kepadanya. Sungguh beruntung Asnawi memiliki pasangan hidup yang sangat perhatian kepadanya. Walaupun Bi Asih berusia lebih tua dan berstatus janda, tapi hal itu tak membuat dirinya terganggu. Perlahan tapi pasti, Asnawi mulai melupakan Hayati.

Setelah selesai makan, Asnawi kembali duduk di kursi chitose yang berada disamping ranjang Merry. Ia lalu membaringkan kepala dan sebagian tubuh bagian atasnya disebelah Merry yang tak sadar. Asnawi memegangi tangan Merry yang penuh dengan tusukan jarum infus. Perlahan, rasa kantuk menyerang, Asnawi pun akhirnya tidur.

Ketika dini hari, Merry tiba tiba terbangun sambil terhenyak bagaikan baru bangun dari mimpi buruk. Kedua matanya melotot seperti mau keluar dari rongganya. Laju napasnya pun sangat kencang. Ia lalu melihat lihat sekelilingnya. Banyak sekali kabel yang menempel pada dadanya. Di kedua tangannya pun banyak selang infus yang tertancap.

Ia melihat Asnawi yang terlelap disebelahnya. Merry sangat terharu melihat orang yang dicintainya ternyata berada disampingnya. Ia pun perlahan menggerakkan tangannya untuk mengelus kepala Asnawi.

"Jadi selama ini kamu nungguin aku disini? Kamu perhatian banget Nawi... makanya gak heran kenapa aku begitu mencintaimu" gumam Merry.

Lama-lama Asnawi merasakan belaian tangan Merry, ia pun akhirnya terbangun.

"Merry!!! Kamu udah bangun?" tanya Asnawi.

"Iya Wi... aku udah kembali" jawab Merry dengan suara parau.

"ALHAMDULILAAAAAAAH... " teriak Asnawi dengan penuh sukacita.

Dia kemudian memencet tombol panggilan untuk perawat yang berada di atas kepala Merry. Setelah itu ia berusaha memeluk Merry.

"Merr... maafin aku, kamu jadi begini"

"Jangan minta maaf Wi... namanya juga musibah... aku gak tau bakalan terjadi"

"Tapi... kalo kita gak berantem sebelum pergi... pasti kamu pulang lebih awal... dan kamu gak bakalan celaka... semua ini salahku"

"Udah Wi... kamu gak salah apa apa, kamu jangan nyalahin diri terus... aku malah sekarang bersyukur bisa sadar lagi dan yang bikin aku bahagia... kamu berada disampingku Wi..."

"Benarkah?"

"Iya Wi"

Asnawi terdiam sambil memandang sepasang mata Merry yang berkaca kaca. Tangis haru pun akhirnya pecah. Baik Merry maupun Asnawi, sama sama meluapkan emosinya dini hari itu. Tak lama, para perawat dan dokter menyambangi ruang rawat untuk menindak Merry yang sudah sadar. Asnawi disuruh menunggu di luar selama mereka melakukan tindakan medis.

Ia lalu duduk bersila diatas lantai di koridor rumah sakit. Air mata bahagia tak henti hentinya keluar dari pelupuk mata. Dia merasa bahagia ketika orang yang dicintainya kembali dari kondisi koma, mengingat dirinya telah kehilangan Hayati dan Cascade dalam kurun waktu satu setengah tahun. Kali ini dia bertekad akan merawat Merry sampai pulih total dan bisa beraktifitas kembali.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, dokter dan perawat keluar dari ruang rawat Merry. Ia memberitahu Asnawi kalau kondisi Merry telah stabil, namun masih lemah. Dia membutuhkan perawatan lebih lanjut. Asnawi pun mengerti dengan pengarahan dokter, setelah itu ia kembali masuk ke ruang rawat. Merry tampak lebih segar dari sebelumnya. Kabel-kabel yang menempel pada tubuhnya, kini telah tiada. Beberapa selang infus pun telah berkurang. Ia melontarkan senyuman termanisnya untuk Asnawi ketika memasuki ruangan.

"Merr... kata dokter, kondisimu udah stabil... tapi masih lemah, kamu harus dirawat disini sampe sembuh... terus kakimu yang patah juga udah mulai membaik... apa kamu bisa ngerasain kakimu?"

"Bisa Wi... sakit banget kakiku tuh"

"Bagus kalo gitu"

"Lho kok bagus?"

"Berarti syaraf kakimu masih berfungsi baik... kalo kamu gak ngerasa apa apa, itu bahaya... kamu lumpuh!"

"Iiih amit amit deh Wi... aku masih bisa gerakin kaki kok, tapi sakit"

"Kamu jangan gerak dulu! Biarin aja Merr"

"Iya Kakanda bawel... hehehehe"

"Buset... kamu manggil aku Kakanda lagi?"

"Iya dong, kamu tuh Kakakku paling tersayang"

"Yaelaaaaaah... kalo gitu kamu juga adikku tersayang heheheh"

"Kanda.... apa selama ini keluargaku tau tentang kejadian ini?"

"Mereka udah kukasih tau, tapi respon mereka biasa aja Din... malah Ibumu nitipin kamu sama aku dan temen temen"

"Hmmmm... mereka emang udah gak peduli sama aku... mereka cuman peduli sama uangku"

"Eiiits jangan gitu dong! Mungkin ibu sama adikmu lagi banyak keperluan"

"Mamaku tuh orang stress Kan... sejak Papaku dipenjara, dia sering ngamuk ngamuk gak jelas, dan udah gak peduli sama anak anak... dia depresi melihat semua harta yang dimiliki, raib seketika... abis itu adikku juga sering ngilang gak jelas... padahal dia masih SMA, tapi udah jarang pulang ke rumah"

"Yang sabar yah Din... walaupun begitu, kamu gak sendiri disini... banyak orang yang peduli sama kamu"

"Alhamdulillah Kan... aku selama ini berteman sama orang orang baik dan peduli... Casey, Vania, Milla, Rani... mereka semua udah kuanggap saudara"

"Aku kok gak disebut sih?"

"Hahahaha... kamu mah kan Kakandaku paling tersayang... jadi gak usah disebut juga udah ngerti"

"Yaelah hahahahahaha"

Suasana telah mencair dan mengalir sejuk bagaikan air sungai yang membelah pegungungan. Raut wajah ceria mulai tersirat di muka Ansawi.

"Kan... aku mau cerita tentang perasaanku padamu sekarang... aku tuh....."

"Udah Din... kamu jangan banyak ngomong dulu... sekarang, kondisimu masih lemah"

"Tapi aku mau ngomong sekarang"

"Jangan Din........"

"Aku mau bilang alasan kenapa aku ninggalin kamu waktu itu... waktu kamu baru aja ditinggal Hayati"

Asnawi pun terhenyak dengan perkataan Merry. Rasa penasaran mulai menggelayuti pikirannya.

"Maksudmu... kamu ninggalin aku karena ada alasan kuat?"

"Iya Kan... aku ngelakuin itu semua demi Casey"

"APAAAAAAAAH!!!! APA DIA MEMAKSAMU?"

"Enggak Kan... dia sama sekali gak maksa aku, tapi aku ngerasa gak enak dan punya hutang budi sama dia... kamu adalah milik Casey seutuhnya"

"Kenapa kamu lakuin hal itu? Bukannya kamu cinta sama aku? Lagian waktu itu aku emamg bener bener ngarepin kamu buat gantiin Hayati dalam hatiku... tapi... kamu malah ngejauhin aku"

"Aku terpaksa Kan... aku terpaksa! Casey pernah cerita sama aku suatu hari... dia bilang kalo kamu itu hartanya yang paling berharga... bahkan dia rela tukar nyawa demi bisa hidup sama kamu... aku gak ngerti maksud dia rela nukar nyawa demi kamu"

"Aku juga gak ngerti Din... mungkin itu cuman kata kata kiasan"

"Setahuku Casey gak pernah bikin kata kata kiasan... dia gak suka puisi"

"Aku gak tau Din... itu cuma asumsiku"

"Hmmmm... aku jadi bingung... tapi yang jelas Casey sakit hati banget ketika kamu pacaran sama Hayati... makanya pas Hayati gak ada... aku baca gelagat kalo kamu harus balikan sama Casey"

"Aku gak ngerti sama jalan pikiran Cascade... dia itu ngarepin aku... tapi gak mau balikan, dia malah nyuruh aku nyari pacar... pas giliran aku jadian sama Hayati... dia malah gak nerima... Hmmmmm... dan sekarang ketika ada kesempatan buat balikan... dia malah ke Perancis"

"Begitulah sahabatku itu Kan... aku juga gak ngerti... tapi walaupun begitu, dia udah ngasih aku segala... mulai diterima kerja di restoran miliknya sampe bantuin biayain kuliahku"

"Dia emang baik sih... kamu bener Din..."

"Dia udah wasiat sebelum cabut ke Perancis... dia pengen aku pacaran sama kamu Kan... tapi... hmmmm realita gak sesuai sama impian aku... kamu malah jadian sama Bi Asih"

"Din..."

"Bi Asih emang cewek yang baik, dewasa, cerdas dan bijaksana... Mungkin pengaruh dari usia.. apalagi sekarang di jadi koki seleb sedangkan aku cuman cewek kotor mantan pramuria kampus"

"SSSSTTTT!! UDAH DIN! JANGAN BILANG KALO KAMU CEWEK KOTOR!"

"Tapi kenyataan emang begitu Kan... aku gak tau udah berapa banyak k*nt*l yang masuk ke lubang kelaminku? Aku juga kurang pinter dibidang akademis... satu satunya yang bisa kubanggakan adalah wajah dan tubuhku"

"Dinda... kamu kan sekarang udah tobat... udah dong jangan mikirin hal itu terus!"

"Iya Kan... semua ini buat pengingat aja buatku...hehe... Tapi Kan... aku udah rela kok kamu jadi milik Bi Asih... terima gak terima, aku harus tetep menerima keputusanmu... Bi Asih emang cocok buatmu Kan... aku gak ada apa apanya dibanding dia"

"Dinda... kamu gak usah khawatir... aku gak akan ngejauhin kamu kok... aku akan selalu sayang sama kamu"

"Makasih Kan... aku tau kok apa yang kamu lakuin selama aku koma"

"Kok bisa? Bukannya kamu gak sadar?"

"Aku berada diantara hidup mati Kan... arwahku keluar dari ragaku ketika dokter mengoperasiku... aku melayang layang di langit... aku liat diriku yang lagi ditindak sama dokter... luka luka yang parah bikin aku mual... aku melayang keluar dan liat kamu lagi menunggu... kamu sedih banget waktu itu... aku duduk disebelah kamu untuk coba komunikasi... tapi aku gak bisa... akhirnya aku cuman bisa melayang -layang gak jelas Kan... aku liat kamu menemaniku selama aku koma... aku liat kamu yang selalu nangis tiap malem... rasanya aku pengen banget bangun dari koma dan meluk kamu"

"Oh Dinda... aku prihatin banget sama keadaanmu... apa yang kamu rasain pas arwahmu ada diluar?"

"Aku merasa hampa... kedinginan... dan gak tau harus ngelakuin apa... aku liat banyak banget arwah orang lain yang berseliweran... mungkin mereka adalah arwah orang orang yang bernasib sama denganku"

"Din... gimana cara kamu masuk kembali kedalam raga?"

"Aku dibantuin sama arwah perempuan dan bayinya yang aneh... dia baik banget sama aku... wujudnya kayak kuntilanak gitu"

"APAAAAAAAH KUNTILANAK???" Asnawi kaget.

"Iya Kan... kok kamu kayak yang kaget gitu?"

"Maaf... maaf... aku cuman takut sama kunti hehehe... ayo lanjut ceritamu"

"Hmmm... oke aku lanjut... aku ketemu sama kunti itu di lobby rumah sakit... waktu itu aku lagi nangis... dia nyamperin dan nanya sama aku... kunti itu mengendong bayi tapi wujudnya aneh banget"

"Aneh kayak gimana Din"

"Bayi itu punya kepala ukuran dewasa dan berambut panjang... dia juga bisa bicara"

"Apa ciri cirinya Din"

"Wajahnya cantik, pucat dan matanya warna kuning cerah"

"HAYATI!!!!!!!" Asnawi kembali terkejut.

"Bukan Kan... kamu pikir Hayati jadi Kuntilanak?"

"Maksudku... anu... kamu tau kan Hayati punya mata kuning?"

"Iya tau... tapi bayi kunti ini mata kuningnya asli... kalo Hayati kan pake softlens"

"Tapi Hayati juga kunti Din... matanya asli"

"Apa maksudmu Kan? Apa Hayati berubah jadi kunti?"

"Maaf... maaf... aku lagi bingung... lupain... lupain!"

"Kamu aneh aneh aja sih! Gak mungkin lah Hayati Kunti... dia itu orang"

"Ya maaf Din... aku cuman kaget aja... terus gimana dia bantuin kamu?"

"Aku diajak kembali ke ruang rawat... kunti yang gendong bayi itu mendorongku ke arah ragaku hingga akhirnya aku sadar"

"Sesederhana itu kah?"

"Iya Kan... tapi sebelum dorong, bayi kunti itu bilang kalo aku harus bantuin dia"

"Bantuin apa?"

"Aku juga gak tau Kan... tapi ada yang hal yang serem lho"

"Apaan?"

"Kedua kunti itu tau namamu"

"Anjiiiiiing!! Yang bener?"

"Iya Kan... mereka berdua mengenalimu"

Asnawi mendadak merinding ketika dengar cerita Merry. Ia langsung tengok kanan kiri untuk melihat keadaan kamar.

"Kamu kenapa Kan? Kok kayak ketakutan gitu?"

"Aku takut kalo kedua kunti itu masih di ruangan ini Din..."

Suasana jadi mencekam. Baik Asnawi maupun Merry sama sama terdiam. Angin semilir pun masuk kedalam ruangan hingga membuat suhu udara menurun.

"Rupanya dia tau keberadaan kita Jeng" kata Ratih yang berdiri disamping Asnawi. Dia tampak mengelus kepala Asnawi dengan lembut.

"Tapi gak apa apa Jeng, dia gak akan bisa liat keberadaan kita" sahut Bendoro yang menatap tajam Asnawi.

"Jadi ini pacar Hayati! Ganteng juga yah... udah gitu perhatian lagi... pantes Hayati rela ngelakuin apa aja buat cowok ini" ujar Ratih.

"Iya sih... ganteng, baik, perhatian... tapi aku benci cowok ini... gara-gara dia aku jadi begini" balas Bendoro dengan nada meninggi.

"Ya salah sendiri! Kenapa kamu mau maunya diajak pelukan dan ciuman sama dia... jadinya dia nusuk leher kamu pake kayu cemara"

"Sial banget emang... padahal aku udah berhasil naklukin Hayati... tapi Asnawi malah ngerayuku dan ngajak ciuman"

"Cie..cie... sekarang aku tau kelemah sang Kuntilanak paling sakti se jagat raya... hahahaha... ternyata cowok ini"

"Udah!!! Kamu jangan ngeledekin aku terus dong!! Aku benci cowok ini"

"Hahahaha... kamu bilang benci tapi mukamu merah?"

"Iiih! Udah Jeng... kamu jangan godain aku terus... gara-gara cowok ini, aku hampir aja terhisap ke alam perantara... untung aja pas saat saat terakhir, aku bisa mutusin kepalaku"

"Tapi kamu beruntung Jeng... kamu gak keisep semuanya... masin nyisa kepala"

"Iya... tapi tubuh indahku jadi ilang tauuuuk!!! Kesaktian ku juga ilang"

"N'doro... N'doro... tubuh kamu kan sekarang udah tumbuh lagi... jadi tenang aja kali"

"Sekarang tubuhku berwujud masih bayi... butuh seratus tahun buat jadi dewasa Jeng... pokoknya aku sebel banget sama cowok ini... AKU DENDAAAAAAM!!"

"Biasa aja kali bilang dendamnya... gak usah sambil muncrat muncrat"

"Aku benci Asnawi"

"Kalo kamu benci, kenapa gak kamu bunuh aja Jeng, kan mudah"

"Kalo aku bunuh, arwahnya bakalan langsung ke alam baka... aku pengen bikin dia jadi arwah gentayangan"

"Hmmmm... kedengerannya kamu punya rencana jahat"

"Bukan jahat Jeng... tapi ini rencana baik... aku akan menjadikan cowok ini pacar sekaligus budak... aku pengen memperbudak dia sampe hari kiamat"

"Buseeeet dah... kamu gak takut sama Hayati? Dia kan masih hidup"

"Hmmmm... Tenang aja Jeng, Hayati kan jadi manusia lagi... dia gak akan bisa pake kekuatan kuntinya...hihihihihi"

Asnawi semakin bergidik ketika Bendoro tertawa kencang disebelahnya. Dia pun langsung terperanjat dari tempat duduknya. Merry kaget melihat tingkah aneh Asnawi.

"Kamu kenapa Kan?" tanya Merry.

"Gak tau Din... rasanya kayak ada yang ketawa di sebelah kupingku" jawab Asnawi.

"Apa mereka para kunti itu Kan?"

"Gak tau juga yah... tapi aku jadi takut Din"

"Gak usah dipikirin Kan... mereka itu mahluk gaib... mereka gak akan gangguin kita"

"Iya Din"

Asnawi kembali duduk di kursi, lalu memegangi tangan Merry yang terlihat masih lemas.

"Sekarang hari apa Kan?"

"Sabtu"

"Berarti hari ini kamu wisuda dong"

"Iya Din... tapi aku gak akan hadir... aku pengen jagain kamu disini"

"KAMU HARUS DATENG KANDA... INI HARI BERSEJARAH BUAT KAMU"

"Tapi jagain kamu jauh lebih penting buatku"

"Pergi deh sekarang Kan, mumpung masih subuh... kasian keluargamu pasti udah dateng sekarang dari Sukabumi"

"Aku...."

"PERGI SANA!! JANGAN KHAWATIRIN AKU"

"Kamu sendirian dong disini?"

"Kamu hubungi temen temen genk ku... suruh mereka dateng"

"Baiklah kalo gitu... makasih Din...kamu emang peduli sama aku"

"Aku yang harusnya bilang gitu sama kamu Kan..."

"Yaudah... kalo gitu, aku pergi ya Din... aku hubungi Rani biar kesini"

"Iya Kanda sayang... hati hati dijalan"

Asnawi mengecup kening Merry, lalu ia pun pergi keluar meninggalkannya sendiri. Asnawi terpaksa pergi karena harus menghadiri seremoni wisuda. Keluarga Asnawi telah tiba di Bandung kemarin malam. Mereka menginap di hotel sekitar tempat acara Wisuda. Tisha ikut datang untuk menghadiri wisuda adik semata wayangnya itu.

Merry pun kini sendirian di ruang rawat. Perlahan ia mulai kembali menenangkan diri, lalu ia tertidur. Ratih dan Bendoro masih berada di ruang itu. Mereka memandangi Merry yang tengah beristirahat dengan penuh kedamaian.

"Liat cewek itu... akhirnya dia bisa tidur nyenyak... aku kasian banget sama dia N'doro... harusnya dia itu mati, kenapa kamu tolongin dia?" tanya Ratih.

"Aku tolongin dia karena aku kasihan dan melihat potensinya yang besar" jawab Bendoro.

"Potensi besar? Dia punya dada kecil Jeng... mananya yang potensi besar?"

"Dasar bego kamu yah!!! Potensi itu bukan ukuran dada tauuuuk!!! Tapi kemampuan dia"

"Jangan bilang kamu mau jadiin dia Kuntilanak idup idup kayak Hayati"

"Tebakanmu bener Jeng... aku akan ngejadiin gadis ini kuntilanak... dia punya kekuatan besar"

"Kenapa kamu tolongin dia kalo kamu mau jadiin dia kunti?"

"Hmmmmm... aku pengen balas dendam dulu sama Asnawi, baru setelah itu, aku bunuh gadis ini dan arwahnya kujadiin kunti super"

"Kayak Hayati?"

"Iya Jeng... tapi yang ini bakalan patuh kepadaku... meskipun dia gak secerdas Hayati, tapi loyalitasnya jauh lebih bagus"

"Awas lho dia berkhianat lagi kayak Hayati, soalnya dia juga mencintai Asnawi"

"Tidak...tidak... tidak! Aku jamin dia ga akan berkhianat... karena akan dia akan kuhapus semua ingatan tentang Asnawi...hihihihihihi"

"Njiiiiiir!!! Kamu bener bener wanita kejam N'doro"

Bendoro tertawa ketika membayangkan rencana terhadap Merry. Ratih pun merasa cemas dengan keadaan sahabatnya itu. Ia takut Bendoro akan benar benar lenyap jika seandainya Merry dijadikan kuntilanak. Ratih yakin kalau Merry akan melakukan hal yang sama dengan Hayati, yaitu menyerang Bendoro.
...
Diubah oleh Martincorp 16-11-2020 08:32
chrysalis99
symoel08
kaduruk
kaduruk dan 47 lainnya memberi reputasi
48
Tutup