Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bedulokAvatar border
TS
OWNER
bedulok
Milanisti Kaskus | A. C. Milano 20/21 | Sempre Insieme, Forza Milan!


Quote:







SOCCER ROOM GENERAL RULES
Read This Before Posting



Spoiler for Rules:





*Peraturan dapat direvisi/dirubah sewaktu waktu emoticon-shakehand


Peraturan Baru di Sub Forum Milkas
Diubah oleh bedulok 16-12-2020 16:34
sinusinu
ko0oala
secretcodee
secretcodee dan 93 lainnya memberi reputasi
72
843K
25.2K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
ilozenAvatar border
ilozen
#4846
Gaspoll!
Oleh : Magico Milan

Sebuah perdebatan kecil pada awal musim selalu mengiringi perjalanan klub sepanjang kompetisi liga. Ada pendapat yang sebenarnya tidak perlu dikotomikan antara, sebaiknya sebuah klub dituntut terus memimpin klasemen dari awal sampai akhir; atau tidak masalah terkewer di awal asalkan pada akhir musim bisa juara.

Dari perdebatan kecil itu kemudian muncul terminologi seperti Tim Diesel atau Trailblazer. Tim Diesel untuk menyebut mereka yang selalu lambat panas, sementara Trailblazer istilah bagi mereka yang selalu berada di depan yang lain, sepanjang waktu. Gas pol.

Seorang pelatih yang timnya lambat panas seringkali memiliki kalimat-kalimat klise sebagai excuse. Istilah yang jamak digunakan yaitu “you don’t win the league in September” atau “the league is a marathon not a sprint”.

Pelatih yang timnya menjadi Trailblazer tentu saja tidak perlu mencari alibi karena toh sudah memimpin klasemen sejak awal. Jadi buat apa membela diri.

Lalu mana sebenarnya yang paling bagus antara Diesel atau Trailblazer? Kalau muaranya juara sebenarnya setali tiga uang. Sami mawon. Yang membedakan keduanya hanya proses saja.

Tapi bagaimana proses yang sebenarnya sering terjadi selama ini? Juara itu lebih banyak berwujud Mesin Diesel atau Trailblazer dalam prosesnya? Untuk mencari jawaban kita perlu menengok statistik.

Di Serie A ada istilah Campioni d’Inverno atau winter scudetto atau juara paruh musim. Dalam 88 musim Serie A hingga 2020, hanya ada satu musim yaitu 1935/1936 dimana Campioni d’Inverno tidak masuk tiga besar dalam klasemen akhir.

Dari 88 musim itu, tercatat dalam 60 musim tim yang menjadi Campioni d’Inverno menjadi scudetto. Kalau dipersentasekan artinya 68,18 persen.

Persentase itu menanjak lebih tinggi jika dihitung sejak era pemberlakuan tiga poin (mulai 1994/1995) yaitu 72 persen (18 dari 25) Campioni d’Inverno bakal menjadi scudetto. Lebih sempit lagi dari 2003/2004 sampai 2016/2017 atau 14 musim, hanya ada satu Campioni d’Inverno yang gagal scudetto ialah Napoli musim 2015/2016.

Mari kita tengok statistik di kompetisi liga lain yaitu Premier League Inggris.

Sepanjang sejarah 121 tahun Premier League dari (1892/93 hingga 2011/12), 35 persen juara memimpin klasemen sejak September. Angka itu naik menjadi 50 persen juara datang dari mereka yang memimpin klasemen hingga akhir Oktober. Angka itu naik jadi 61 persen jika dihitung akhir November dan menjadi 69 persen pada akhir Desember atau biasa disebut juara paruh musim. Tak beda jauh dengan Serie A.

Apa benang merah yang bisa disarikan dari angka-angka itu? Apa pula hubungannya dengan laga AC Milan lawan AS Roma dinihari tadi?

Pertama, tim dengan karakter Trailblazer punya peluang besar juara di akhir musim. Kedua, setiap tim perlu mempertahankan karakter, momentum dan konsistensi sejak awal musim. Ketiga, betul bahwa liga adalah marathon bukan sprint, tetapi kalau Anda mampu menjaga ritme dalam periode marathon yang panjang, Anda berpeluang besar juara.

Hasil imbang lawan AS Roma menjadi bagian dari penjagaan terhadap ritme, momentum, konsistensi. Ingat musim lalu Roma ada di atas Milan dalam klasemen. Ingat pula, Milan punya banyak sekali peluang untuk mengunci tiga poin. Ingat juga, kondisi tim tidak sepenuhnya utuh karena berbagai kendala. Ingat pula bagaimana tim sangat berkeinginan keras untuk menang lewat peluang Kessie dan Romagnoli di menit menit akhir. Bukan harinya kali ya.

So, jangan terlalu mengambinghitamkan kiper Tatarusanu, atau sang kapten Romagnoli, atau si jangkar Hakan. Bisa jadi mereka sedang mengalami hari buruk.

Jangan lupa, Milan sudah 22 laga berturut-turut tidak pernah kalah. Di serie A saja, Milan sudah mencetak gol dalam 25 laga berturut-turut, terpanjang sejak 1973. Milan juga mencetak minimal dua gol dalam 11 laga berturut-turut menyamai rekor klub pada 1959.

Jadi senyampang tim masih menjaga persistensi dan stabilitas, maka kasih ruang di hati Anda untuk terus menikmati momentum ini.

Forza!
holickz
smurf06
chefnco7
chefnco7 dan 22 lainnya memberi reputasi
23
Tutup