Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fisiohomejkt.Avatar border
TS
fisiohomejkt.
Otak , Stroke , dan Hikmahnya
Otak , Stroke , dan Hikmahnya

Kemarin saya menonton sebuah tayangan TEDx. Pembicaranya adalah seorang neuroanatomis (pakar anatomi otak) bernama Dr. Jill Bolte Taylor. Taylor mengalami stroke pada otak bagian kirinya pada tahun 1996. Baginya, ini adalah pengalaman luar biasa baginya, berapa banyak peneliti otak yang mendapatkan kesempatan meneliti otak secara langsung dari dalam ke luar? — demikian pikirnya. Bisa dibilang, ia antusias dengan sakit yang dialaminya.

Di pagi hari saat menyadari dirinya terkena stroke, ia tahu harus menghubungi kantornya dan meminta bantuan. Tapi, ia tidak bisa mengingat nomor telepon kantornya. Namun ia masih menyadari bahwa ia bisa menemukan di kartu nama yang ia simpan di laci mejanya. Saat ia membuka laci dan menemukan tumpukan kartu nama, dan … yang ia lihat hanyalah bentuk-bentuk yang tidak ia pahami. Ia kehilangan kemampuan membaca. Setelah berusaha 30 menit — melihat satu per satu kartu di tumpukan tersebut, ia pun menemukan kartu nama kantornya (dengan mengenali bentuk dan gambarnya).

Namun, tantangan berikutnya terjadi, ia tidak bisa menekan nomor telepon karena setiap kali ia menekan satu angka (dengan cara mencari bentuk yang sama di kartu dan di keypad telepon), ia lupa angka mana yang sudah ia tekan. Akhirnya ia gunakan jari kiri untuk menandai mana keypad yang sudah ditekan, dan setelah beberapa saat, ia pun berhasil menghubungi kantornya.

Tapiiiii… apa yang terjadi? Ia tidak memahami apa yang dikatakan oleh orang di seberang telepon, yang ia dengar hanya “wu wu wu wu… wu wu wu wu…” Di titik itulah ia menyadari, ia kehilangan kemampuan bahasanya. Ia seperti bayi yang bisa melihat namun tidak mengenali angka dan kata.

Apa yang dialami oleh Taylor ini terjadi karena stroke menyerang otak bagian kirinya. Kemampuan berbahasa terletak di otak sebelah kiri, saat otak ini cedera, kemampuan berbahasa seseorang akan menghilang. Kita tentu sudah sama-sama paham bahwa otak kita terdiri dari dua belahan (hemisfer) yang terpisah (benar-benar terpisah). Keduanya hanya tersambung oleh “jembatan” otak yang bernama corpus callosum. Masing-masing belahan otak ini memiliki fungsi yang berbeda.

▪ Otak kanan berfungsi untuk hidup di saat ini sementara otak kiri berfungsi untuk “terhubung” dengan masa lalu atau depan, entah dengan mengingatnya atau membayangkannya.

▪ Otak kanan membuat kita terhubung dengan dunia sekitar kita apa adanya, otak kiri mengkritisi, mengevaluasi dan menilai dunia sekitar kita tanpa henti.

▪ Otak kanan memproses informasi secara paralel (bersamaan), otak kiri memproses informasi secara sekuensial (berurutan).

▪ Otak kanan akan mengolah informasi dari panca indera secara analog ke dalam bentuk gambar, suara dan rasa yang kaya. Sementara otak kiri akan mengolah informasi dari panca indera secara digital dalam bentuk bahasa. Kemampuan bicara, membaca, dan menulis ada di otak sebelah kiri kita.

▪ Otak kanan membuat kita lebih terhubung dengan dunia luar kita — kita fokus pada “kita” sebagai sesama manusia. Sementara otak kiri cenderung membuat kita terputus dengan dunia luar kita — kita fokus pada “aku” sebagai seorang pribadi yang unik.

Saat indera kita menerima informasi, informasi tersebut hanya akan diproses oleh salah satu bagian otak. Misalnya, saat kita mengetik di keyboard, sensasi yang kita rasakan oleh jari akan dikirim ke somatosensory cortex di otak sebelah kiri. Namun, informasi ini perlu diproses oleh otak sebelah kanan kita juga. Di sini lah corpus callosum menjalankan fungsinya.

Anak-anak yang kesulitan membaca, kesulitan mengungkapkan emosinya, atau kurang kreatif kemungkinan besar dikarenakan “jembatan” ini tidak terhubung dengan baik. Pada pasien yang mengalami split brain (corpus callosum-nya rusak) misalnya, saat ia melihat huruf dengan mata kiri ia tidak memahami maknanya (mata kiri mengirim informasi ke otak kanan). Namun, saat ia melihat huruf dengan mata kanannya, ia memahami maknanya.

Kembali ke kisah Taylor, meskipun ia kehilangan kemampuan berbahasa, ia mendapatkan pengalaman luar biasa. Saat otak kirinya offline, otak kanannya online — semua informasi yang ia terima dari indera sepenuhnya diproses oleh otak kananya. Ia menjadi seperti anak-anak yang hidup sepenuhnya, terhubung dengan dunia luarnya.

Ia hidup utuh, di sini saat ini, tanpa evaluasi dan interpretasi. Ia jadi menyadari bahwa dunia yang ia tempati adalah dunia yang indah, bahwa dirinya sebagai manusia terhubung dengan sesamanya.
Delapan tahun kemudian, ia sembuh total dari strokenya. Ia tuangkan pengalaman selama ia sakit dalam sebuah buku berjudul “My Stroke of Insight.”

Di buku tersebut ia menyimpulkan tiga pelajaran penting:
  1. Otak manusia memiliki potensi untuk berubah dan menyembuhkan dirinya sendiri.
  2. Otak kiri kita berisik, sementara otak kanan kita tenang dan damai.
  3. Kita dapat memilih apa yang ingin kita rasakan dalam situasi apapun.

Atas karyanya ini pada tahun 2008 ia dianugerahi 100 orang paling berpengaruh di dunia oleh majalah Time.

Based upon my experience with losing my left mind, I whole-heartedly believe that the feeling of deep inner peace is neurological circuitry located in our right brain.” — Dr. Jill Taylor
[URL=https://S E N S O Rmindshare-id/otak-stroke-dan-hikmahnya-183166bee894]Sumber[/URL]

Dari beberapa Kasus Stroke yang saya temui, SEMANGAT Pasien adalah Faktor yang sangat penting untuk PEMULIHAN.

Fisioterapi ke rumah Pasien
KunjungiWeb

Spoiler for Info yang lain ::
0
454
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
fisiohomejkt.Avatar border
TS
fisiohomejkt.
#1
Otak , Stroke , dan Hikmahnya
Otak , Stroke , dan Hikmahnya

Kemarin saya menonton sebuah tayangan TEDx. Pembicaranya adalah seorang neuroanatomis (pakar anatomi otak) bernama Dr. Jill Bolte Taylor. Taylor mengalami stroke pada otak bagian kirinya pada tahun 1996. Baginya, ini adalah pengalaman luar biasa baginya, berapa banyak peneliti otak yang mendapatkan kesempatan meneliti otak secara langsung dari dalam ke luar? — demikian pikirnya. Bisa dibilang, ia antusias dengan sakit yang dialaminya.

Di pagi hari saat menyadari dirinya terkena stroke, ia tahu harus menghubungi kantornya dan meminta bantuan. Tapi, ia tidak bisa mengingat nomor telepon kantornya. Namun ia masih menyadari bahwa ia bisa menemukan di kartu nama yang ia simpan di laci mejanya. Saat ia membuka laci dan menemukan tumpukan kartu nama, dan … yang ia lihat hanyalah bentuk-bentuk yang tidak ia pahami. Ia kehilangan kemampuan membaca. Setelah berusaha 30 menit — melihat satu per satu kartu di tumpukan tersebut, ia pun menemukan kartu nama kantornya (dengan mengenali bentuk dan gambarnya).

Namun, tantangan berikutnya terjadi, ia tidak bisa menekan nomor telepon karena setiap kali ia menekan satu angka (dengan cara mencari bentuk yang sama di kartu dan di keypad telepon), ia lupa angka mana yang sudah ia tekan. Akhirnya ia gunakan jari kiri untuk menandai mana keypad yang sudah ditekan, dan setelah beberapa saat, ia pun berhasil menghubungi kantornya.

Tapiiiii… apa yang terjadi? Ia tidak memahami apa yang dikatakan oleh orang di seberang telepon, yang ia dengar hanya “wu wu wu wu… wu wu wu wu…” Di titik itulah ia menyadari, ia kehilangan kemampuan bahasanya. Ia seperti bayi yang bisa melihat namun tidak mengenali angka dan kata.

Apa yang dialami oleh Taylor ini terjadi karena stroke menyerang otak bagian kirinya. Kemampuan berbahasa terletak di otak sebelah kiri, saat otak ini cedera, kemampuan berbahasa seseorang akan menghilang. Kita tentu sudah sama-sama paham bahwa otak kita terdiri dari dua belahan (hemisfer) yang terpisah (benar-benar terpisah). Keduanya hanya tersambung oleh “jembatan” otak yang bernama corpus callosum. Masing-masing belahan otak ini memiliki fungsi yang berbeda.

▪ Otak kanan berfungsi untuk hidup di saat ini sementara otak kiri berfungsi untuk “terhubung” dengan masa lalu atau depan, entah dengan mengingatnya atau membayangkannya.

▪ Otak kanan membuat kita terhubung dengan dunia sekitar kita apa adanya, otak kiri mengkritisi, mengevaluasi dan menilai dunia sekitar kita tanpa henti.

▪ Otak kanan memproses informasi secara paralel (bersamaan), otak kiri memproses informasi secara sekuensial (berurutan).

▪ Otak kanan akan mengolah informasi dari panca indera secara analog ke dalam bentuk gambar, suara dan rasa yang kaya. Sementara otak kiri akan mengolah informasi dari panca indera secara digital dalam bentuk bahasa. Kemampuan bicara, membaca, dan menulis ada di otak sebelah kiri kita.

▪ Otak kanan membuat kita lebih terhubung dengan dunia luar kita — kita fokus pada “kita” sebagai sesama manusia. Sementara otak kiri cenderung membuat kita terputus dengan dunia luar kita — kita fokus pada “aku” sebagai seorang pribadi yang unik.

Saat indera kita menerima informasi, informasi tersebut hanya akan diproses oleh salah satu bagian otak. Misalnya, saat kita mengetik di keyboard, sensasi yang kita rasakan oleh jari akan dikirim ke somatosensory cortex di otak sebelah kiri. Namun, informasi ini perlu diproses oleh otak sebelah kanan kita juga. Di sini lah corpus callosum menjalankan fungsinya.

Anak-anak yang kesulitan membaca, kesulitan mengungkapkan emosinya, atau kurang kreatif kemungkinan besar dikarenakan “jembatan” ini tidak terhubung dengan baik. Pada pasien yang mengalami split brain (corpus callosum-nya rusak) misalnya, saat ia melihat huruf dengan mata kiri ia tidak memahami maknanya (mata kiri mengirim informasi ke otak kanan). Namun, saat ia melihat huruf dengan mata kanannya, ia memahami maknanya.

Kembali ke kisah Taylor, meskipun ia kehilangan kemampuan berbahasa, ia mendapatkan pengalaman luar biasa. Saat otak kirinya offline, otak kanannya online — semua informasi yang ia terima dari indera sepenuhnya diproses oleh otak kananya. Ia menjadi seperti anak-anak yang hidup sepenuhnya, terhubung dengan dunia luarnya.

Ia hidup utuh, di sini saat ini, tanpa evaluasi dan interpretasi. Ia jadi menyadari bahwa dunia yang ia tempati adalah dunia yang indah, bahwa dirinya sebagai manusia terhubung dengan sesamanya.
Delapan tahun kemudian, ia sembuh total dari strokenya. Ia tuangkan pengalaman selama ia sakit dalam sebuah buku berjudul “My Stroke of Insight.”

Di buku tersebut ia menyimpulkan tiga pelajaran penting:
  1. Otak manusia memiliki potensi untuk berubah dan menyembuhkan dirinya sendiri.
  2. Otak kiri kita berisik, sementara otak kanan kita tenang dan damai.
  3. Kita dapat memilih apa yang ingin kita rasakan dalam situasi apapun.

Atas karyanya ini pada tahun 2008 ia dianugerahi 100 orang paling berpengaruh di dunia oleh majalah Time.

Based upon my experience with losing my left mind, I whole-heartedly believe that the feeling of deep inner peace is neurological circuitry located in our right brain.” — Dr. Jill Taylor
[URL=https://S E N S O Rmindshare-id/otak-stroke-dan-hikmahnya-183166bee894]Sumber[/URL]

Dari beberapa Kasus Stroke yang saya temui, SEMANGAT Pasien adalah Faktor yang sangat penting untuk PEMULIHAN.

Fisioterapi ke rumah Pasien
KunjungiWeb

Spoiler for Info yang lain ::
0