HAI AGAN DAN SISTA!



Salah satu bencana alam yang paling banyak memakan korban adalah letusan gunung berapi. Mulai dari gempa vulkanik yang terus berguncang, material aktivitas vulkanis yang tak baik bagi kesehatan makhluk hidup, juga getaran dahsyat ketika gunung itu meletus, benar-benar meluluhlantakkan suatu daerah.

Sudah banyak bencana letusan gunung api terjadi di dunia. Namun, tercatat ada tujuh letusan gunung api yang paling dahsyat di dunia. Termasuk Gunung Tambora dan Krakatau dari Indonesia.

Nah, kali ini ane mau ngebahastentang tiga gunung api yang letusannya paling dahsyat di dunia.

"loh, kok tiga? Tapi katanya tujuh?"

Hehe, ane bagi menjadi dua part, Gansis, biar thread-nya ga kepanjangan.

Nah, udah oke, kan? Kalau udah, skuy-lah! Langsung aja simak ulasan ane berikut ini!




1. Gunung Mont Pelee, Perancis


Sumber : Science Photo Library

Di peringkat pertama, ada Gunung Pelee dari Perancis. Gunung yang dahulunya tak terlalu terkenal di masyarakat. Namun, sejak letusannya 118 tahun lalu, dunia pun mengenang gunung ini sebab amukannya yang begitu dahsyat.

Tak hanya letusannya, tapi konspirasi dari bencana yang menggulung habis kota St. Pierre ini, juga lekat dalam ingatan orang-orang.


St. Pierre sebelum erupsi Gunung Pelee. Sumber : wikimedia commons

Dilaporkan bahwa Gunung Pelee sudah menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanis sejak April 1902. Gas sulfur, gempa ringan, dan peningkatan suhu sudah terjadi. Akan tetapi, pemerintah setempat malah menganggapi gejala itu dengan santai dan meyakinkan jika keadaan akan aman terkendali.

Namun, gejala lain mulai muncul dan meresahkan warga St. Pierre. Kota yang pada masa itu sangat maju, pelabuhannya yang ramai, glamour, dan menjadi pusat budaya kolonial Perancis, mendadak diserang ratusan ular berbisa, ribuan semut kuning, dan lipan-lipan besar. Hewan-hewan itu turun dari gunung dan menyerang manusia. Karenanya, 50 nyawa manusia dan 200 hewan ternak melayang.

5 Mei 1902, 23 pekerja di lokasi penyulingan rum tewas, sebab tempat itu diserang banjir bandang air panas yang turun dari gunung. Dari sini kita tahu, bahkan sebelum meletus pun Mont Pelee sudah memakan korban.


St. Pierre setelah erupsi Mont Pelee. Sumber : pinterest

Tak lama setelah itu, tsunami kecil mulai menerjang daerah dataran rendah kota St. Pierre, yang mana hal ini menguarkan ketakutan yang amat sangat pada masyarakat. Akhirnya, mereka (masyarakat, pen) mulai mengepak barang dan ingin mengungsi.

Namun, kalian tahu apa yang terjadi? Pemerintah melarang mereka pergi. Pemerintah meyakinkan bahwa keadaan akan segera terkendali dan tidak akan terjadi hal yang buruk. Bahkan, gubernur juga menurunkan para tentara untuk menghadang warga yang ingin keluar dari kota. Alhasil, warga pun tetap di rumah mereka dengan perasaan takut yang mencekam.


Sumber : reddit

Nyatanya, kondisi aman yang dijanjikan hanyalah isapan jempol belaka. 08 Mei 1902, Mont Pelee benar-benar mengamuk. Letusannya yang dahsyat, menyemburkan awan hitam, lahar, dan batu-batu yang sangat besar. Dalam sekejap, kota St. Pierre pun disapu habis berikut 30.000 jiwa penduduknya.

Peristiwa ini benar-benar menoreh luka mendalam pada dada bumi Perancis. Terutama masyarakatnya yang terus bertanya, kenapa pemerintah seakan sengaja menumbalkan seluruh warga St. Pierre pada tragedi itu?




2. Gunung Nevado del Ruiz, Bogota


Nevado del Ruiz. Sumber : Electroverse

Di urutan kedua, ane sisipkan gunung tertinggi dari Pegunungan Andes, terletak di Kolombia, Bogota.

Dilaporkan bahwa sudah 150 tahun lamanya gunung ini tidak pernah meletus. Namun, siapa sangka, menjelang tengah malam pada 13 November 1985 gunung ini mengamuk dengan sangat dahsyat. Uap panas dan material aktivitas vulkanis disemburkan hingga 30 km ke udara, kemudian jatuh menimpa wilayah di bawahnya.


Sumber : Sky Alert Blog

Karena letusan itu, gletser dan salju di puncak Nevado mencair, kemudian mengalir deras menuruni gunung, lantas mengisi sungai-sungai di bawahnya. Karenanya, banjir bandang dan longsor parah pun terjadi.


Sumber : World Abandoned

Seakan masih belum puas mengamuk, langit pun menurunkan hujan badai dan angin kencang yang menyebabkan padamnya listrik dan jaringan komunikasi. Karena hal itu, pejabat pertahanan sipil tidak dapat memberi peringatan pada Kota Amero, bahwa kurang dari 1 jam, aliran lahar akan menyerang kota itu.


Kota Amero setelah erupsi Gunung Nevado. Sumber : USGS

Nahas, sebab miskominikasi itu, Kota Amero pun tenggelam dalam lumpur serta puing-puing letusan gunung api. Setidaknya, sekitar 20.000 (sumber lain mengatakan 28.700) penduduk kota itu, ikut ditenggelamkan dan tewas.




3. Gunung Tambora, Indonesia


Ilustrasi erupsi tambora. Sumber : IDN Times

Selanjutnya adalah bencana di bumi pertiwi yang terjadi pada tahun 1815. Dikatakan sebagai letusan gunung terdahsyat, sebab tak hanya berdampak pada Indonesia sendiri, tapi juga dunia secara global.

Dikatakan bahwa berabad-abad lamanya Tambora tertidur, hingga pada tahun 1812, gunung ini mulai menunjukkan tanda bahwa ia sudah selesai dari tidur panjangnya. Gemuruh terdengar dari perutnya dan gumpalan hitam membumbung dari atap Pulau Sumbawa itu.


Ilustrasi : warga melarikan diri ketika erupsi tambora terjadi. Sumber : Twitter

Benar saja, tiga tahun kemudian, tepatnya 10 April 1815, Tambora meletus dengan sangat dahsyat. Gemuruhnya terdengar hingga ke Makassar, Batavia, Jawa, Ternate, dan Sumatera. Karena belum ada informasi itu adalah gunung meletus, masyarakat (di luar Pulau Sumbawa) menganggap itu adalah dentuman senjata perang.

Dalam catatannya, Gubernur Hindia-Belanda (Indonesia sebelum merdeka) asal Inggris--Thomas Stamford Raffles--menyebutkan bahwa letusan Tambora tiga kali lebih kuat daripada letusan Krakatau.

Karena peristiwa itu, awan abu tebal masih menyelimuti wilayah sekitar Tambora hingga 23 April 1815. Sementara gemuruhnya baru benar-benar berhenti pada 15 Juli 1815 dan asap masih terlihat hingga 23 Agustus 1815.

Bencana vulkanik ini juga menyebabkan tsunami di beberapa daerah di Indonesia. Seperti di Sanggar, terjadi tsunami setinggi 4 meter, di Besuki jatim 1-2 meter, dan di Maluku 2 meter.

Abu-abu letusan Tambora yang berterbangan jatuh ke laut dan membentuk rakit batu apung, ditemukan hingga di dekat Kolkata, India, pada 3 Oktober 1815.


Ilustrasi : bumi tanpa musim panas. Sumber : macleansa

Seperti yang ane katakan di atas, bahwa tak cuma Indonesia yang terdampak oleh bencana ini, tapi juga dunia secara global. Abu dan awan hitam yang menutupi atmosfer dalam waktu cukup lama, telah menyebabkan suhu bumi turun secara drastis hingga akhir 1815. Bahkan tahun itu (1815) sampai tahun berikutnya, disebut sebagai tahun 'tanpa musim panas' di Eropa.


Ilustrasi : gagal panen dampak erupsi Tambora. Sumber : Transient Canvas

Dunia menjadi dingin dan menyebabkan gagal panen di berbagai belahan dunia. Hal ini kemudian memicu penyakit tifus mewabah disertai bencana kelaparan.

Bahkan, karena bencana ini, kondisi bumi belum jua stabil hingga memasuki abad ke-19. Sebab, 1883 disusul pula dengan mengamuknya Krakatau.




Gimana, nih, Gansis? Dahsyat dan mengerikan, bukan? Ane pribadi dapat membayangkan bagaimana kacaunya ketika bencana itu terjadi. Ketakutan di mana-mana disertai kehancuran sejauh mata memandang.

Semoga kita dijauhkan, ya, dari bencana seperti itu di kemudian hari. Dan semoga jiwa-jiwa yang menemui ajalnya dalam tragedi itu mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Aamiin.

Sekian thread ane kali ini, Gansis. Terima kasih sudah berkenan mampir.




A thread by :
@serbaserbi.com
Referensi : 1, 2, 3, 4



: