lurikaAvatar border
TS
lurika
Izinkan Aku Untuk lelah


Ara mulai kebingungan menentukan kalimat yang akan ia tulis dalam jurnal pribadi yang baru saja dia beli di toko buku, disalah satu mall ternama di kota besar tempat dimana ia sedang menuntut ilmu. Entah darimana ide menulis itu hadir, sedangkan Ara bukanlah seorang penulis, dia hanya menulis untuk tugas akhir saja, dan ia selalu menemukan kesulitan dalam merangkai kata. Terbukti dengan banyaknya catatan perbaikan dari dosen pembimbing setiap kali ia menyetor hasil perbaikan skripsi sebelumnya. Kali ini Ara benar-benar menyetujui semua kegalauan para senior dan teman-temannya yang telah lebih dulu menjalani skripsi. Ara pun dibuat frustasi seperti yang lainnya.

Jemarinya terus menari-nari di atas kertas,mencoba merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang indah, namun, setiap kata yang tertulis terasa hambar jika dibaca kembali. Ara memiliki jiwa pantang menyerah ia tidak peduli dengan lelahnya, rasa ingin menulis itu masih kuat, maka ia teruskan proses menulisnya. Hingga tiba saatnya lelah benar-benar menyerang seluruh sarafnya, matanya tak bisa lagi membendung kantuk yang hadir. Ara tertidur.

***
Keesokan harinya, Ara terbangun dengan mata sembab. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Mungkin semalam ia terlalu memforsis tubuh dan pikirannya untuk bisa menulis. Ia merasakan perutnya keroncongan, ia bergegas melangkah ke dapur, disana hanya ada mie instan dan telur.

'Shitt, kemarin aku lupa belanja sayuran', keluhnya frustasi.

Dalam keadaan yang lapar dan sedikit frustasi Ara memilih untuk makan telur ceplok. Dalam beberapa saat semua telah siap. Iapun segera menyantap makanan yang dimasak tadi.

Saat sedang makan, terdengar pintu kosannya diketuk. Ara menarik nafas panjang, lalu berdiri menuju pintu.

"Hay sayang". Orang yang mengetuk tadi menyapanya. Dia adalah Dion kekasih Ara. Mereka sudah berpacaran sejak tiga tahun terakhir. Dion selalu seperti itu, hadirnya selalu tak kuduga.

"Hay juga sayang, ayo masuklah", katanya mempersilahkan. Dion mengangguk dan segera masuk ke dalam kosan Ara. Ara bergegas menutup pintu kosnya. Ara tidak mau ada yang melihat Dion.

Yah, tiga tahun berpacaran dengan Dion tapi tak ada seorangpun yang mengetahui hubungan mereka berdua. Entah itu teman kuliah, teman main, teman kosan atau keluarga Ara tak ada yang tahu. Ara sebenarnya bingung dengan hubungan ini, tapi apa boleh buat Ara sudah terlanjur bersamanya, ia terlanjur mencintai Dion dengan segala ketidaktahuan Ara tentang Dion.

"Kamar kos kamu kok berantakan? Abis ngapain kamu semalam?". Pertanyaannya membuyarkan lamunan Ara.

"Memangnya kamu mau aku habis ngapain semalam? Emangnya ngga boleh yah kamar kos aku berantakan? Pertanyaannya gitu amat". Jawab Ara dengan ketus dan sedikit tidak nyaman.

"Tidak sayang, aku heran aja kenapa bisa seberantakan ini, lihat tuh kertas dimana-mana, bantal guling dan yang lainnya ngga pada tempatnya, belum lagi kamu yang kelihatan baru bangun dan masih bau iler". Dion memperjelas maksud pertanyaannya tadi sambil memeluk Ara dari belakang. Jujur saja Ara sangat menyukai keadaan ini, ia paling tidak bisa menolak jika Dion memeluknya seperti itu. Ada rasa bergetar dan hangat yang ia rasakan jika berada dalam posisi ini. Ia merasa sangat dilindungi dan dimanja, jika sudah begini Ara sudah tidak sadar posisi apalagi yang mereka lakukan setelahnya.



Izinkan Aku Untuk Lelah (Part 2)
Diubah oleh lurika 09-12-2020 13:26
Tole1224
nona212
jiyanq
jiyanq dan 9 lainnya memberi reputasi
10
2.4K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
lurikaAvatar border
TS
lurika
#22
Izinkan Aku Untuk Lelah (PART 7)


Kandungan yang dikandung Ara semakin membesar, tak terasa sudah mencapai lima bulan usianya. Setiap saat kekhawatiran Ayah Ara kian membuncah. Sebentar lagi Ara akan melahirkan sementara uang untuk persalinan belumlah terkumpul, sementara Ara terkadang masih sedikit mengidam.

"Assalamualaikum"

Seseorang memberi salam. Ayah yang sedang menemani Ara makan beranjak dari duduknya menuju pintu utama.

"Waalaikumsalam", jawab ayah Ara.

Wanita cantik dengan hijab kuning menyegarkan mata siapapun yang memandang, dia wanita cantik yang bertemu dengan ayah Ara seminggu yang lalu saat membeli mangga.

"Eh, Mbak cantik. Ada perlu apa yah?", Ayah Ara menyapa dengan ramah.

"Ini Pak, ada sedikit makanan. Tadi aku sengaja masak banyak untuk dibagikan ke warga dekat sini. Makanan ini baik untuk ibu hamil, Pak", jawabnya.

"Dari baunya terlihat begitu lezat. Alhamdulillah, dapat rejeki lagi. Semoga anakku suka yah Mbak. Soalnya dia lagi uring-uringan makan"

"Insha Allah, Pak. Semoga anak bapak suka dengan makanannya. Kalo begitu saya permisi dulu yah, Pak. Assalamualaikum", wanita cantik itu pamit.

Ayah Arah kembali ke meja makan sembari menenteng rantang makanan pemberian wanita tadi.

"Itu apa, Yah?" tanya Ara penasaran.

Sang ayah yang melihat rasa penasaran Ara tersenyum kecil.

"Ini bubur kacang hijau. Kamu pasti suka"

"Ara mau, Yah. Boleh Ara icip sekarang?"

"Iya, boleh, Sayang".

Ara menikmati bubur kacang hijau itu dengan lahap. Senyum sang ayah terkembang, akhirnya anaknya ini bergairah untuk makan lagi.

Malam tiba, Ara berbaring di tempat tidurnya sembari terus mengulang panggilan telepon kepada seseorang. Ara terlihat sedikit kesal, ia meremas-remas bantal guling yang ia peluk.

"Dion, kamu dimana? Kenapa semua kontak kamu tak dapat dihubungi?" Apakah kamu tahu kalo saat ini aku membutuhkanmu. Bayi kita membutuhkan dirimu. Kamu dimana Dion?, isak tangis Ara pecah.

Selama lima bulan Dion tak pernah ada kabar. Dia juga tak pernah tahu jika Ara sedang mengandung anaknya. Ara yang merasa kecewa dengan Dion memutuskan untuk merobek semua kenangan bersamanya.

"Aku benci kamu Dion. Anak ini juga membencimu" kata Ara lirih di sela isak tangisnya.

Tanpa Ara sadari, sedari tadi sang ayah sedang melihatnya dibalik pintu kamar Ara yang sedikit terbuka.

"Bertahanlah anakku sayang. Bertahan untuk anakmu dan juga ayah" lirih permohonan sang ayah untuk Ara.

Tak terasa butiran bening mengalir dipipi sang ayah. Ia merasa terluka dengan keadaan anaknya. Dalam hati ia berjanji untuk menemukan Dion dimanapun ia berada. Walau ia sama sekali tak mengenal sosok manusia tak berakhlak itu. Sang ayah pun beranjak dari balil pintu menuju kamarnya. Ia ingin menenangkan diri agar esok dapat kembali fit.

*****

"Selamat pagi, Sayang", sapa Ayah saat masuk ke kamar Ara.

"Sayang, anak ayah belum bangun toh. Ayo nak bangun dulu kita sarapan sama-sama"

Tak ada jawaban dari Ara. Seketika sang ayah merasa ada yang tidak beres. Ia bergegas membuka selimut yang menutupi Ara. Mata ayah terbelalak melihat apa yang ada dibalik selimut itu.

Dibalik selimut itu bukanlah Ara melainkan seonggok bantal yang disusun menyerupai seseorang yang sedang tertidur. Kepanikan langsung menyerang ayah Ara. Tanpa aba-aba ia langsung berlari keluar rumah bermaksud untuk mencari Ara.

"Pak, maaf. Apa bapak melihat anak saya, Ara?" tanya ayah saat menemui seorang pria yang sedang berjalan disekitar rumahnya.

"Maaf, saya tidak melihat anak bapak", jawab orang itu.

Pertanyaan yang sama teeus dilontarkan ayah saat bertemu dengan siapa saja di sepanjang perjalanannya mencari Ara. Hingga tibalah sang ayah di depan rumah wanita cantik yang ramah itu.

Wanita itu sedang menyapu halamannya. Saat melihat ayah Ara sedang berdiri di depan rumahnya, ia sigap untuk menyapa.

"Assalamualaikum Pak", sapa wanita itu

"Waalaikumsalam, Mbak", jawab ayah ara dengan kecemasan yang terlihat jelas oleh wanita itu.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Pak? Sepertinya bapak sedang mencemaskan sesuatu"

Ayah Ara menoleh setelah mendengar ucapan wanita itu.

"Anak saya pergi dari rumah Mbak. Dan sekarang saya tidak tahu mau mencari dia kemana"

"Anak, bapak bernama Ara?

"Iya, Mbak. Kenapa mbak tahu? Apa mbak melihatnya?"

"Semalam, aku bertemu dengannya di ujung jalan sana, Pak. Ia seperti orang yang kehilangan arah. Lalu aku membantu menenangkannya" wanita itu menarik nafas sejenak. "Setelah ia tenang, aku mengajaknya ke rumahku. Ia baik-baik saja bahkan sedang sarapan saat ini, Pak", sambungnya.

"Syukurlah, Mbak. Terimakasih banyak sudah menyelamatkan anakku. Saya tak tahu jika ia benar-benar hilang. Sekali lagi terimakasih, Mbak"

Wanita cantik itu tersenyum lembut. Lalu mengajak ayah Ara masuk menemui anaknya.

"Ara sayang", panggil sang ayah ketika melihat anaknya.

Wajah Ara berseri melihat ayahnya ada bersamanya. Namun matanya tak bisa menyembunyikan ketakutannya terhadap amarah sang ayah.

"Makanlah, setelah itu kita pulang yah, Nak"

Sang ayah yang mengerti ketakutan anaknya mencoba untuk menenangkan ketakutan itu. Melihat semua itu Ara tersenyum bahagia. Ia melanjutkan makannya dengan lahap. Wanita cantik yang sedari tadi melihat semua kejadian itu mengembangkan senyumnya kepada kedua orang baik hati itu.

"Seandainya aku pun memiliki seorang ayah seperti dirimu. Betapa kecilnya masalah yang ku hadapi saat ini, sebab ada kekuatan besar dari seorang ayah yang akan menopang diriku" ucap wanita itu lirih.
Diubah oleh lurika 05-10-2020 09:26
pulaukapok
jiyanq
jiyanq dan pulaukapok memberi reputasi
2
Tutup