Setiap orang selalu punya latar belakang yang berbeda, masa lalu yang tak sama, pun cerita pengalaman mistis yang selalu menarik bila disimak.
Siapa yang menyangka, ternyata Pram, teman sirkel bang Adul bukanlah ojol sembarangan?
Kang Adul Ojol
Ayu Tingting
"Jam setengah 12 masih belum tutup point, haduh cicilan motor mana bentar lagi."
Keluh pram malam itu.
"Butuh duit atau point pram?"
Tanyaku saat keluhnya terdengar.
"Duit kayaknya, poin mah masih jauh buat bisa tupo minimal."
Jawabnya.
"Kalo ada orderan longtrip, mau diambil gak?"
Lanjutku.
"Tergantung kang, kalo aman sih ambil."
Responnya.
"Aman begal, gak aman setan, berani gak?"
Kutanya asal.
"Beranilah, setan mana bisa bunuh orang?"
Responnya berani.
"Pret!! Kalo udah ketemu juga ngacir
sia mah."
Ujarku tak percaya.
"Aing emang jarang kang kalo ketemu setan, tapi tiap ketemu gengsi kalo aing kabur.
kodratna, jelema leuwih mulya batan jin setan sajabana."
Katanya.
"Bener sih, berarti
siapunya
carita atuh, Pram?"
Aku mulai tertarik.
"Ada
atuh. Ini sih yang paling ekstrim
mah."
Quote:
Yang namanya ojol, kita narik kadang dari pagi buta sampe malem gulita.
Dari orderan yang nyenengin sampe orderan yang nyeremin.
Dari mulai dikasih tips gede sampe kena prank setan wewe.
Kita udah pernah ngalamin itu semua.
Kejadian yang pasti terjadi minimal sekali pada setiap pelaku ojol itu kalo bukan orderan fiktif ya alamat palsu. Mirip judul lagunya Ayu Tingting yang berhasil membesarkan namanya hingga saat ini.
"Stop stop🚫, Pram. Kenapa Ayu Tingting dibawa-bawa?"
Protesku.
"Ish, biar sesuai sama judul, kang. Gimana sih?"
Ujarnya.
"Maksain amat."
Komentarku.
Quote:
Order fiktif sudah pasti kena alamat palsu,
Tapi alamat palsu belum tentu order fiktif.
Pasalnya kadang customer kurang paham mengenai cara mengoperasikan aplikasi agar titik di peta daring sesuai dengan posisinya saat ini.
Hal ini juga tentu pernah aku alami. Bedanya kali ini ada campur tangan makhluk halus saat kejadian ini terjadi.
"Naha nya aing teu mereunah make kata 'aku' ?"
("Kenapa ya gua gak enak pake kata 'aku' ?")
Dia yang cerita, dia juga yang motong ceritanya.
"Sia mah loba iklan pisan, geus carita mah carita weh atuh. Mun make kata 'saya' bisi serius teuing ciga arc Teh Yuyun."
("Lu mah banyak iklan banget, udah cerita ya cerita aja. Kalo pake kata 'saya' takutnya terlalu serius kayak arc Teh Yuyun.")
Jawabku.
"Okelah, lanjut gini aja."
Quote:
Malam itu dingin,
Soalnya kalo panas pasti siang hari.
Jaket atribut kebanggaan aplikator (kalo aku gak bangga-bangga amat, biasa aja), kukenakan dengan erat. Ditambah rompi tebal impor anti wind15ribuan yang dapet preloved, kalo butuh bisa kirim PM, jangan lupa komisi 50% ongkir ditanggung pembeli.
'plak!'
Suara tamparan ke belakang kepala kudaratkan halus pada si Pram.
"Yang bener kalo cerita, lu sepanjang ini masih intro."
Geramku.
"Gak make nampol juga bisa kali, kang."
Erangnya sambil mengusap kepala.
Quote:
Rompi tebal, cek.
Jaket anget, cek.
Yang order, belum cek.
Setelah keliling kesana-kesini, nyari spot yang rame order, nongkrong sendiri sambil mikir.
'semoga besok gak ada debkolektor ke rumah'
Biasalah permasalahan yang maksain ambil motor kredit. Wajar dong ini kan buat usaha juga. Jadi masih dimaafkan.
Akhirnya di perempatan lampu merah jalan SC hp kentang 7ratus ribuanku (nggak, gak mau iklan lagi entar malah kena potong lagi ceritanya)bunyi. Pertanda orderan masuk.
Ternyata orderan apotek onlen, aku dimintai untuk mengambil obat yang sudah disediakan & diantar ke alamat tujuan.
Sebelum meluncur menuju apotek, kuchat sang customer tersayang.
'alamat tujuan sudah sesuai ya, pak?'
'PLAK!!'
"KALO YANG NGORDER BAPAK-BAPAK KENAPA LU BILANG TERSAYANG? LU HVMV?"
sungguh kesalku tak terbendung.
"Ye, kan tersayang karena udah ngorder terus dapetnya ke gua. Jadi gua dapet duit. Bukan sayang karena sayang, tapi manggil sayang karena duit."
Jawabnya.
"Kek pepatah lama ye?"
Ujarku tak tahan.
"Apaan kang?"
Dia penasaran.
"Ada uang bapakku sayang, gak ada uang orderanku buang."
Aku sedikit tertawa saat itu.
"Gak jelas lu Kang, udah gua lanjut dulu."
Quote:
'iya dek, sudah sesuai. Agak dipercepat bisa ya?'
Balasnya saat itu.
Harap jangan dicontoh ya, jangan suka ngeburu-buru driver. Kita nyawa cuma satu. Kalo dua itu ban motor. Ilang satu gak bisa diganti lagi. Tamat karir kita sebagai ojol, kan situ juga gak mau nanggung biaya rawat anak-istri yang ditinggalkan (meski aku ini masih bujang tingtong, tapi ini suara hati seluruh persatuan ojol seantero Indonesia. Harap digarisbawahi, PERJAKA TINGTONG).
'baik, saya usahakan secepat mungkin, mohon tunggu.'
Setelah membalas seperti itu, kupacu motor yang belum lunas ini dengan kencang. Mirip Valentino Rossi yang kebelet, udah kenceng, kebelet lagi, jadinya makin kenceng puol.
Setibanya di apotek yang tertera, kulangkahkan kaki masuk untuk menemui sang penjaga apotek.
"Malam pak, ada yang bisa saya bantu?"
Tawarnya halus.
Wajahnya rupawan menawan hati jelita bidadari, seolah ada cahaya suci dibelakang mbak-mbak penjaga apotek yang belakangan kutau namanya 'intan'.
"Ehem gini mbak Intan. Kalo pulang boleh saya jemput?"
Tawarku.
"Saya biasa order jam 11 malem sih mas, tunggu aja disekitar sini, biar nanti pas saya order ojolnya, masnya bisa dapet saya."
Jawabnya malu bikin hati semakin berpacu.
"Apaan sih kang liat-liat mulu kek gitu?"
Syukurnya si Pram sadar kupelototi.
"INI CERITA HOROR BUJANG! BUKAN CINTA-CINTAAN. LU SALAH THREAD YA ANJIM!"
bentakku.
"Iye maap iye, ini lanjut ini."
Balasnya.
Quote:
"Offline aja gimana mbak, jadi pas mbaknya pulang, bisa langsung saya jemput tanpa order via aplikasi."
Tawarku.
"Boleh mas, disave ya 08xx-xxxx-xxx."
Sungguh baik hati, cantik pula, idaman pasti ini.
Nomor mbak apotek cantik sudah dikantongi, saatnya pergi.
Eh gak jadi deng.
Saatnya melanjutkan orderan yang tadi.
"Ini mbak, saya dapet orderan Ap-ol, bisa tolong dicek?"
Pintaku.
Dia cekatan langsung menatap layar monitor & memeriksa apakah benar atau salah yang kuajukan.
"Oh iya betul mas."
Jawabnya.
Ia lalu mengambil sepaket obat yang sudah disiapkan sebelumnya, memberikan padaku & berdiri menunggu.
"Udah mbak? Gini aja?"
Tanyaku.
"Iya mas, itu aja."
Jawabnya.
"Yakin ya mbak?"
Aku memastikan.
"Yakin mas. Cewe kan gak pernah salah."
Jawabnya yakin.
"Tapi kenapa cewe sering memilih laki-laki yang salah?"
Cecarku kemudian.
"Ehm anu mas, kalo udah silahkan memberi ruang untuk antrian selanjutnya."
Ia tak mau menjawab rupanya.
Benar saja, saat kutengok kebelakang ada 2 orang laki-laki yang sedang mengantri.
"Eh om, sorry, udah lama ya ngantrinya?"
Maafku padanya.
"Lumayan, sejak gombalan pertama aja."
Jawabnya cuek.
Aku segera pergi dari situ. Malu.
"Hahaha Pram, Pram. Sadar diri, elu cuma tukang ojek onlen, dia apoteker."
Ejekku.
"Jodoh kan gak ada yang tau kang. Namanya juga usaha siapa tau dapet kan?"
Balasnya.
Quote:
'kok lama dek?'
Tiba-tiba chat masuk.
'iya pak, agak ngantri. Ini saya udah mau jalan ke arah situ kok.'
Aku beralasan.
Karena khawatir ratingku anjlok, motor lagi-lagi kupacu kencang. Kali ini mirip copet yang diburu masyarakat.
Belok kanan,
Belok kiri,
corneringsana-sini,
Jalan raya kuanggap
race track, kali ini taruhannya rating. Kalo bisa sampe cepet rating aman, aku menang.
Masuklah ke arah sebuah perumahan elit dikawasan DP, luasnya sekitar beberapa hektar mengembang dari jalan raya hingga ujung daerah DG yang terkenal itu.
Jalan menanjak dengan pos satpam di gerbang utama, dilanjut pos satpam lain di tiap-tiap
cluster, konon harga tanah bangunan disini mencapai milyaran. Ada kabar-kabur Gayus Tambunan juga punya aset disini, tapi namanya juga kabar kabur kan? Kurang valid.
Setelah melewati beberapa pos satpam yang terlihat seperti pos penjaga perbatasan antar negara, aku tiba di sebuah cluster yang paling ujung dari gerbang masuk.
Kulapor (lagi) pada satpam yang bertugas disana.
"Malam pak."
Sapaku.
"Malam juga kang, mau kemana?"
Tanya satpam, kutebak ia telah beratus kali mengatakan kata-kata format mainstream seperti itu.
"Mau nganterin obat pak, ke rumah no.13."
Jawabku.
"Salah kalo kang, no.13 kosong itu."
Jelasnya.
"Pak satpam kali yang salah, kalo kosong mana bisa ngorder?"
Aku ngotot.
"Bisa jadi, soalnya saya masuk shift malem. Kali aja yang punya rumah dateng pas saya belum ada. Dicek dulu aja kang, kalo gitu."
Satpam itu mengalah.
"Oke pak."
Balasku sambil berlalu masuk.
Rumah no.13 berdiri megah, 3 lantai menjulang, bercat putih & halamannya bersih.
Mana mungkin rumah kosong halamannya terawat kan?
Iya kan?
Kucoba menghubunginya, namun nomor itu diluar jangkauan. Aneh pikirku. Agak kurang sopan bila harus mengetuk pintu.
Namun karena sudah 10 menit nomornya tak dapat dihubungi, aku nekat mengetuk pintu itu.
"Permisi! Paket obat!"
Teriakku dari luar.
Jawabannya hening.
Lalu sekali lagi,
"PERMISI! PAKET OBATNYA!"
kali ini agak keras aku memanggil.
Masih juga hening,
Kutarik nafas dengan panjang, keketuk pintu itu sekali lagi dan
"PERMEESEE!!! PAKET OBATNYAAAA!!"
Suaraku lantang memecah malam. Jurus harimau mengaum terpaksa kugunakan.
Lagi-lagi hening.
Saatku bersiap untuk mengeluarkan jurus 'Teriakan Iblis' terdengar suara langkah kaki dari lantai dua.
'gini nih, rumah kegedean, gak punya bel. Pas paket dateng susah taunya'.
Kuintip sedikit dari celah jendela.
Wow!
Seorang wanita cantik berhidung mancung memakai piyama putih sedikit transparan berjalan menuruni tangga dari lantai dua.
Rambutnya tergerai seolah minta untuk dibelai. Lekuk tubuhnya sungguh menggoda iman.
'inget pram inget, ada mbak-mbak apotek yang menunggu.'
Kucoba kuatkan hati untuk tetap setia pada pendirian utama tanpa sedikitpun tergoda.
Tapi emang cantik sih.
Kubersiap, merapikan jaket, rambut, & sedikit mengoleskan parfum.
Lama kutunggu akhirnya ia kini berjalan ke arah pintu, sedikit lagi ia tiba & membuka pintu yang menghalangiku untuk melihatnya.
'KRIING KRIING TEET TOOTT KRIIING'
HPku berbunyi pertanda ada telpon masuk.
'yaelah ganggu mulu.'
Segera kuangkat.
'halo?'
Tanyaku.
'hula halo bapak kau jet li!! Lama betul kau antar obatku ha? Mau kuberi bintang satu?!
Ah rupanya sang customer tersayangku.
'ini pak saya didepan pintu, kayaknya anak bapak juga turun dari lantai dua buat ngambil.'
Jelasku.
'Alasan apalagi kau ha? Kutaro satpam khusus depan rumah, tak ada kau depan rumahku!'
Ia menjelaskan.
'rumah no.13 kan pak?'
Aku coba mengkonfirmasi.
'apa kubilang? Kalo otak itu dipake! Rumahku nomor 21 bukan 13! Salahin HP kentangmu itu, kerja kok gak becus!'
Sungguh, kata-kata customerku selalu menjadi inspirasi.
'baik, maaf pak. Mungkin saya salah lihat di aplikasi atau mungkin juga titik yang bapak pin kurang tepat. Saya ke rumah no.21 sekarang ya pak.'
Ujarku.
'Heh orang kampung! Jaga mulutmu ya! HPku ini aipon 69, canggih, aku lulusan S4 di luar negeri. Mana mungkin aku salah?! Kemari kau, kutunggu tanpa lama!'
Lalu segera ia menutup teleponnya.
Betul-betul membuat hatiku geli-geli dongkol mendengarnya.
Kutengok sebentar penghuni rumah no.13. khawatirnya saat ia membuka pintu tak ada siapa-siapa. Ku berniat untuk meminta maaf padanya nanti.
Namun wanita cantik itu hilang.
Karena notifikasi di hpku semakin ramai oleh kata-kata mutiara dari sang customer, aku tinggalkan rumah itu.
"Atas nama pak Fan ya?"
Tanyaku saat tiba didepannya.
"Betul pak, maaf kalo majikan saya agak kasar."
Anak muda didepanku sungguh bertolakbelakang dengan orang yang jadi majikannya.
"Ah ngga apa-apa kang, sudah biasa. Maaf juga saya sempat salah rumah tadi, untung yg empunya belum sempet keluar."
Jelasku.
"Bapak tadi salah rumah kemana?"
Selidikku.
"Rumah no.13 kang."
Jawabku.
"Oh, yasudah saya masuk dulu ya pak. Takutnya majikan saya marah-marah. Mari pak, saya duluan."
Ujarnya menjauh.
Kuputarbalikan motor & menemui satpam depan tak lama kemudian.
"Iya pak, alamat palsu ternyata."
Jelasku.
"Ya kan? Tapi sampe obatnya?"
Tanya satpam.
"Sampe, aman pokoknya. Tapi beneran kosong rumah no.13 itu? Saya sempet liat ada yang turun loh pake tangga dari lantai 2."
Selidikku.
"Iya kang paling dibersihin seminggu sekali sama tukang. Udah kosong 3 tahun, yang punya orang Cirebon katanya. Tapi gak tau juga ya kenapa dikosongin."
Penjelasan satpam ini menyadarkan aku bahwa yang tadi kukagumi bukanlah manusia.
"Kalo cantik, kenapa gak lu samperin balik terus lu tembak pram?"
Tanyaku.
"Cantik sih tapi alam hidupnya kebagi dua buat apa?"
Jawabnya.
"Makhluk amfibi!, Hahaha!"
Ejekku.
"Sialan lu kang."
Quote:
Pulangnya punggungku serasa hangat cenderung panas. Tapi perutku kedinginan entah kenapa.
Motorku bahkan kesulitan saat menanjak jalan yang sebelumnya lancar-lancar saja.
Merasa ada yang aneh, kuhentikan motorku disekitar tempat yang banyak ditumbuhi pohon tinggi, membuat suasana rimbun & mistis.
"Udahlah, saya tau saya tampan, kamu gak usah ngejar-ngejar gitu. Saya gak suka punya fans yang keterlaluan kayak kamu. Kamu udah bertindak gak sopan dengan numpang tanpa bilang. Kamu gak liat saya pake atribut ojol? Harusnya kamu order, atau bayar. Enak aja numpang gratis."
Aku berkata karena aku memang tampan.
'huh.'
Suara itu terdengar sekali dibelakang telinga persis, lalu terasa tiupan angin dipunggungku mengarah keatas. Seperti ada yang terbang.
"Nah gitu dong."
Ujarku sambil berlalu pergi menjauh dengan santai.
Udah ya, sampe sini aja dulu.