- Beranda
- Komunitas
- Female
- Wedding & Family
Fenomena Perceraian Dapat Terjadi Karena Terlalu Tentramnya Rumah Tangga
TS
rukminiirawan
Fenomena Perceraian Dapat Terjadi Karena Terlalu Tentramnya Rumah Tangga
Membaca judul saya di atas, mungkin agan-agan sekalian yang baik hatinya berfikir, loh kok perceraian terjadi karena terlalu tentramnya rumah tangga? Bukannya jika rumah tangga yang sedang dibina , tentram dan tanpa masalah akan mengarahkan kepada umur pernikahan yang panjang dan harmonis? Dan justru yang akan mengakibatkan perceraian adalah konflik-konflik yang tidak berkesudahan dan berkepanjangan?
Oke gan, pertama-tama kita banyak membaca berita-berita yang mewartakan beberapa perkimpoian yang terpaksa karam akibat terlalu harmonis seperti..
Quote:
Kisah ini memang terjadi sungguhan (walau bukan di Indonesia), sang isteri meminta pengadilan setempat agar menceraikan ia dengan suaminya dengan delik bahwa ia merasa tertekan dengan sikap suaminya yang sangat baik padanya. Si isteri tersebut membeberkan satu-persatu kebaikan sang suami seperti selama setahun menikah, suaminya tidak pernah meneriakinya, memanggilnya dengan suara keras, mendebat dan membantah dirinya,menolak keinginannya, membantunya mengurusi rumah, selalu memaafkan dan memberi hadiah.
Tipe suami idaman gak? Hehe, tetapi sang istri enek dengan rumah tangganya yang cenderung monoton saja. Ia mengaku mendambakan rumah tangga yang ada perdebatan kecil, pertikaian kecil dan lain-lainnya.
Quote:
Kisah yang serupa juga terjadi di India nih gan.
Pernikahan yang baru berumur jagung muda itu, yakni 18 bulan harus di bawa ke pengadilan setempat dengan gugatan istri untuk bercerai. Usut demi usut, si istri meminta cerai karena suaminya terlalu baik padanya, terlalu cinta padanya, tidak pernah berdebat padanya,tidak pernah meneriaki dirinya, ikut membantu dirinya sampai ke ranah beberes rumah.
Istrinya muak dan begitu menginginkan rumah tangga yang ada bumbu-bumbu ketegangannya seperti normalnya yang lain.
Pernikahan yang baru berumur jagung muda itu, yakni 18 bulan harus di bawa ke pengadilan setempat dengan gugatan istri untuk bercerai. Usut demi usut, si istri meminta cerai karena suaminya terlalu baik padanya, terlalu cinta padanya, tidak pernah berdebat padanya,tidak pernah meneriaki dirinya, ikut membantu dirinya sampai ke ranah beberes rumah.
Istrinya muak dan begitu menginginkan rumah tangga yang ada bumbu-bumbu ketegangannya seperti normalnya yang lain.
Nah 2 contoh di atas adalah bukti real betapa “kelebihan sakinah” dan “kelebihan harmonis” justru menjadi pemicu tidak sakinah dan tidak hamonisnya sebuah rumah tangga.
Dalam berumah tangga mestilah harus muncul beberapa perdebatan dan itu normal! Normalnya dimana? Jangankan sama pasangan gan, nah yang sama saudara kandung aja yang sedarah, se-suku, se-bapak ibu kadang-kadang muncul debat karena tidak sependapat. Nah masa terhadap suami/istri yang beda darah, beda suku, beda cara-cara didik, kok malah tentram tidak ada silang pendapat?
Kadang-kadang debat dan silang pendapat adalah cara kita supaya tau kesalahan dimana, dan tau pasangan tidak suka kita pada bagian mana, serta dapat mengoreksi diri yang selama ini kita anggap benar ternyata keliru di mata pasangan, hingga semakin hari semakin dewasa rumah tangga dan isi penduduk rumah tangga akibat beberapa persoalan yang muncul dan dapat diselesaikan bersama.
Jadi ingat twitnya Fiersa Besari, Sikap dewasa bukan muncul dari bertambahnya umur, tetapi dari berbagai masalah yang pernah menghampiri kita.
Tetapi ukuran dari masalah-masalah dan perdebatan-perdebatan tiap orang dalam tiap rumah tangga berbeda-beda ya gan. Adakalanya memang dari awal sudah merasa dan tidak cocok dan konflik tidak terelakkan hampir di tiap waktu, nah itu lain lagi ceritanya..
Intinya, tidak selamanya pertikaian dalam rumah tangga harus di hindari dengan maksud untuk membuat pasangan tidak terbebani, justru masalah apabila telah diselesaikan bersama akan semakin mengokohkan pasangan dalam hal memahami pribadi masing-masing lebih jauh ..
Spoiler for Sumber:
tien212700 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
4.2K
130
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
mssweetchubby
#4
You know what kadang RT yang tenteram dimana suami/istri iya2in apa keinginan pasangan it's like "gw nikah ama partner atau nikah ama fans?" 
Semua keinginan bs dikabulin ama pasangan itu impian bgt, tapi kalo apa2 dikabulin, jd kayak berasa ko gampang/lempeng bgt yak, ujung2nya bakal timbul rasa hampa/bosen...
Kadang debat hal receh, pertengkaran, diskusi problem buat cari solusi bareng2 itu yg bikin relationship jd berwarna...
That's why dari dulu gw ga pernah mau jadian ama cowok yg dari awal tipe2 fans gt...krn ga ada gregetnya...kek gampang bgt dapetinnya...biasanya tipe2 cow kek gini gampang tertebak...
Semua keinginan bs dikabulin ama pasangan itu impian bgt, tapi kalo apa2 dikabulin, jd kayak berasa ko gampang/lempeng bgt yak, ujung2nya bakal timbul rasa hampa/bosen...
Kadang debat hal receh, pertengkaran, diskusi problem buat cari solusi bareng2 itu yg bikin relationship jd berwarna...
That's why dari dulu gw ga pernah mau jadian ama cowok yg dari awal tipe2 fans gt...krn ga ada gregetnya...kek gampang bgt dapetinnya...biasanya tipe2 cow kek gini gampang tertebak...
lukas1999 dan 2 lainnya memberi reputasi
1
Tutup