miftakhanaAvatar border
TS
miftakhana
Inna Ma'al Usri Yusron


Saat memasuki awal bulan Agustus banyak masyarakat yang antusias dalam menyambut peringatan hari kemerdekaan Indonesia, hari yang sangat bersejarah bagi semua orang di negeri ini.
Mulai dari kalangan muda-mudi, anak-anak hingga orang tua di desa maupun di kota telah mempersiapkan berbagai acara yang rutin diselenggarakan hampir setiap tahunnya.

Tak ketinggalan, Desa Suka Maju juga berpartisipasi dalam meramaikan hari itu, kepala desa menghimbau warganya untuk menghiasi halaman rumah seindah dan sekreatif mungkin dengan biaya yang sangat minim, hal ini bertujuan untuk membentuk kekompakan antar anggota keluarga dan membentuk kekreatifitasan mereka. Untuk pemenangnya akan mendapatkan hadiah secara khusus dari kepala desa.



Anggota karang taruna juga telah mempersiapkan acara lomba dan malam puncak penutupan yang akan di isi dengan pagelaran seni sekaligus pengumuman pemenang lomba.
Saat seluruh warga tengah larut dalam kesibukan masing-masing, ada satu anak yang sedang bermuka masam karena tidak diijinkan oleh orang tuanya untuk berpartisipasi pada pementasan seni tari di acara malam penutupan.
Alasan mengapa dia tidak di ijinkan adalah karena seberapa kerasnya dia berlatih, dia tidak akan bisa tampil sempurna karena sejak kecil memang dia tidak pernah bisa menari.
Hampir setiap latihan kakinya selalu keseleo karena mempelajari suatu gerakan, hal inilah yang menjadi alasan kuat dia tidak diperbolehkan menari lagi.
Alasan kedua adalah karena dia memiliki kepribadian yang tomboy seperti namanya, Damar.



Walaupun dilarang, tak ada satupun dari keluarganya yang tau kalau dia masih tetap berlatih menari sejak setelah sembuh dari keseleo itu, dan ia telah menguasai banyak jenis tarian daerah maupun modern. Tak jarang dia disuruh untuk menggantikan instruktur tari di sanggar tempatnya berlatih.
Ia sangat ingin tampil di pentas Agustusan itu, namun banyak group yang menolaknya karena tahu kalau dia tidak diijinkan oleh orang tuanya. Tak ada akar rotan pun jadi, begitulah kata salah satu pepatah Indonesia.
Ia mengajak beberapa teman yang juga ingin tampil tapi belum memiliki group, untuk membuat group sendiri. Selama satu minggu ia hanya berhasil mengajak empat orang temannya, walaupun tarian yang akan dibawakan membutuhkan angka genap, ia tetap memulai untuk berlatih.
Langkah awal yang dilakukan adalah mendaftarkan group kepada panitia malam penutupan. Memang kalau rejeki tidak akan kemana, dia mendaftar saat kuota tersisa hanya satu slot dan secara tidak langsung ia mendapatkan urutan terakhir untuk tampil pada acara tersebut.
Sebelas hari waktu untuk berlatih sebelum acara malam penutupan. Waktu yang sangat singkat, mengingat mereka semua masih harus sekolah yang mana jam pulang mereka berbeda, yang paling lama adalah Damar dan satu temannya yaitu Tantri yang sama-sama duduk di bangku kelas IX. Kendala lain adalah gerakan yang akan ditampilkan adalah gerakan modifikasi, bukan gerakan asli. Hal ini karena jumlah mereka yang ganjil, sedangkan tarian yang dibawakan membutuhkan anggota genap.
Setiap pulang sekolah yakni pukul empat hingga lima sore dan pukul tujuh hingga delapan malam mereka berlatih di gedung olahraga badminton di desa mereka.
Waktu latihan dipersingkat karena menghindari kecurigaan orang tua Damar, selebihnya mereka berlatih sendiri di rumah.



Saat malam penutupan tiba dan giliran group Damar yang tampil, suasana sudah mulai sepi karena banyak yang mengantuk dan beberapa ada yang pulang. Damar dan teman-temannya berhasil mengambil atensi seluruh audiens yang ada, mereka kaget saat melihat kostum yang digunakan. Tidak seperti kebanyakan group tari lainnya, Damar menggunakan kostum dari gorden rumah yang dibentuk sedemikian rupa hingga nampak seperti gaun mahal dan indah.
Tarian yang dibawakan adalah semi modern sehingga tidak hanya anak muda yang bisa menikmatinya, tapi orang tua juga bisa menikmati tariannya. Tak lupa orang tua Damar yang menonton juga menunjukkan ekspresi kaget dan bahagia saat melihat putrinya berada di atas panggung. Sejak saat itu Damar dan teman-temannya sering mendapatkan undangan untuk mengisi sebuah acara di desa maupun di luar desa.


Sumber gambar bisa dilihat disini

bendera

lomba hias rumah

latihan

penampilan akhir

Terimakasih sudah menikmati karya ini emoticon-Blue Guy Smile (S)

Salam dari saya

Belajar Bersama Bisa dan Bersama akan Menjadi Lebih Mudah
WardahRos
chisaa
pulaukapok
pulaukapok dan 18 lainnya memberi reputasi
19
1.9K
77
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
miftakhanaAvatar border
TS
miftakhana
#24
Penebusan Dosa


Kenyamanan seringkali menjadi cobaan terberat bagi seseorang untuk meraih kesuksesan.
Bukan tanpa alasan, hal ini karena fikiran kita juga akan nyaman dengan apa yang kita miliki saat itu. Padahal kenyamanan yang ada belum tentu akan bertahan lama dan mungkin juga itu adalah kenyamanan semu yang menipu.

"Udah selesai Gas? Istirahat dulu gih aku udah buatin makanan tuh."

"Ah iya Ndri, nanggung nih bentar lagi selesai."

"Kamu udah duduk berapa lama loh, inget kesehatanmu itu."

"Iya Ndri, baru sebentar juga. Tadi habis isyak."

"Baru habis isyak gundulmu iku ta, sak iki jam duabelas malam loh."

"Weh woles aja bro, gak usah bengok-bengok juga kali. Diparani petugas jaga baru nyaho kamu."


Inilah aku dan teman sekamarku, Andri Febriansyah. Dua tahun berlalu seakan mengikis sedikit demi sedikit rasa malu diantara kita. Sampai kata orang kita udah kayak dua sisi magnet, dimana ada kutub utara pasti ada kutub selatan. Padahal mah ada saat-saat kita gak barengan, kayak mandi dan buang air, gak mungkin kan kita barengan. Tapi gak ada salahnya juga sih dibilang gitu.

Kalau dalam ilmu biologi aku sama dia itu simbiosis mutualisme. Dia selalu bisa membuatku faham pada materi-materi sekolah yang sulit bagi kebanyakan anak, tapi dulu dia sering gak bisa ikut ujian bareng siswa lain karena belum melunasi biaya SPP. Akhirnya kuputuskan untuk menjadikan Andri sebagai guru les pribadiku.

*****

"Udahlah Gas, aku ngajarin kamu juga gak ada ruginya kok, untung malahan. Aku bisa sekalian riview materi jadi bisa lebih faham."

"Aku ngerti itu, kamu bantu aku sampek paham jadi aku bisa mengatasi kesulitan itu wasilah kamu. Anggep aja kita ini kayak kerbau sama burung, simbiosis mutualisme gitu."

"Yaelah sombong amat lu sekarang ngomongnya kayak gitu haha."

" Maklum lah masih kemaruk¹, kan baru kemarin tuh materi dibahas haha. Biar gak cepet lupa juga. Jadi gimana nih? Mau aja lah, kan lumayan bisa beli bakso setiap jumat."

"Asem juga lu ya haha. Uang jajanmu gak kurang apa?"

"Haha pernah gak lu liat gue mlongo gegara kurang uang jajan?"

"Mlongomu itu masih tetep ganteng bro."

"Kalau itu mah udah pasti dong, kagak pernah jelek gue. Haha" beginilah obrolan diantara mereka berdua, selalu seru dan nyambung satu sama lain.

"Jadi mau ya? Biar ada gunanya nih harta orang tuaku."

"Dasar kowe iki Gas, anak durhaka kok pancen. Haha."

"Lah kamu mau aja berteman sama anak durhaka. Haha."

Bukan karena kasihan atau apa Bagas melakukan ini, tapi memang karena Andri pantas untuk mendapatkannya. Setidaknya jika ia tidak bisa membantu semua anak di dunia untuk sekolah, ia telah mengentaskan satu dari sekian banyak anak. Begitulah pikirnya.
Dengan melakukan hal ini ia mendapatkan satu hal berharga yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Yakni ketentraman jiwa. Tak pernah merasa gundah saat apa yang diinginkan selalu tak sesuai kenyataan.

****



"Lama kelamaan iki Gas, aku ganti peringkat paling akhir kalau kamu kayak gini terus."

"Ya harus itu, kan bisa gantian aku yang jadi gurumu."

"Sombong amat." Katanya sambil melempar kulit kacang ke arahku.

"Orang pinter mah bebas. Hahah."

"Asem kamu Gas, udah sini makan dulu." Sambil meletakkan dua piring nasi goreng di meja depan TV.

"Enak gak tuh nasi gorengnya?"

"Gak usah banyak nanya deh, buktikan sendiri masakan chef Andri ini."

Kami pun duduk di depan meja TV menikmati nasi goreng sambil mengobrol.

"Kamu kok bisa pinter masak gitu gimana ceritanya Gas?"

"Panjang itu ceritanya Gas."

Yah walaupun panjang aku tetap menceritakannya.
Jadi gini ceritanya, saat masih sekolah dasar aku kayak anak yang hidup di pedalaman, gak punya teman dan mainan. Bahkan aku gak kenal sama yang namanya pasar malam. Bukan karena aku introvert atau pemalu, tapi karena orang tuaku terlalu sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untukku berkumpul dengannya dan aku gak di boleh main keluar, nanti salah pergaulan gitu katanya.

Pagi sekolah, pulang sekolah les, dan saat malam waktunya mengerjakan PR. Rutinitas seperti ini harus kulakukan selama sekian tahun lamanya diusia yang sangat butuh untuk bermain.

"Yah harusnya kamu pinter dong kalau kayak gitu?"

"Tunggu bro, masih belum selesai nih ceritanya."

"Ok lanjutkan."

"Sekarang aku tanya, anak kecil mana yang akan tahan dengan kegiatan monoton seperti itu?"

Dia menjawab satu dari seribu anak yang ada. Dan sayangnya aku bukan termasuk dari satu orang itu. Mungkin satu orang itu yang memang timbul dari keinginannya sendiri, bukan karena perintah apalagi paksaan sepertiku ini.



Wal hasil aku sering bolos saat sekolah dasar, bukan untuk pergi ke warnet atau keluyuran yang gak tentu arah. Tapi aku di rumah membantu ibu yang bertugas bantu-bantu di rumah buat masak makanan atau sekedar buat kue cemilan. Sampai orang tuaku sering dipanggil ke sekolah karena hal itu.

"Melihatmu belajar kayak gini, pasti alasan bolos mu dulu bukan karena bosan sekolah kan?"

"Pinter kamu nebaknya Ndri." Dia hanya tersenyum miring.

"Aku bolos karena emang tau kalau pasti orang tuaku di panggil ke sekolah. Dan saat itu aku juga akan ikut ke ruang guru, jadi aku bisa satu mobil bareng sama mereka."

Semiris itu ya ceritaku haha, tapi mungkin masih ada cerita pilu lain yang tak seberuntung diriku.

"Terus alasan kamu jualan pas SMP apa?"

Anak ini emang keponya tingkat tinggi banget, hadeh. Aku jualan karena aku suka masak karena sering bolosku itu, tapi gak ada yang makan. Jadi ya aku jual aja hasil masakannya, itung-itung bisa nambah uang jajan tanpa harus ketemu sama orang tua buat minta uang. Aku kan juga bisa kenal lebih banyak temen di sini karena itu. Walaupun capek harus bangun pagi buat masak supaya bisa dijual pas waktu sarapan, dan begadang buat ngerjain tugas.
Bisa dibilang apa yang kulakukan saat ini adalah untuk bayar hutang waktu dulu males belajar.




"Tambah pinter kamu ya, biar gak muspro² itu bolosmu dulu. Haha."

"Haha. Gak lucu." Ungkapku sambil menirukan tertawanya.

"Aku tau itu niatmu bagus Gas, tapi mbok yo ingat kesehatan. Terlalu memaksa tubuh itu jangka panjangnya gak baik."

"Siap bos Andri, kalau aku sakit kan bisa lama-lama sama kamu." Nadaku sedikit menggoda seperti wanita dan lantas ia berlari ke dapur untuk menghindari godaanku.
Dia itu anti banget sama cowok yang gayanya kemayu gitu, bukan benci atau apa emang dia ada cerita tersendiri tentang itu.

Sumber gambar :by.google

Terimakasih telah membaca ceritanya.

Belajar bersama bisa dan bersama akan lebih mudah
ismilaila
rainydwi
lina.wh
lina.wh dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup