Sukabumi Toempo Doeloe







Siapa tak kenal maka ta sayang?
Siapa se yang tak tau tentang kota Sukabumi ini, ya walaupun hanya nama pasti pada kenalkan (dengar aja tidak apa-apa deh) 😁 Pelajaran IPS mestilah pernah membahasnya ada kota di propinsi Jawa Barat.



Sukabumi merupakan salah satu daerah atau wilayah yang terkecil berada di propinsi Jawabarat. Kota Sukabumi sendiri mempunyai motto yaitu REUGREUG, PAGEUH, REPEH, RAPIHyang artinya adalah TEGUH, KUKUH, DAMAI, RUKUN. Dari motto tersebut diharapkan masyarakat Sukabumi itu mempunyai prinsip hidup yang baik antar masyarakatnya. 



Masyarakat Sukabumi mempunyai makanan kesukaan atau makanan khas diantaranya nasi uduk ungu, mochi, dll. Nasi uduk yaitu nasi yang dimasak menggunakan santan dengan bermacam-macam lauk. Mochi adalah makanan yang terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk bulat, kemudian didalamnya terdapat isiannya adonan kacang.

Bahan – bahan kue mochi mudah untuk diidapatkan karena berbahan dasar tepung ketan dan berisi adonan kacang. Dikemas dalam keranjang bambu yang bertuliskan “swang sie” dalam bahasa mandarin yang mempunyai arti banyak kebahagiaan. Kue mochi ini berbentuk bulat yang bertabur tepung sagu rasanya manis kenyal. Kue mochi ada dua jenis yaitu kue mocha tanpa isi yang disebut “klonthong” dan kue mocha yang ada isinya adonan kacang.

Nah, saatnya untuk mengetahui Sukabumi pada jaman dahulu kita simak yukkk....

Sukabumi masa penjajahan

Sejarah Sukabumi



Sukabumi kabupaten dan kota berawal mula berdirinya karena adanya pembukaan lahan perkebunan kopi di wilayah Priangan barat di masa colonial VOC. Pada tahun 1709, Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer, Djogdjogan, pondok kopo dan Goenoeng Goeroeh dikarenakan besarnya permintaan kopi di Eropa. Kemudian pada tahun 1718  - 1725 daerah perkebunan mengalami perluasaan wilayah dan peningkatan di era pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrik Zwaardecroon. Berkembangnya perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang menjadi beberapa pemukiman kecil, salah satunya adalah kampong Tjikole.
 
Pada tahun 1776, Bupati Tjiandjoer Wiratanu VI membentuk kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu kabupaten Sukabumi saat ini. Kepatihan  Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Goenoeng parang, Tjimahi, Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampaang Koelon dan Djampang Tengah. Pusat kepatihannya berada di Tjikole karena dianggap memiliki lokasi yang saagt strategis untuk komunikasi antara Batavia dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibukota dari Karesidenan Priangan.

Pertama kali nama Sukabumi digunakan
Penulisan ejaan lama adalah SOEKABOEMI dan pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 oleh Andries Chirtoffel Johannes de Wilde (seorang ahli bedah dan administrator perkebuan kopi dan teh) yang berkebangsaan Belanda pada arsip Hindia Belanda. Dia adalah orang yang membuka lahan perkebunan di Kepatihan Tjikole. Dalam laporan survenya dia mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat menginapnya. Dia mengirim surat untuk temannya Nicolaus Engelhard dan meminta untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada Thomas Stamford Raffles (Gubernur Hindia Belanda) saat itu.

Ada dua pendapat tentang asal nama Sukabumi yang digunakan oleh De Wilde yaitu
1.      Sukabumi berasal dari dua kata Sunda yaitu Suka (senang) dan Bumen (menetap) yang berarti suatu kawasan yang disukai untuk menetap, dikarenakan iklim Sukabumi yang sejuk.
2.      Sukabumi dari bahasa Sansekerta yaitu suka (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan) dan Bhumi (bumi, tanah) sehingga mempunyai arti bumi yang disenangi atau disenangi.

Pada tahun 1823, De Wilde kemudian menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia Belanda.



Pada tahun 1882, dibangunnya jalur kereta dari Boeitenzorg ke Soekaboemi karena lokasi yang strategis antara Batavia dan Bandoeng serta hasil buminya (kina, teh, kopi) yang melimpah menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda.

Tahun  1901, Sukabumi menjadi tempat percetakan pertama di Indonesia yaitu surat kabar keturunan Thionghoa yangbernama “Li Po” yang menggunakanbahasa Melayu – Mandarin.

Tahun 1914, Sukabumi juga menjadi tempat untuk memperingati kemenangan kelompok “Geuzen” (leluhur bangsa Belanda) dalam merebut kota Brielle dari tangan Spanyol dalam perang delapan puluh tahun (terjadi tahun 1572).

Tahun 1926, tepatnya tanggal 1 Mei pemerintahan Sukabumi terbentuk dengan walikota pertama George Frsncois Rambonnet. Banyak pembangunan yang terjadi saat itu seperti pembangunan stasiun Sukabumi, masjid agung, gereja Pantekosta, gereja Katolik Santo Yoseph, gereja Bethel, HKBP Pasundan, PLTA Ubrug, gardu induk Lembursitu dan sekolah pembetukan perwira POLRI.

Sukabumi juga pernah dijadikan tempat pengasingan bagi beberapa tokoh asional seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan Tjipto Mangoenkoesoema. Pernah juga dijadikan tempat pertemuan diplomatik antara Ichizo Kobayashi (pemerintahan Jepang) dengan Hubertus Johannes Van Mook yang membahas tentang kerjasamadagang antara Jepang dan Hindia Belanda pada tahun 1940.

Pada tahun 1941, Sukabumi pernah jatuh ke tangan Jepang pada masa pertengahan Perang Dunia Kedua saat itu pernah menjadi tempat pertemuan Indonesia (Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir) dengan Jepang pembahasan mengenai nasib masa depan Hindia Belanda namun keduanya justrumenjadi tahanan kota. Sukabumi juga menjadi salah satu tempat penahanan tawanan perang dari Amerika Serikat dan Australia

Sekian dulu ya ulasan mengenai sejarah Sukabumi, semoga bermanfaat untuk dapat mengenal Sukabumi lebih dalam. 




sumber tulisan dan gambar : [url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Sukabumi]

#ummuza
#belajarbisabersamadanterimakasih