LovembersAvatar border
TS
Lovembers
THRILLER FICTION BY LOVEMBERS


TUAN, SAYA ADALAH SEORANG PEMBUNUH

"Tuan, saya adalah seorang pembunuh."

Dia gemetaran saat mengatakan itu. Dia duduk di kantor polisi kami, di seberang mejaku. Dia ada di sana untuk menyerahkan diri. Saya adalah penanggung jawab kantor polisi.

Dia adalah wanita cantik sekitar 22 atau 23 tahun, memiliki rambut panjang yang dirawat dengan sangat baik, mengenakan kemeja merah muda dan celana jeans biru tua, memakai kacamata hitam di matanya. Dia terlihat dari keluarga yang baik dan kaya.

"Siapa yang kamu bunuh?"

Yah saya bertanya kepadanya setelah mengambil jeda panjang karena kalimat pertamanya tidak benar-benar diharapkan atau jika saya berbicara terus terang, saya terhanyut dalam kecantikannya.

"Saya telah membunuh 3 orang."

Saya sangat terkejut mendengarnya. Seorang gadis, sangat cantik, dapat membunuh 3 orang dan juga mengakuinya di depan polisi. Semuanya agak tidak biasa bagi saya.

"Saya telah membunuh tukang kebun, supirku dan ........" Dia berhenti sebentar dan mulai terisak. "Dan ibuku." Dia mulai menangis keras. Saya memberinya air dan dia mulai minum dari gelas itu.

Ketika dia berusaha mengendalikan emosinya, dia terus berbicara. "Tolong saya mohon padamu, tolong tangkap saya kalau tidak saya akan membunuh orang lain juga."

"Mengapa kamu membunuh mereka dan mengapa kamu membunuh orang lain? Mbak ………. Siapa namamu?"

"Shita." Dia masih terisak.

"Shita, mengapa kamu membunuh mereka?"

"Aku tidak tahu. Itu terjadi begitu saja. "

"Shita, saya tidak mengerti. Dan saya tidak dapat menangkapmu tanpa aduan dan tanpa melihat jasad kamu bicarakan. " Dia terlihat sangat tegang. Jadi saya melanjutkan, "Shita, di mana mayatnya?"

"Aku menggubur mereka di kebunku." Dia tidak terlihat seperti berbohong tetapi apa yang dia katakan tidak bisa dipercaya.

Saya memutuskan untuk pergi ke rumahnya. Saya juga membawa dua anggota polisi. Ketika kami sampai di rumahnya, dia membawa kami ke kebunnya dan memberi tahu kami tempat-tempat di mana mayat tukang kebun dan sopir digali. Saya memerintahkan polisi untuk mengeluarkan mayat-mayat itu.

"Di mana tubuh ibumu?" Saya bertanya pada Shilta.

"Di dalam rumah."

Saya mulai mengikuti Shita. Dia membawa saya ke dalam rumah dan kemudian berhenti di depan sebuah ruangan gelap.

"Di dalam. Ibuku sedang berbaring di dalam. " Dia mulai menangis lagi.

Perlahan aku mulai bergerak ke dalam ruangan. Ruangan itu begitu gelap sehingga sulit untuk melihat apa pun. Saya membawa satu senter lalu menyalakannya. Saya mencari di seluruh ruangan tetapi ruangan itu kosong. Kemudian saya melihat satu ruangan yang tertutup.

Saya membuka kamar itu. Dan kaget melihat ada tiga mayat tergeletak di dalam ruangan. Dua pria mungkin adalah tukang kebun dan pengemudi Shita dan seorang wanita tua mungkin adalah ibunya. Saya bertanya-tanya mengapa Shita mengatakan menguburnya di kebun.

"Ahhhhhh ………" Seseorang menikamku dari belakang. Aku berbalik. Saya kaget melihat Shita berdiri dengan pisau di tangan kanannya berlumuran darahku.

"Mengapa?" Saya bertanya dengan suara bergetar.

Dia mendekati saya dan menusuk perut saya dan berkata, "Karena, itu menyenangkan."

Saya jatuh di tanah dan dia mengambil pistol saya dan bergegas keluar. Saya mendengar dua tembakan. Dia membunuh anggota polisi saya juga.

Yang terakhir saya lihat, Shita berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya dan bersenandung pelan ………….

__TAMAT__

Diubah oleh Lovembers 29-07-2020 09:18
bukhorigan
noorman.arta.w
mr..dr
mr..dr dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.6K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
LovembersAvatar border
TS
Lovembers
#14
KOPI PAGI (Flash Fiction)


Aroma seduhan kopi ini sungguh nikmat. Kandungan kafeinnya mampu melonggarkan penat setelah seharian bekerja. Kutatap wajah cantik istriku, lalu tersenyum. Dia melirik manja, lalu berlalu ke dapur.

Senja dan hujan. Kombinasi yang sempurna untuk menyuguhkan secangkir kopi buat suamiku. Kusuguhkan selagi aromanya masih mengepul. Dia tersenyum. Aku segera kembali ke dapur, menyiapkan pisang goreng.

Kuhirup lagi aroma kopi Aceh kesukaanku. Tak sabar kukecup bibir cangkir dan merasakan nikmatnya kopi ini. Seteguk. Dua teguk.

TUUUTT…
Ponselku berbunyi. Kuletakkan spatula, lalu kuangkat ponselku.

“Ya?”
“Bagaimana? Beres?”
“Sebentar lagi.. Tunggu 5 menit”

Tubuhku roboh. Ruangan berubah gelap. Tenggorokanku serasa terbakar. Mulut mulai berbusa. Samar kulihat istriku menatapku. Tenang. Senyum manisnya menyeringai puas.

-TAMAT-

image soure
0