i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Warga Bogor Menjerit Tagihan Air Membengkak di Masa Covid-19


Warga Bogor Menjerit Tagihan Air Membengkak di Masa Covid-19

Liputan6.com, Jakarta Ratusan pelanggan mendatangi kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor, Senin (20/7/2020). Kedatangan mereka untuk mempertanyakan nilai tagihan air yang melonjak drastis dari pembayaran bulan-bulan sebelumnya. Sementara pemakaian air normal dan tidak berlebihan.

Seorang warga Bantarjati, Susanti mengaku jika bulan sebelumnya hanya membayar tagihan air sebesar Rp 430 ribu, bulan ini harus membayar tagihan Rp 1,1 juta.


"Rp 430 ribu itu juga sudah paling mahal, malah biasanya bayar tagihan cuma Rp 300 ribuan," ujar Susanti ditemui di Kantor PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

Hal yang sama juga dirasakan oleh warga lain, Kartono menuturkan jika pemakaian maksimal milik majikannya dikisaran Rp 300 ribu, kini menjadi Rp 1 juta lebih.

"Tagihan membengkak, padahal sejak Covid-19 pemakaian minim sekali, malah banyak tutupnya. Dan sudah dicek ga ada kebocoran," kata dia.

Nasib serupa juga dialami seorang warga Rancamaya, ia sangat kaget begitu mengetahui tagihan air melonjak drastis. Dari biasanya hanya Rp 90 ribu, ia harus membayar tagihan Rp 3 juta.

"Tiap bulan biasanya hanya bayar abonemen saja Rp 90 ribu karena rumah saya kosong, ga pernah ditempati," ujar seorang ibu.

Namun begitu, ada pula pelanggan yang pasrah dan memilih membayar meskipun kenaikan tagihan air sangat tidak wajar.

"Katanya tetep suruh bayar, tapi boleh dicicil. Tadi ngobrol sama petugas, ada beberapa kemungkinan tagihan air naik. Salah satunya ada kebocoran. Masa iya, kebocoran bisa serentak," ucap Agus warga lainnya.

Pantauan Liputan6.com Senin pagi hingga siang, ratusan pelanggan terus berdatangan ke Kantor PDAM disaat hari terakhir jatuh tempo pembayaran tagihan air bulan Juni. Kedatangan mereka untuk mempertanyakan dan meminta penjelasan terkait membengkaknya tagihan air.

Mereka kemudian diarahkan untuk mengisi daftar di pos untuk mendapatkan jadwal pertemuan di hari berikutnya.

Raut wajah mereka tampak seperti kebingungan, tak sedikit pula yang kesal. Sebab, di tengah ekonomi mereka sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19, kini warga dibebani dengan harus membayar tagihan air berlipat ganda.

Sementara antrean pelanggan tampak mengular mulai dari pintu masuk loket pembayaran hingga area parkir. Mereka adalah para pelanggan yang sudah terdaftar dari hari sebelumnya untuk melaporkan ke bagian pelayanan terkait kenaikan tagihan air.

Tanggapan PDAM Tirta Pakuan
Menyikapi adanya keluhan dari pelanggan, pihak PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor membenarkan banyak pelanggan yang datang ke Kantor PDAM untuk mempertanyakan nilai tagihan air yang melonjak drastis dari pembayaran bulan-bulan sebelumnya.

Manager Humas & Pelayanan Pelanggan Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Sony Hendarwan menyebutkan, terhitung mulai 1 Juli hingga 20 Juli 2020, setiap hari rata-rata ada 200 pelanggan mengajukan komplain.

Ia menjelaskan, selama Covid-19 pihaknya menerapkan sistem kerja work from home (WFH) atau kerja dari rumah, termasuk petugas hitung meter. Oleh sebab itu, perhitungan meter pelanggan dilakukan dengan metode estimasi penggunaan 6 bulan dan dirata-ratakan menjadi tagihan bulan berjalan.

"Selama WFH tidak ada petugas ke lapangan, jadi dikenakan tarif rata-rata," ujar Sony.

Menurutnya, ada beberapa kemungkinan sehingga tagihan air membengkak, di antaranya disebabkan adanya kebocoran saluran air di dalam rumah atau terjadinya pemakaian air berlebih selama WFH.

"Kasusnya pasti sama. April dan Mei itu WFH, semua kumpul di rumah, otomatis yang biasa pakai 20 kubik naik jadi 25 kubik. Jadi tidak ada refund," terangnya.

Namun begitu, bagi pelanggan yang terdampak diminta untuk melaporkan dan nantinya akan segera ditindaklanjuti. Petugas nantinya akan mendatangi rumah pelanggan lalu mengecek ada atau tidaknya kebocoran instalasi air di dalam rumah, kemudian mengecek tera meter.

"Kalau tera meter masih bagus dan tidak ada kebocoran, tapi pemakaian besar, pelanggan tetap harus bayar tagihan sebesar itu. Pembayaran bisa dicicil selama 5 bulan dan untuk tagihan bulan ini kita tidak kenakan denda sampai dengan tanggal 30 Juli," terangnya.
Sumner

*******
Habis PLN, kini PDAM. Setelah PDAM, entah apa lagi. Mungkin kalau pemakaian gas sudah mengikuti jaringan air, pasti akan ada lonjakan tagihan yang tidak masuk akal juga dengan A
alasan WFH.

Entah logika macam apa yang dipakai oleh perusahaan daerah ini. Kalau memang terjadi kebocoran di jaringan rumah, Tak mungkin seratusan pengguna air PAM mengalami kebocoran massal.

Andai alasan PDAM karena menggunakan skema 6 bulan terakhir, tak mungkin juga tagihan bisa melonjak demikian besar. Matematika apa yang dipakai oleh PDAM ini. Hitung saja, jika tagihan 6 bulan terakhir antara 250 Ribu hingga 350 Ribu, lalu dijumlahkan, lantas dibagi 6 sebagai acuan besaran tagihan, ya gan mungkin didapat jumlah hingga 1 juta! Koplak!

Ini pemerasan dan pembodohan! Mereka yang tidak mengirim petugasnya, justru masyarakat yang terkena dampaknya. Padahal gaji para petugasnya tetap dibayar, tapi mereka tidak bekerja dengan alasan covid-19.

Sepertinya hal ini disengaja, seperti mencari keuntungan ditengah penderitaan masyarakat. Dan mereka bisa semena-mena karena tak adanya gugatan class action dari masyarakat.

Yang lucu, mereka cuma mengatakan :

"Kalau tera meter masih bagus dan tidak ada kebocoran, tapi pemakaian besar, pelanggan tetap harus bayar tagihan sebesar itu. Pembayaran bisa dicicil selama 5 bulan dan untuk tagihan bulan ini kita tidak kenakan denda sampai dengan tanggal 30 Juli," terangnya.

Mereka sama sekali tidak mengatakan, bagaimana jika tidak ditemukan sama sekali kebocoran? Apa skemanya sama seperti skema PLN? Kelebihan tagihan akan dibayarkan untuk tagihan bulan berikutnya? Berapa ratus juta uang masyarakat yang terkumpul itu? Berapa bunga yang didapat dari bank?

Nampaknya dengan adanya wabah Corona ini, semua borok perusahaan plat merah terkuak. Kecurangan-kecurangan, praktek tipu-tipu, yang selama ini mungkin mereka jalankan, justru tanpa malu-malu mereka pertontonkan dengan nyata.

Mungkin menurut PDAM, selama WFH, anggota keluarga jadi suka mandi 5x sehari. Ke WC 10x sehari. Atau seperti yang Nycta Gina bilang, masyarakat mungkin sedang membuat Water Boom.

Habis Bogor, wilayah mana yang akan dikadalin oleh PDAM lain?
agh05t
doobey
Daniswara92
Daniswara92 dan 34 lainnya memberi reputasi
35
8.5K
211
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
denbagsAvatar border
denbags
#3
Disini pelanggan kaya ga dianggep ya om..
entop
lupis.manis.
atmajazone
atmajazone dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup