- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
Penarikan Benda Gaib di Makam Gunung Ratu
TS
cherlevi
Penarikan Benda Gaib di Makam Gunung Ratu
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Karena kecakapan dan kepandaiannya, dan didukung oleh pengaruh ayah angkatnya, maka cita-cita Joko Modo menjadi prajurit Majapahit tercapai. Bahkan dia diterima menjadi anggota pasukan Bhayangkara, pasukan elit pengawal raja. Hingga karirnya terus menanjak, dan mengalami puncak prestasinya sebagai Mahapatih terbesar di kerajaan Majapahit.
Wassalam
Dipercaya disinilah ibunda Mahapatih Gajah Mada dimakamkan. Diyakini sebagai makam ibu dari seorang tokoh besar, para peziarah pun banyak yang minta dimudahkan mendapat pangkat dan jabatan.
Orang-orang mengenal makam diatas bukit itu sebagai Makam Gunung Ratu. Konon disitulah, Dewi Andongsari dikuburkan, wanita yang menurut kepercayaan masyarakat setempat sebagai ibunda Mahapatih Gajah Mada. Karena kepercayaan ini pula mungkin yang menjadikan Makam Gunung Ratu sekarang termasuk dalam pengawasan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan.
Berada di wilayah Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang, Makam Gunung Ratu berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Lamongan atau sekitar 35 kilometer dari Trowulan, Mojokerto. Dari jalan utama yang menghubungkan Babat, Lamongan, dengan Jombang, Makam Gunung Ratu terletak sekitar 2 kilometer, masuk ke arah kiri lewat Makoramil Ngimbang.
Berada di dalam kesunyian hutan jati, untuk mencapai makam tersebut harus menaiki ratusan anak tangga. Hawa sejuk oleh rimbunnya pepohonan langsung menyapa begitu anak tangga terakhir selesai dipijak. Uniknya, batang pohon-pohon besar itu bersarung lilitan kain merah putih bendera kebangsaan kita. Hal yang sama juga terjadi pada sebuah bangunan mirip pendopo beratap joglo. Di depan pendopo ini, terdapat sebuah cungkup kecil dengan dua makam di dalamnya.
Ternyata itu adalah makam pengawal Eyang Ratu Andongsari, garangan pethak dan kucing condromowo. Makam Dewi Andongsari sendiri berada di dalam sebuah bangunan yang lumayan besar dan tertata bersih. Nisannya yang juga besar, berbentuk lonjong dan terbuat dari batu marmer, diselubungi dengan kain batik. Di salah satu ujungnya tertulis "Pesarean Eyang Ratu Dewi Andongsari Ibunda Mahapatih Gajah Mada". Tiga buah payung songsong buwono, yang bentuknya mirip payung Bali, mengayomi makam tersebut.
Hampir setiap hari Makam Dewi Andongsari tidak pernah luput dari peziarah. Mereka datang dengan berbagai tujuan, mulai minta ketenangan batin, sukses rejeki, hingga karir. Tapi kebanyakan, permintaannya dimudahkan mendapat pangkat dan jabatan. Mungkin karena melihat yang dimakamkan disini adalah ibu dari seorang tokoh besar. Kesuksesan anak tidak luput dari doa ibundanya.
Setelah saya berziarah, pada malam harinya saya melakukan Penarikan benda gaib di sekitar makam Dewi Andongsari. Penarikan benda gaib yang saya lakukan di Makam Dewi Andongsari mendapatkan pusaka yang istimewa. Sebuah keris nogo sosro berlapis emas berkhodam Naga Sosro Level 10 dan beberapa koin jaman VOC berkhodam nonik belanda.
Menurut cerita, kisahnya bermula pada akhir abad ke XIII, di masa awal berdirinya kerajaan Majapahit. Saat itu, sekelompok kecil prajurit datang di Desa Cancing. Mereka mengiringkan Dewi Andongsari, selir Raden Wijaya, yang sedang mengandung. Konon, prajurit-prajurit itu mendapat tugas untuk menyingkirkan sang garwa ampeyan. Namun karena alasan tertentu, mereka hanya menyembunyikannya di desa yang terletak di tengah-tengah hutan itu.
Dewi Andongsari tidak lama tinggal di desa itu, karena saat bayi yang dilahirkannya masih sangat kecil, dia meninggal dunia. Bayi laki-laki itu kemudian dirawat oleh Ki Gede Sidowayah, kepala desa yang juga memiliki keahlian membuat senjata pusaka. Dewi Andongsari sendiri dimakamkan di sebuah bukit yang sekarang dikenal sebagai Gunung Ratu.
Karena merasa tidak mampu mengasuhnya dengan baik, Ki Gede menyerahkan si jabang bayi kepada adik perempuannya, Nyi Wura Wuri, di Desa Modo. Bayi yang tumbuh sehat dan cerdas itu kemudian dipanggil dengan nama Joko Modo atau pemuda dari Desa Modo. Karena sering melihat tentara Majapahit lewat dekat desanya, Joko Modo pun bercita-cita ingin menjadi prajurit juga.
Setelah cukup umur, Joko Modo diajak oleh Ki Gede Sidowayah ke Songgoriti, wilayah Malang sekarang. Kebetulan, Ki Gede mendapat hadiah tanah perdikan disini, karena jasa-jasanya terhadap Majapahit dalam membuat senjata. Joko Modo diajak dengan pertimbangan agar jiwa, sikap, serta cara berpikirnya yang cerdas dan cakap bisa berkembang lebih baik.
Karena kecakapan dan kepandaiannya, dan didukung oleh pengaruh ayah angkatnya, maka cita-cita Joko Modo menjadi prajurit Majapahit tercapai. Bahkan dia diterima menjadi anggota pasukan Bhayangkara, pasukan elit pengawal raja. Hingga karirnya terus menanjak, dan mengalami puncak prestasinya sebagai Mahapatih terbesar di kerajaan Majapahit.
Wassalam
ryansr15 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.4K
13
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
aphasiacid
#6
Joss mbah
Sejak lama tertarik dengan kisah majapahit.
Nganu mbah e, kalo boleh tahu bagaimanakah gambaran fisik patih gajah mada?
Secara, aku ragu kalo patung2 yg di dirikan berpostur seperti sang mahapatih
Sejak lama tertarik dengan kisah majapahit.
Nganu mbah e, kalo boleh tahu bagaimanakah gambaran fisik patih gajah mada?
Secara, aku ragu kalo patung2 yg di dirikan berpostur seperti sang mahapatih
0
Tutup