prabuanomAvatar border
TS
prabuanom
-TOPENG KAJU-
minta ijin ya mood, dan para senior sekalian.....

sekali kali pengen bikin blog juga emoticon-Big Grin

kalo ada kesalahan mohon dimaafkan maklum nubie

topeng kayu,

Spoiler for gambare jipik dek google:


bentuk rupa bisa disembunyikan dalam topeng yang indah
berukir dan juga halus tergarap
bisa juga di balut dalam bentuk yang menyeramkan
dari tengkorak binatang dan manusia
tapi sesungguhnya, yang ada hanyalah cermin semata
untuk menunjukan telaga jiwa



Spoiler for pamor (motif) dikeris mengandung makna doa yg dipanjatkan empunya:


Jadiin index terbaru disini:
Karena list index lama dah ga cukup:

Halaman 189
2020 post
menghidupkan arjuna dengan darah
sesi reiki pagi hari
merenungi post 2015
hilangnya mbok jamu dan mbok sate dr postingan 2015
pasca pilkada 2015
dagangan yang gagal
merasakan langsung energi besar

Halaman 190
tik tok tidak aman secara emosional
langsung balas ga usah ditahan
topeng kaju 2020
desperate life on desolate land, mimpi sore hari
why not me?
belanja juga ke kerfur (stelah 3 bln corona)
logika supranaturalis
desolate land, kenangan secuplik
2020 ada apa denganmu?
mari menulis keberhasilan
temulawak sangat membantu dalam masa pagebluk ini
Diubah oleh prabuanom 12-07-2020 07:11
someshitness
someshitness memberi reputasi
1
110.9K
3.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
prabuanomAvatar border
TS
prabuanom
#3786
Terusan tulisan "nanggung" 2015

Why not me?

Nanggung sekali cara yg saya dapatkan pada tahun itu. Yaitu saya kudu bikin web. Dimana nanti webnya bayar pake kartu kredit. Masalahnya? Dimana saya dpt kartu kredit? Dimana saya belajar membuat web. Sedangkan dibuatkan saja saya sama sekali ga ngerti tahapan yg dijelaskan. Satu lagi, iklan ke google juga kudu bayar kartu kredit. Pusing saya, ahirnya saya cuma bisa melihat saja bagaimana cara ini konon menghasilkan ratusan juta rupiah di keluarga jakarta. Sementara saya ga bisa mempelajarinya. Nanggung banget.

Ketika saya ke jakarta tahun selanjutnya, sekarang sudah berubah caranya. Yaitu molai bikin cara iklan liwat facebook. Diajarkan caranya, dikasi file dvdnya. Saya bengong saja. Sempet saya bikin, tapi terkena kendala lagi. Kendalanya, saya ga ada dana untuk ngiklan. Sedangkan disana dibutuhkan paling tidak 150-300 untuk iklan secara efisien setiap minggunya. Saya nyoba dua kali hanya menghasilkan like ratusan sampai ribuan. Like doang tidak ada yang orderan yg closing. Saya dah ga mampu membayar untuk iklan yg ketiga kalinya. Ahirnya balik lagi, nanggung saya ga bisa belajar lagi. Cuma bisa melihat keluarga dijakarta konon menghasilkan ratusan juta rupiah dengan cara ini. Ohya waktu itu fb belum ada aplikasi marketshare itu ya.

Kali berikutnya saya kejakarta, yg juga kali terahir. Kembali nanggung karena kini pada belajar forex dan saham. Saya ga pahamlah soal ini. Tapi katanya bisa menghasilkan 50 ribu-100 ribu sehari. Bahkan salah satu kakak saya pernah ke kampung halaman selama 4 hari untuk belajar forex saham ini. Bayangkan, gurunya ada dikampung cuma jarah bbrp km. Tp saya sama sekali ga paham dan ga ngerti. Sama sekali ga ngerti. Dan sekali lagi saya cuma bisa melihat saja yg konon bisa menghasilkan uang entah berapa cukup dengan ngadep komputer atau aplikasi hape.

Saya sangat heran sekali, kenapa semua serba nanggung sih? Kenapa semua serba ditunjukan didepan mata tapi saya sendiri tidak bisa meraihnya. Ada banyak hal seperti ini dan saya terkadang bingung. Entahlah, kalo ada yg bilang mestinya kamu ambil saja utangan dan pertaruhkan semua uangmu untuk cara2 itu, well saya bukan risk taker. Uang saya terbatas hanya untuk makan setiap bulannya. Kalo saya pake untuk hal itu, siapa akan menjamin saya masih bisa beli makan bulan ini?. Belum lagi saya masih waspada terhadap buyer diluar lingkaran konsumen tetap saya. Transaksi online tetap mengandung resiko tidak dibayar jika tidak hati2.

Saya jd inget katanya semua itu kalo di psikologi dan teori hypnotis merupakan bawaan dr keadaan masa kecil. Masa kecil saya dulu memang tidak jelas, dipisahkan dan ditaruh sendiri dikampung halaman. Ketika keluarga sedang naik daun dan kaya raya, saya menjalani hidup sangat sederhana dikampung halaman. Saya ingat kalo ke bandung dan jakarta dulu, maka sodara2 saya selaku diantar bapak naik mobil kesekolahan. Suatu yg ga mungkin saya dapatkan fasilitas itu dikampung.

Apa karena kenangan itukah? Sampai sekarang seolah gen kami berbeda walo sempat ngumpul bersama selama 12 thn dijakarta. Gen saya tetap gen kampung dan lekat dengan kemlaratan. Sementara gen sodara selalu nampak seperti umumnya gen orang kota, optimis, banyak dibantu oleh kemajuan, dan juga dekat dengan uang.

Dan ini nyata, kami sama sama jualan tapi bedanya bagai bumi dan langit. Saya selalu mencoba merenungi hal ini. Kenapa bisa ada kasus seperti ini. Saya selalu mempertanyakan kenapa selalu nanggung apa yg saya dapatkan.

Dan kenapa bukan saya yg dapatkan kemudahan itu?

Why not me?
0