Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

CommunityManagerAvatar border
TS
CommunityManager
Karna Pandemi Ga Bisa Janjalan, Biar Ngobati Rindu Ikutan Cerita Foto Liburan Yukkk!



Pengumuman Pemenang dapat dilihat disini https://kask.us/iGwdv

Hay  agan dan sista yang rencana jalan-jalannya tertunda karena pandemi? Apa kabar, belum panik kan walau belum piknik???


Karena memasuki era new normal, pasti banyak yang waspada kalo keluar rumahkan, apalagi mau liburan, Forum Travellers KASKUS ingin mengajak kaskuser para travellers yang udah rindu mau jalan tapi harus bersabar karna pandemi untuk ikutan Community Challenge Travellers KASKUS dengan tema :

"Cerita Foto Liburan Ganssis!" 





1. Dilarang junk, flaming, spam, personal insult, dan segala perbuatan tidak menyenangkan lainnya.

2. Kompetisi terbuka untuk umum (kaskuser laki-laki maupun wanita)

3. Peserta boleh mengikutsertakan lebih dari 1 (satu) 

4. DILARANG KERAS mengupload foto SARA, Porno, Disturbing Picture, dan harus mengikuti rules yang ada di KASKUS.

5. Keputusan dewan juri mutlak, sah & tidak dapat diganggu gugat.


6. Peraturan tambahan akan di lakukan update sewaktu - waktu.





1. Agan & Sista silahkan melihat gallery dan mencari foto liburan yang memiliki cerita istimewa buat gansis . Fotonya hatus original punya sendiri ya dan WAJIB melampirkan watermark ID Kaskus yang bisa ditulis di kertas.

2. Postingan Foto/ video tersebut di reply thread ini

3. Agan/ sista boleh posting foto lebih dari satu, tetapi yang kita nilai adalah salah satu yang terbaik.

4. Foto yang di upload harus original ya.

5. DILARANG KERASmengupload foto SARA, Porno, Disturbing Picture, dan harus mengikuti rules yang ada di KASKUS.

6. Pemilihan pemenang berdasarkan foto yang kreativitas yang sesuai dengan tema.

7. Pengumuman pemenang akan diumumkan 3 hari setelah challenge berakhir.

8. Keputusan penetapan pemenang adalah hak penuh judges


Posting Foto:

16 - 28 Juni 2020 pukul 23.59 WIB.

(Posting foto/video diluar periode lomba akan dinyatakan gugur!)


Penjurian :

29 Juni 2020



Pengumuman Pemenang :

1 Juli 2020 











Pemenang 1 mendapatkan saldo Gopay Rp.200.000,- 

Pemenang 2 mendapatkan saldo Gopay  Rp.150.000,-

Pemenang 3 mendapatkan saldo Gopay Rp.100.000,-

1 Foto Favorite mendapatkan pulsa @  Rp. 50.000,- 


Dan peserta yang memposting sesuai dengan tema akan mendapatkan Badge 




Diubah oleh CommunityManager 01-07-2020 15:54
online.addict
han766
Ilsaputra
Ilsaputra dan 71 lainnya memberi reputasi
70
13.6K
1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
wahyuargianAvatar border
wahyuargian
#378

Ts menggunakan topi hitam celana pendek

Foto ini diambil sebelum melakukan pendakian Gunung Slamet melalui Guci. Pada awal nya semua berjalan lancar-lancar saja seperti cerita pendakian lain pada umumnya. Namun setelah berjalan hingga melalui perkebunan warga serta tiba pada pos pertama. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut denhan logistik yang telah kita bawa sebelumnya.

Permasalahan pertama muncul disini, beras yang tadinya sudah disiapkan ternyata tidak terbawa. Karena kelalaian bersama dan akibat meng-entar-entarkan memasukannya kedalam tas. Pada awalnya sempat lemas karena masalah ini cukup besar tapi semua itu hanyut terbawa suasana berganti dengan canda dan tawa. Mengingat durasi waktu yang telah ditentukan oleh basecamp serta mobil pickup yang akan menjemput esok hari dan jauh nya jarak dari pos pertama kepemukiman warga membuat semua itu tidak mungkin untuk membeli beras terlebih dahulu.



Perjalanan pun dilanjutkan, semuanya masih sama pada cerita pendakian umumnya. Hingga tiba saat matahari malu menunjukkan sinarnya dan suhu yang semakin dingin disetiap langkahnya serta fisik para wanita yang sudah mencapai batasnya.

Membuat kami satu rombongan memutuskan untuk mendirikan tenda ditempat yang sesuai yaitu pada pertengahan pos ketiga menuju keempat. Pada awalnya kami menginginkan untuk mendirikan tenda di pos 5 karena ada himbauan untuk tidak mendirikan tenda di pos 4 dari basecamp.

Semua tenda sudah didirikan, masak mekasak sudah dilakukan mulai dari memasak Mie Instan hingga Jelly dsn minuman yang sangat manis untuk mengisi tenaga. Kami masih sempar bercanda dan tertawa semua juga normal normal saja. Semakin malam suasana semakin berubah menjadi lebih sunyi, suara senda gurau dan canda tawa kini terganti dengan suara hutan. Sinar headlamp yang tadinya menerangi kini berganti dengan cahaya rembulan. Dinginnya suhu terhangatkan oleh kantung tidur. Tak lama setelah semua masuk tenda masing masing keanehan mulai terjadi, Suasana terasa ramai bukan hanya karena suara hutan tapi terasa banyak orang disekitar tenda.

Seperti terasa sedang mendirikan tenda didekat pemukiman karena terasa ada yang terus lalu lalang padahal hanya rombongan kami saja yang mendaki melalui jalur tersebut. Semuanya pun merasakan hal yang sama tapi lebih memilih diam dan memendam rasa takutnya masing-masing hingga terlelap karena masih harus menyiapkan tenaga untuk pendakian di keesokan hari.

Hampir semuanya terlelap tiba-tiba salah satu teman didalam tenda secara tidak sengaja menumpahkan sebotol air yang membuat bangun walau hanya setengah sadar. Kejadian tersebut masih dianggap sepele pada saat itu.

Malam yang dingin berganti ke pagi yang hangat. Angin berhembus secara semilir yang membuat daun serta ilalang saling bergesakan seakan menyanyakin lagu alam.

Sebelum melakukan perjalanan kami pun berdiskusi apakah mau melanjutkan atau tidak mengingat fisik para wanita yang sudah mulai menurun. Namun kebanyakan memutuskan untuk melanjutkan bahkan wanita yang dikhawatirkan pun ingin tetap melanjutkan.

Seiring waktu perjalanan pun tidak terasa yang pada akhirnya kami meletakan barang bawaan kami di antara pos 4 dan 5 sehingga mempermudah perjalanan untuk naik dan ketika turun tidak perlu membawa barang terlalu banyak.


Pada akhirnya kami sampai pada batas akhir vegetasi Gunung Slamet. Puncak Gunung Slamet sudah sangat terlihat jelas namun disitu saya sadar bahwa puncak bukan segalanya, mengingat persediaan air yang semakin menipis tapi kebutuhan tinggi. Jadi saya memutuskan untuk hanya naik sedikit saja agar bisa berada seakan-akan di puncaknya.



Pemandangan nya pun sangat indah walau tidak dipuncak. Membuat hati tenang dan nyaman seakan ingin menetap dan tetap tinggal. Pemikiran dan pendapat saya pun untuk tidak memuncak diikuti oleh yang lain. Hanya ada 3 orang saja yang benar benar sampai dipuncak Gunung Slamet.

Semakin siang matahari semakin menunjukan kegagahannya namun angin tak mau kalah saing sehingga suasananya dingin angin namun hangat matahari. Hal tersebut membuat kami memutuskan untuk turun agar tidak terlalu berlama-lama dipuncak serta waktu yang semakin siang.

Setelah sampai pada tempat peletakan barang kami mulai memasak apa yang bisa dimasak serta meminum apa yang bisa diminum mulai dari tolak angin hingga minyak goreng. Kami pun berdiskusi dan memutuskan bahwa saya dan 2 orang teman saya untuk menjadi seorang runner agar dapat mengambil air lebih dulu untuk diantarkan kemudian ke teman yang di belakang nanti.

Naik membutuhkan waktu hampir 12 jam namun pada saat itu kami ber 3 turun dengan 3-4 jam saja dengan waktu istirahat 5-15 menit. Disetiap pos yang kami jumpai selalu berharap menemukan sebotol air cadangan namun tidak ditemukan sama sekali bahkan terdapat botol yang masih terisi kopi namun dibuang kami bertiga tetap menenggak nya tanpa pikir panjang. Setidaknya dapat menghilangkan dahaga sedikit.

Sesampainya di perkebunan warga untuk mengambil air kedua teman saya pun kembali naik keatas membawa persediaan air dan saya menunggui barang bawaan mereka sendirian hingga larut malam. Akibat sudah lelah bukan kepayang, sendirian diperkebunan warga tanpa penerangan dan ditemani suara hutan sudah tidak perduli mau ada setan apapun yang datang setidaknya saya tidakan beranjak dari tempat saya saat itu.

Sampai suatu ketika datang seorang ojek gunung yang menanyai saya soal pendaki lain yang melalui jalur Guci juga namun belum kembali. Padahal selama perjalanan mendaki kami tidak bertemu 1 orang pun pendaki lain. Sempat ditawari untuk bareng turun kebawah oleh ojek tersebut namun saya teringat akan biaya yang nanti akan dibebankan serta kekhawatiran teman teman ketika saya tidak ada pada posisi tersebut. Akhirnya saya menolak namun menceritakan tentang temen teman saya yang ada dibelakang mungkin mereka mau.

Ojek gunung tersebutpun lanjut naik keatas hingga bertemu teman-teman saya. Tak lama ada sekitar 3 ojek gunung yang lewat, ternyata ke 3 ojek tersebut dihubungi oleh ojek gunung yang saya jumpai tadi untuk membantu dia mengangkut teman teman serta tas bawaan kelompok kami.

Sekitar 4 orang yang dirasa sudah tidak mampu berjalan lagi menaiki ojek gunung tersebut dan sisanya berjalan kaki tanpa membawa bawaan. Kami pun berjalan bersama dari kebun warga hingga ke basecamp, dalam perjalanan suasana terasa tidak nyaman entah ada apa semuanya terdiam tanpa ada senda gurau. Hingga tiba di basecamp barulah semuanya terungkap.

Selama perjalanan menggunakan ojek gunung ternyata salah satu ojek gunung dan teman saya secara tidak sengaja melihat pocong yang sedang mengintip dari balik pepohanan (Ada satu tempat dimana jalur tersebut seperti pintu masuk goa akibat pertumbuhan pohon yang bengkok dan rindang serta tempat tersebut terasa lembab).

Kemudian rombongan saya yang bertemu di perkebunan warga dengan sunyi tanpa senda gurau secara tidak sengaja semuanya melihat segumpal darah ayam cemani ditengah jalur yang tadinya dilalui oleh ojek gunung (Seharus darahnya sudah kemana mana karena dilalui oleh 4 motor sebelumnya) dengan beberapa kemenyan disampingnya serta bulu-bulu ayam cemani. Tempat mereka melihat kalau tidak salah persis di tempat teman dan ojek gunung melihat pocong. Tidak hanya itu, malam dimana kita merasa mendirikan tenda ditempat keramaian ternyata dirasakan oleh semuanya tidak hanya tenda saya.

Kami pun baru sadar ketika turun Gunung malam itu adalah malam Jumat.

Saya memilih cerita ini karena memang pertama kali nya dalam sejarah hidup saya mendaki gunung merasakan hal mistis yang amat kental. Serta hal sepele yang kemudian menjadi masalah besar. Itu menjadi pembelajaran untuk saya pribadi serta perlunya kesadaran diri akan kemampuan mengontrol diri. Ketika kumpul sekalipun bersama mereka cerita ini akan tetap seru meski diceritakan berulang kali.
0
Tutup