- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[FIKSI] MEMPERTAHANKAN SATU NAMA
TS
hasanudin39
[FIKSI] MEMPERTAHANKAN SATU NAMA
Perkenalkan. Namaku Benyamin. Dilahirkan mamah berdarah sunda, dan ayah kelahiran Jakarta. Tinggi badanku lumayan, mempunyai muka pas-pasan. Kerja sebagai perangkai kata yang punya penghasilan cukup lumayan.
Aku lulusan sekolah teknik menengah yang berada di Jakarta. Lulus dengan hasil memuaskan. Sebenarnya, aku pilih sekolah teknik itu karena banyak teman-temanku yang milihnya juga. Padahal, kemauanku adalah menjadi penulis atau pengacara. Tapi tak apa, semua sudah terlewat. Tidak ada yang pantas disesalkan. Kita hanya perlu mengubahnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Aku mempunyai dua sahabat yang bisa dianggap paling dekat. Shania. Adalah sahabatku yang berjenis kelamin perempuan. Dari namanya juga sudah jelas menggambarkan jiwa apa yang ada didalam dirinya. Hasan. Sahabatku yang mempunyai muka lumayan, hobi membaca dan suka tertawa. Sebenarnya masih banyak lagi teman-temanku yang ingin ku kasih tau disinih. Tapi maaf, bukannya aku tak mau. Ini hanya untuk memudahkan jalan cerita yang akan ku karang.
Mungkin itu saja perkenalan yang bisa aku sampaikan. Tulisan ini dibuat hanya untuk kesenangan pribadi saya mengisi waktu luang. Mohon maaf bila ada kekurangan jam terbang serta penulisan yang berantakan. Mohon dimaklumkan, ya.
Real life : Ig @Sultanhasanudinals
Twitter @Sultanhasan07
Salam kenal.
INDEX PART :
PART 1-5 PAGE 1
PART 6 - SAHABAT
PART 7 - HASAN KECELAKAAN
PART 8 - SURAT UNDANGAN REUNIAN
PART 9 - CERITA LAMA
PART 10 - MENUJU PERTEMUAN
PART 11 - PERTEMUAN PERANGKAI
PART 12 - PERTEMUAN MALAM
PART 13 - MEMPERKENALKAN SIFATNYA
PART 14 - ANGGUN CURIGA
PART 15 - MALAM RINDU
PART 16 - MALAM RINDU II
PART 17 - PERGI KE BALI
PART 18 - MAKAN DAN OBROLAN
PART 19 - ISTIRAHAT
PART 20 - MENGULANG YANG PULANG
PART 21 - PERTIKAIAN
Quote:
Original Posted By hasanudin39►Selamat sore, Gan! Ada masukan dari salah satu Agan disinih menyarankan untuk menulis ceritanya di forum sebelah juga, dan ane udah bikin disana. Baru post juga hehe. Silahkan mampir, ya! MEMPERTAHANKAN SATU NAMA (WP)
Diubah oleh hasanudin39 20-11-2020 06:16
joohsn dan 28 lainnya memberi reputasi
27
8.3K
Kutip
102
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
hasanudin39
#26
PART 7 - HASAN KECELAKAAN
Quote:
Matahari mulai masuk lewat kaca-kaca. Jendela kamar ternyata sudah dibuka. Jam dinding sudah menunjukan pukul 09.25 WIB. Pantas sudah mulai terasa panas. Aku bangun, bersender dulu pada dinding kamar. Memejamkan mata sebentar, kebiasaan yang setiap bangun tidur aku laksanakan.
"Bangun, ayo bangun, ada janji kan hari ini" Kataku, berbicara sendiri.
Aku ada janji bertemu client hari ini. Pemesan itu memintaku untuk dibuatkan surat untuk dirinya sendiri. Mungkin ingin memotivasi dirinya dari semua keterpurukan yang menimpa. Sebenarnya aku bisa saja membuatkannya dirumah. Tapi, client adalah raja. Dia minta aku untuk datang ke salah satu mall yang ada di kota hujan. Lumayan jauh memang, tapi gapapa, bisa sekalian aku mampir ke salah satu temanku yang tinggal didaerah sana.
"Jadwal hari Selasa : bertemu client di Mall - jam 15.00. Deskripsi : Minta dibuatkan surat motivasi. Jangan lupa ya Ben, semangat!" Pesan dari admin.
Ada beberapa pesan dari Anggun dan grup yang belum ku buka, nanti saja. Aku harus mempersiapkan diri sebelum keberangkatan ku ke kota hujan. Lalu aku turun kebawah, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku naik lagi kekamar, karena lupa membawa laptop, hp, serta cargernya sekalian. Lalu turun lagi kebawah, mencari colokan, lalu duduk lagi sebentar sambil membuka laptop sambil membuka beberapa akun jejaring sosial yang ku punya.
"Temen-temen gua udah pada nikah kali ya sekarang" Kataku sambil melihat-lihat isi beranda FB ku yang penuh dengan photo-photo teman SD-SMP-STM.
"Kayanya kenal deh" Kataku sambil melihat salah satu foto yang wajahnya cukup ku kenal. Dengan caption "Kumenanti seorang kekasih" dan nama pemiliknya adalah Annita PutriPurnamasari. Ah, itu mantanku. Dia cantik sekali mengenakan kemeja putih itu. Sekarang, gimana kabarnya ya? Aku pengen kepoin ah. Eh, tapi aku harus mandi, nanti saja kalo ada waktu deh.
Lalu aku menuju kamar mandi dengan membawa anduk yang ditaruh di punggung. Selebihnya tidak perlu ku jelaskan apa kegiatan ku didalam. Nyanyi-nyanyi gajelas, lalu memuji diri sendiri, kalau suaraku ternyata bagus untuk diangkat jadi pengisi suara si Unyil, haha.
"Hallo sayang" Kataku, vidio call dengan Anggun yang sudah berada di toko.
"Kamu baru mandi? Ih, pake baju dulu, malu tau" Kata Anggun sambil menepuk jidatnya.
"Hehe, aku mau pergi dong" Kataku sambil mengusap rambutku yang basah.
"Pake baju dulu sana ah" Kata Anggun sambil mematikan vidio callnya.
Haha, sialan. Yaudah, pake baju dulu deh, abis itu ngopi sebentar, lalu memanaskan motor buat nanti perjalanan.
"Hallo sayangku" Kataku yang sudah rapih dan memvidio call Anggun kembali.
"Nah, kan kasep" Kata Anggun.
"Aku mau pergi ke Bogor" Kataku, laporan.
"Mau nyari pacar?" Kata Anggun sambil memangku wajahnya, ah, cantik lho dia haha.
"Aku mau ketemu client, sayangkuu" Kataku sambil senyum-senyum.
"Gausah senyum-senyum ih" Kata Anggun.
"Biar kamu semangat, mwah" Kataku, hehe.
"Yaudah. Kamu hati-hati lho, pake helmnya, surat-suratnya dibawa, nanti kalo udah sampai, kabarin aku ya. Aku mau jaga toko dulu, dadah sayang" Kata Anggun, lalu dimatikan vidio callnya.
Aku membuat kopi hitam yang airnya sudah lumayan panas. Sekalian juga, memanaskan motor untuk dipakai ke perjalanan yang cukup jauh bagiku. Aku juga harus ke bengkel sepertinya, untuk mengganti oli, antisipasi supaya tidak terjadi apa-apa ketika diperjalanan. Aku kembali membuka hpku yang dicharger. Sambil menunggu aku siap untuk berangkat, aku membuka kembali jejaring sosialku. Lumayan, mengisi waktu kosong yang sebentar lagi akan usai karena aku harus berangkat.
Ternyata, ada beberapa pesan yang belum ku baca. Tidak banyak, 10 akun yang mengirimku pesan. Isinya tidak lain hanya ingin menanyakan kabar dan nomor WA. Aku membalasnya satu persatu, tapi untuk nomor WA, tidak aku berikan. Bukannya aku sombong aku tidak mau memenuhi snap WA mereka yang tidak terlalu ku hiraukan. Tidak banyak kepentingan didalamnya, paling-paling, hanya jadi penonton WA storynya.
"Gus, geus berangkat ka Bogor nih" Isi pesanku ke temanku yang berada di kota Hujan itu, namanya Bagus.
Lalu aku menengguk kopi sekali lagi, memakai sepatu dan kebelakang untuk memastikan semuanya dalam kondisi aman untuk ditinggalkan.
"Bismillah" Kataku ketika sudah berada diatas motor.
Aku sudah tau rute untuk sampai kesanah. Jadinya tidak perlu repot-repot untuk membuka Google Maps. Sekarang, aku hanya fokus ketika diperjalanan dan sesekali menengok kekanan dan kekiri melihat pemandangan. Tidak banyak yang harus kuceritakan ketika diperjalanan, karena aku terlalu sibuk memerhatikan jalan dan melihat sekitar. Sampai tak terasa, aku sudah sampai di Mall tempat janjian bersama clientku yang meminta dibuatkan kata-kata.
"Hallo, Min" Teleponku ke admin jasa rangkai.
"Hallo Ben, udah sampai?" Tanya admin.
"Aku udah diparkiran depan Mallnya" Kataku.
"Ketemuan di caffe StarBucks, jam 3" Katanya.
"Yasudah, aku mau kedalam, mau liat-liat" Kataku.
"Okee, selamat bertugas" Katanya, lalu kumatikan teleponnya.
Lalu aku turun dari motor, berjalan menuju pintu masuk. Masih ada sisa setengah jam kira-kira untuk aku memulai obrolan dengan client. Aku sih niatnya ingin melihat-lihat saja, tanpa ada pikiran untuk berbelanja. Lalu aku masuk kesalah satu toko sport station. Semua niatku goyah seketika, ternyata banyak barang baru yang aku tidak tau. Aku lebih suka warna gelap, dan ternyata disinih banyak model dengan warna yang kusuka.
"Nyari barang apa mas?" Tanya salah satu SPG yang cantik.
"Ah enggak Kak, cuma liat-liat bentar" Kataku.
Lalu aku pergi meninggalkan SPG yang cantik itu sambil bergumam.
"Daripada kesinih, mending langsung ke tokonya" Logo brand yang terkenal dengan bintangnya maksudku.
Baru aku ingin melangkah mencari toko yang ku maksud, tiba-tiba hp ku berbunyi seperti ada yang memanggil.
"Orangnya sudah datang, kamu langsung kesana saja" Kata admin.
Aku matikan teleponnya, lalu aku langsung bergerak ketempat janjian yang sudah dipesan. Aku masih belum punya persiapan untuk menghadapinya, aku juga belum dikasih tau apa yang pemesan ini perlu. Deskripsinya sih cuma minta dibuatkan kata-kata motivasi. Tapi, kenapa harus minta ketemu? Lewat hp juga bisa. Adminku juga bisa kalau hanya sekedar membaca curhatannya. Sudahlah, pemesan adalah rajanya.
Sekarang aku sudah berada tepat didepan tempat yang ditentukan. Aku masih bingung, siapa orang yang memesannya. Aku tidak mau menunggu lama, aku minta dikirimkan nomor telepon pemesannya. Ingin aku telepon, eh, miscall ajadeh, haha.
"08*******" Isi pesan dari admin.
Tanpa lama, aku coba menelponnya lewat pulsa, tidak pakai WA. Suara belum tersambungnya telepon masih ku dengar. Aku terus melangkah maju, sambil melihat-lihat siapa yang akan mengangkat teleponnya.
"Kok gak keliatan, coba sekali lagi" Kataku sambil duduk di bangku yang kosong.
Aku masih memperhatikan satu persatu pelanggan yang sudah datang. Memastikan, siapa yang akan mengangkat teleponnya. Binggo, ternyata wanita memakai baju hitam dengan krudung warna gelap yang mengangkat teleponnya. Langsung saja, aku berdiri, lalu mendekatinya.
"Jasa rangkai kata, apa ini benar wanita atas nama Ayu?" Tanyaku.
"Ohh ini dari jasa rangkai ya? Duduk, duduk" Katanya, sambil mempersilahkanku.
"Namaku Benyamin, kak Ayu boleh memanggilku Ben" Kataku sambil tersenyum memperkenalkan diri.
"Ohh Benyamin, namanya kaya pelawak legendaris. Kamu lucu ya orangnya? Hehe" Kata Ayu.
Sedikit, aku nilai dari fisik dan penampilannya. Wajahnya bersih, ditambah make up yang rapih. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek juga, sedang, pas jika dibawa untuk kondangan.
"Nggak kok kak, aku gabisa apa-apa malahan hehe" Kataku.
"Bisa aja nih. Mau pesan? Aku baru aja duduk, belum sempat pesan juga. Tadi sibuk ngangkat telepon, tapi pas dijawab malah dimatiin teleponnya, biasa, orang jahil" Katanya. Dia tidak tau kalau itu aku.
"Samain aja sama yang kakak pesan. Aku jarang jajan, jadinya gak tau gimana caranya" Kataku, sumpah, aku malu bilang ini padanya.
"Lho, wajah kaya kamu kirain aku suka main diluar. Ternyata mesan kopi sama roti aja gak bisa?" Kata Ayu sambil menahan tawanya.
"Hehe, aku jarang mesan makanan kak. Kalo jajan, dipesenin gini, sama kayak lagi sama kak Ayu seperti ini" Kataku.
"Aya aya wae, kasep-kasep nteu ngarti mesen makanan (Ada-ada aja, ganteng-ganteng gak ngerti pesan makanan)" Kata Kak Ayu.
"Geus, dipesen wae atuh (Sudah, dipesen aja)" Kataku.
"Eh, kamu ngerti ya, maaf haha" Katanya sambil tertawa.
Lalu pelayan menghampiri kami berdua. Aku mengeluarkan notebook, sementara Ayu sibuk memesan makanannya.
"Udah aku pesenin buat kamu" Katanya sambil membuka tasnya.
"Gak terlalu manis kan?" Kataku.
"Nggak kok" Katanya.
Lalu aku menaruh notebookku dimeja, mengeluarkan buku serta pulpennya juga. Ayu mengerti maksudku, bahwa semuanya akan dimulai.
"Jadi, kita mau bahas apa kak?" Tanyaku sambil menatapnya.
"Aku mau ngobrol, perlu dikasih saran juga. Aku baru putus sama pacarku beberapa bulan yang lalu. Sekarang ada yang ngedeketin aku. Aku gatau dia sungguh-sungguh atau enggak. Aku sih nanggepinnya biasa aja ya, mau tau juga, dia serius atau enggak" Katanya.
Aku mulai berfikir, ini kejadian yang hampir sama aku alami. Bedanya, aku lelaki, aku yang harus berjuang. Tapi mendengar cerita Ayu, apakah semua wanita sama seperti itu?
"Sudah ngedeketin berapa hari kak?" Tanyaku.
"Udah sebulan kalo aku itung" Katanya.
"Kepastian apa yang kakak kasih buat dia?" Tanyaku.
"Aku sih ngomong, kalo aku gapunya pacar dan mau langsung ke jenjang yang serius aja" Katanya.
"Silahkan" Kata pelayan yang datang membawa pesanan kami.
Aku langsung memikirkan inti dari pokok permasalahan ini, bagaimana caranya Ayu bisa memastikan bahwa dirinya siap untuk bangun dari masalalunya. Kasian juga cowoknya, waktu yang dipakai terbuang sia-sia kalau tidak ada kepastian. Sayang pengorbanannya menunggu untuk sesuatu yang tak menentu. Ayo, aku harus bisa membuatnya terbuka, untuk hati yang pernah terluka.
"Diminun Ben" Katanya menawariku.
Aku hanya senyum, lalu aku sodorkan desaign yang baru saja ku buat. Itu kartu yang dia mau. Belum ada komentar yang dia kasih tentang ketikanku. Dia terus membacanya, lalu tersenyum kepadaku.
"Kamu cepat ya bikinnya, padahal terhenti karena pelayannya datang" Katanya sambil menyenyumkan bibirnya.
"Jadi, sudah tau kan apa yang harus dilakukan. Kalo kak Ayu cinta, cepat, mumpung belum terlambat" Kataku.
"Kalo aku gak suka, boleh aku tinggal kan, Ben?" Katanya.
"Boleh kak, biar semua yang ada bukan karena terpaksa" Kataku.
Lalu pertemuan kami selesai. Aku tinggal meminum kopi yang ku pesan. Sedangkan Ayu masih terus membaca apa yang ku buat.
"Photonya aku kirim ke nomor kak Ayu, ya" Kataku.
"Emang kamu tau nomor aku?" Katanya.
"Aku tau, kan tadi yang nelpon itu aku, hehe, maaf ya" Kataku sambil tertawa kecil.
"Pantesan, ah kamu nih bikin aku parno" Katanya sambil memasang muka kesal.
"Aku takut salah orang kak, hehe" Kataku.
"Gapapa Ben, kamu orangnya aneh ya haha" Katanya sambil tertawa.
"Bisa aja nih hehe" Kataku sambil tertawa kecil. Lalu aku meminum lagi kopinya, karena tidak lama lagi aku akan pamit, karena sudah janji untuk ke salah satu rumah temanku yang berada disinih.
"Kak Ayu tinggal dimana?" Tanyaku.
"Leuwiliang" Katanya.
"Mau sekalian? Aku mau ke Cibatok" Kataku.
"Serius? Boleh" Katanya.
"ayok" Kataku sambil merapihkan peralatan menulisku, lalu memakai jaket yang ku lipat.
Lalu kami menghabiskan kopi yang masih ada sedikit itu. Ayu yang membayarnya, sekalian bayar ongkos pulang katanya. Lalu aku dan Ayu berjalan kearah parkiran, mengambil motorku yang terparkir disana. Aku lupa, tidak membawa helm satu lagi. Mau tidak mau, Ayu tidak memakai helm dan katanya sih jalurnya aman-aman aja. Akhirnya dengan nekat aku mengendarai motor tanpa helm yang seharusnya dipakai Ayu.
"Kamu penghasilan berapa Ben sehari?" Tanyanya ketika kami diatas motor.
"Hehe, gak menentu kak, tapi cukup kok buat makan mah" Kataku sambil mengendarai motor.
"Paling sering dapet orderan apa Ben?" Tanyanya, lagi.
"Paling sering sih, kata-kata permintaan maaf kak" Kataku.
"Hebat kamu ya" Katanya.
"Enggak kok kak, itu hanya keberuntunganku punya kelebihan seperti ini" Kataku sambil tertawa kecil.
"Pacar, punya?" Tanya Ayu, sepertinya dia antusias ingin mengenalku.
"Punya kak, baru kemarin jadian" Kataku.
"Wah, selamat ya" Katanya sambil menepuk pundakku.
"Hehe makasih kak" Kataku.
Lalu, kak Ayu minta diturunkan di depan toko pembelanjaan. Dia bilang sih katanya tidak jauh untuk sampai kerumahnya. Aku tidak mempermasalahkannya. Aku izin pamit kepadanya, meninggalkannya yang ingin berbelanja dan melanjutkan perjalanan kerumah Bagus, temanku yang tinggal di kota hujan.
Bogor sore ini lumayan cerah, belum ada tanda-tanda hujan yang seperti biasa datang hampir setiap harinya. Jalanannya lumayan lengang, tidak ada bedanya ketika jalan di jalanan Jakarta. Semuanya sama, ramai akan pengendara jalan. Aku terus melanjutkan perjalanan, sampai-sampai tak terasa, alamat yang dituju sudah hampir sampai.
"Hallo, assalamualikum, dimana?" Tanyaku, menelpon Bagus.
"Didieu (disini)" Kata Bagus dengan logat sundanya.
"Dimana?" Tanyaku, lagi.
"Ini didepan kamu, lagi duduk" Kata Bagus.
Lalu aku melihat temanku yang sedang mengopi menikmati sore hari di sebuah bale yang terpasang disana. Lalu aku menghampirinya, berjabat tangan dengannya.
Fyi: Dulu, Bagus adalah tetanggaku. Dia pindah ketika hendak naik ke jenjang menengah atas. Alasannya karena kedua orang tuanya ingin merasakan suasana baru. Itu aja sih yang aku tau.
"Kumaha damang? (Bagaimana kabarnya?)" Tanya Bagus.
"Alhamdulillah. Jangan pakai bahasa sunda atuh, gua kaku" Kataku sambil tertawa.
"Ayo ngobrolnya didalem" Kata Bagus mengajakku untuk masuk kerumahnya yang berada di sebrang sana.
Aku memasuki rumah yang tidak terlalu besar. Kira-kira, pas untuk keluarga kecil yang bahagia. Aku duduk diruangan tamu yang ada tv, kipas angin, dan makanan-makanan kecil yang mungkin Bagus sudah menyiapkannya sebelum aku datang kemarih. Sementara itu, jam sudah menunjukan pukul 16:30. Tidak terasa akan secepat itu waktu yang berjalan.
Triiinggg
"Hallo" Kataku mengangkat telepon dari Anggun.
"Kamu dimana? Kamu udah makan?" Tanya Anggun.
"Aku di rumah teman. Tadi sih udah makan dikit, ngemil" Kataku.
Tiba-tiba Bagus datang membawa makanan, nasi, ikan asin, tempe dan sayur asam.
"Makan yah, aku lanjutin kerja dulu" Katanya.
"Okee bos" Kataku sambil menutup teleponnya.
Lalu Bagus duduk disebelahku, menanyakan siapa yang aku telepon tadi.
"Nikah dong" Kata Bagus.
"Gua belom kepikiran nikah Gus" Kataku.
"Dia tinggal dimana?" Tanya Bagus.
"Di Tangerang" Kataku.
"Yasudah, ayo dimakan" Kata Bagus menawariku untuk makan makanan yang sudah tersedia.
Tinggal di daerah seperti ini, makan makanan yang lauknya sederhana pun terasa nikmat. Jarang-jarang juga aku memakan lauk seperti ini, agak bosan juga terus-terusan makan ayam dan lainnya. Bukannya tidak bersyukur, tapi emang itu kan yang sering kita temui?
"Bokin (Pacar/Istri) kemana?" Tanyaku.
"Bokin jaga toko kue di depan sana" Katanya.
"Lu gak kerja Gus?" Kataku.
"Gue masuk malem Ben, shift-shiftan" Katanya. Bagus bekerja disalah satu sorum mobil. Sebagai satpam.
"Enak gak?" Tanyaku.
"Disyukuri aja Ben. Lebih enak juga kerjaan lo. Kalo gue liatin snap yang lo bikin, kerjanya enakan lo lah" Katanya.
"Alhamdulillah Gus" Kataku.
Makanan yang ku tuang diatas piring ternyata sudah bersih. Aku berdiri, berjalan menuju kamar mandi, lalu mencucinya sendiri. Tidak mau terlalu merepotkan temanku ini. Walaupun dia sempat memintaku untuk tidak melakukannya, tapi tetap aku melaksanakannya. Lagipun tidak enak, tidak ada yang bisa ku kasih ketika main ketempatnya.
"Ngerokok Gus?" Tanyaku sambil mengeluarkan sebungkus rokok filter.
"Gue buatin kopi dulu sebentar" Kata Bagus. Wah, pas inimah hehe.
Aku kembali memainkan handphone, melihat-lihat apa yang ingin dilihat. Kadang, aku membuka galeri, melihat photoku bersama Anggun yang kita ambil di hari jadian itu. Manis, cantik, aku bahagia memilikinya.
Triiingggg...Triiingggg
"Ben" Itu suara Shania, suaranya seperti ketakutan dan menangis.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Hasan..." Kata Shania.
"Hasan kenapa? Dia kan lagi kerja" Kataku.
"Hasan kecelakaan" Kata Shania, suara semakin ketakutan.
Lalu aku diam, seakan tak percaya apa yang sahabatku katakan. Aku diam, dengan tangan yang masih menggenggam handphone yang ku pegang. Aku lalu mematikan teleponnya. Mengusap wajah dan memegang dahi.
"Kenapa Ben?" Tanya Bagus.
Aku angkat kepalaku, seraya berkata.
"Hasan kecelakaan" Kataku, pelan.
"Bangun, ayo bangun, ada janji kan hari ini" Kataku, berbicara sendiri.
Aku ada janji bertemu client hari ini. Pemesan itu memintaku untuk dibuatkan surat untuk dirinya sendiri. Mungkin ingin memotivasi dirinya dari semua keterpurukan yang menimpa. Sebenarnya aku bisa saja membuatkannya dirumah. Tapi, client adalah raja. Dia minta aku untuk datang ke salah satu mall yang ada di kota hujan. Lumayan jauh memang, tapi gapapa, bisa sekalian aku mampir ke salah satu temanku yang tinggal didaerah sana.
"Jadwal hari Selasa : bertemu client di Mall - jam 15.00. Deskripsi : Minta dibuatkan surat motivasi. Jangan lupa ya Ben, semangat!" Pesan dari admin.
Ada beberapa pesan dari Anggun dan grup yang belum ku buka, nanti saja. Aku harus mempersiapkan diri sebelum keberangkatan ku ke kota hujan. Lalu aku turun kebawah, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku naik lagi kekamar, karena lupa membawa laptop, hp, serta cargernya sekalian. Lalu turun lagi kebawah, mencari colokan, lalu duduk lagi sebentar sambil membuka laptop sambil membuka beberapa akun jejaring sosial yang ku punya.
"Temen-temen gua udah pada nikah kali ya sekarang" Kataku sambil melihat-lihat isi beranda FB ku yang penuh dengan photo-photo teman SD-SMP-STM.
"Kayanya kenal deh" Kataku sambil melihat salah satu foto yang wajahnya cukup ku kenal. Dengan caption "Kumenanti seorang kekasih" dan nama pemiliknya adalah Annita PutriPurnamasari. Ah, itu mantanku. Dia cantik sekali mengenakan kemeja putih itu. Sekarang, gimana kabarnya ya? Aku pengen kepoin ah. Eh, tapi aku harus mandi, nanti saja kalo ada waktu deh.
Lalu aku menuju kamar mandi dengan membawa anduk yang ditaruh di punggung. Selebihnya tidak perlu ku jelaskan apa kegiatan ku didalam. Nyanyi-nyanyi gajelas, lalu memuji diri sendiri, kalau suaraku ternyata bagus untuk diangkat jadi pengisi suara si Unyil, haha.
"Hallo sayang" Kataku, vidio call dengan Anggun yang sudah berada di toko.
"Kamu baru mandi? Ih, pake baju dulu, malu tau" Kata Anggun sambil menepuk jidatnya.
"Hehe, aku mau pergi dong" Kataku sambil mengusap rambutku yang basah.
"Pake baju dulu sana ah" Kata Anggun sambil mematikan vidio callnya.
Haha, sialan. Yaudah, pake baju dulu deh, abis itu ngopi sebentar, lalu memanaskan motor buat nanti perjalanan.
"Hallo sayangku" Kataku yang sudah rapih dan memvidio call Anggun kembali.
"Nah, kan kasep" Kata Anggun.
"Aku mau pergi ke Bogor" Kataku, laporan.
"Mau nyari pacar?" Kata Anggun sambil memangku wajahnya, ah, cantik lho dia haha.
"Aku mau ketemu client, sayangkuu" Kataku sambil senyum-senyum.
"Gausah senyum-senyum ih" Kata Anggun.
"Biar kamu semangat, mwah" Kataku, hehe.
"Yaudah. Kamu hati-hati lho, pake helmnya, surat-suratnya dibawa, nanti kalo udah sampai, kabarin aku ya. Aku mau jaga toko dulu, dadah sayang" Kata Anggun, lalu dimatikan vidio callnya.
Aku membuat kopi hitam yang airnya sudah lumayan panas. Sekalian juga, memanaskan motor untuk dipakai ke perjalanan yang cukup jauh bagiku. Aku juga harus ke bengkel sepertinya, untuk mengganti oli, antisipasi supaya tidak terjadi apa-apa ketika diperjalanan. Aku kembali membuka hpku yang dicharger. Sambil menunggu aku siap untuk berangkat, aku membuka kembali jejaring sosialku. Lumayan, mengisi waktu kosong yang sebentar lagi akan usai karena aku harus berangkat.
Ternyata, ada beberapa pesan yang belum ku baca. Tidak banyak, 10 akun yang mengirimku pesan. Isinya tidak lain hanya ingin menanyakan kabar dan nomor WA. Aku membalasnya satu persatu, tapi untuk nomor WA, tidak aku berikan. Bukannya aku sombong aku tidak mau memenuhi snap WA mereka yang tidak terlalu ku hiraukan. Tidak banyak kepentingan didalamnya, paling-paling, hanya jadi penonton WA storynya.
"Gus, geus berangkat ka Bogor nih" Isi pesanku ke temanku yang berada di kota Hujan itu, namanya Bagus.
Lalu aku menengguk kopi sekali lagi, memakai sepatu dan kebelakang untuk memastikan semuanya dalam kondisi aman untuk ditinggalkan.
"Bismillah" Kataku ketika sudah berada diatas motor.
Aku sudah tau rute untuk sampai kesanah. Jadinya tidak perlu repot-repot untuk membuka Google Maps. Sekarang, aku hanya fokus ketika diperjalanan dan sesekali menengok kekanan dan kekiri melihat pemandangan. Tidak banyak yang harus kuceritakan ketika diperjalanan, karena aku terlalu sibuk memerhatikan jalan dan melihat sekitar. Sampai tak terasa, aku sudah sampai di Mall tempat janjian bersama clientku yang meminta dibuatkan kata-kata.
"Hallo, Min" Teleponku ke admin jasa rangkai.
"Hallo Ben, udah sampai?" Tanya admin.
"Aku udah diparkiran depan Mallnya" Kataku.
"Ketemuan di caffe StarBucks, jam 3" Katanya.
"Yasudah, aku mau kedalam, mau liat-liat" Kataku.
"Okee, selamat bertugas" Katanya, lalu kumatikan teleponnya.
Lalu aku turun dari motor, berjalan menuju pintu masuk. Masih ada sisa setengah jam kira-kira untuk aku memulai obrolan dengan client. Aku sih niatnya ingin melihat-lihat saja, tanpa ada pikiran untuk berbelanja. Lalu aku masuk kesalah satu toko sport station. Semua niatku goyah seketika, ternyata banyak barang baru yang aku tidak tau. Aku lebih suka warna gelap, dan ternyata disinih banyak model dengan warna yang kusuka.
"Nyari barang apa mas?" Tanya salah satu SPG yang cantik.
"Ah enggak Kak, cuma liat-liat bentar" Kataku.
Lalu aku pergi meninggalkan SPG yang cantik itu sambil bergumam.
"Daripada kesinih, mending langsung ke tokonya" Logo brand yang terkenal dengan bintangnya maksudku.
Baru aku ingin melangkah mencari toko yang ku maksud, tiba-tiba hp ku berbunyi seperti ada yang memanggil.
"Orangnya sudah datang, kamu langsung kesana saja" Kata admin.
Aku matikan teleponnya, lalu aku langsung bergerak ketempat janjian yang sudah dipesan. Aku masih belum punya persiapan untuk menghadapinya, aku juga belum dikasih tau apa yang pemesan ini perlu. Deskripsinya sih cuma minta dibuatkan kata-kata motivasi. Tapi, kenapa harus minta ketemu? Lewat hp juga bisa. Adminku juga bisa kalau hanya sekedar membaca curhatannya. Sudahlah, pemesan adalah rajanya.
Sekarang aku sudah berada tepat didepan tempat yang ditentukan. Aku masih bingung, siapa orang yang memesannya. Aku tidak mau menunggu lama, aku minta dikirimkan nomor telepon pemesannya. Ingin aku telepon, eh, miscall ajadeh, haha.
"08*******" Isi pesan dari admin.
Tanpa lama, aku coba menelponnya lewat pulsa, tidak pakai WA. Suara belum tersambungnya telepon masih ku dengar. Aku terus melangkah maju, sambil melihat-lihat siapa yang akan mengangkat teleponnya.
"Kok gak keliatan, coba sekali lagi" Kataku sambil duduk di bangku yang kosong.
Aku masih memperhatikan satu persatu pelanggan yang sudah datang. Memastikan, siapa yang akan mengangkat teleponnya. Binggo, ternyata wanita memakai baju hitam dengan krudung warna gelap yang mengangkat teleponnya. Langsung saja, aku berdiri, lalu mendekatinya.
"Jasa rangkai kata, apa ini benar wanita atas nama Ayu?" Tanyaku.
"Ohh ini dari jasa rangkai ya? Duduk, duduk" Katanya, sambil mempersilahkanku.
"Namaku Benyamin, kak Ayu boleh memanggilku Ben" Kataku sambil tersenyum memperkenalkan diri.
"Ohh Benyamin, namanya kaya pelawak legendaris. Kamu lucu ya orangnya? Hehe" Kata Ayu.
Sedikit, aku nilai dari fisik dan penampilannya. Wajahnya bersih, ditambah make up yang rapih. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek juga, sedang, pas jika dibawa untuk kondangan.
"Nggak kok kak, aku gabisa apa-apa malahan hehe" Kataku.
"Bisa aja nih. Mau pesan? Aku baru aja duduk, belum sempat pesan juga. Tadi sibuk ngangkat telepon, tapi pas dijawab malah dimatiin teleponnya, biasa, orang jahil" Katanya. Dia tidak tau kalau itu aku.
"Samain aja sama yang kakak pesan. Aku jarang jajan, jadinya gak tau gimana caranya" Kataku, sumpah, aku malu bilang ini padanya.
"Lho, wajah kaya kamu kirain aku suka main diluar. Ternyata mesan kopi sama roti aja gak bisa?" Kata Ayu sambil menahan tawanya.
"Hehe, aku jarang mesan makanan kak. Kalo jajan, dipesenin gini, sama kayak lagi sama kak Ayu seperti ini" Kataku.
"Aya aya wae, kasep-kasep nteu ngarti mesen makanan (Ada-ada aja, ganteng-ganteng gak ngerti pesan makanan)" Kata Kak Ayu.
"Geus, dipesen wae atuh (Sudah, dipesen aja)" Kataku.
"Eh, kamu ngerti ya, maaf haha" Katanya sambil tertawa.
Lalu pelayan menghampiri kami berdua. Aku mengeluarkan notebook, sementara Ayu sibuk memesan makanannya.
"Udah aku pesenin buat kamu" Katanya sambil membuka tasnya.
"Gak terlalu manis kan?" Kataku.
"Nggak kok" Katanya.
Lalu aku menaruh notebookku dimeja, mengeluarkan buku serta pulpennya juga. Ayu mengerti maksudku, bahwa semuanya akan dimulai.
"Jadi, kita mau bahas apa kak?" Tanyaku sambil menatapnya.
"Aku mau ngobrol, perlu dikasih saran juga. Aku baru putus sama pacarku beberapa bulan yang lalu. Sekarang ada yang ngedeketin aku. Aku gatau dia sungguh-sungguh atau enggak. Aku sih nanggepinnya biasa aja ya, mau tau juga, dia serius atau enggak" Katanya.
Aku mulai berfikir, ini kejadian yang hampir sama aku alami. Bedanya, aku lelaki, aku yang harus berjuang. Tapi mendengar cerita Ayu, apakah semua wanita sama seperti itu?
"Sudah ngedeketin berapa hari kak?" Tanyaku.
"Udah sebulan kalo aku itung" Katanya.
"Kepastian apa yang kakak kasih buat dia?" Tanyaku.
"Aku sih ngomong, kalo aku gapunya pacar dan mau langsung ke jenjang yang serius aja" Katanya.
"Silahkan" Kata pelayan yang datang membawa pesanan kami.
Aku langsung memikirkan inti dari pokok permasalahan ini, bagaimana caranya Ayu bisa memastikan bahwa dirinya siap untuk bangun dari masalalunya. Kasian juga cowoknya, waktu yang dipakai terbuang sia-sia kalau tidak ada kepastian. Sayang pengorbanannya menunggu untuk sesuatu yang tak menentu. Ayo, aku harus bisa membuatnya terbuka, untuk hati yang pernah terluka.
"Diminun Ben" Katanya menawariku.
Aku hanya senyum, lalu aku sodorkan desaign yang baru saja ku buat. Itu kartu yang dia mau. Belum ada komentar yang dia kasih tentang ketikanku. Dia terus membacanya, lalu tersenyum kepadaku.
"Kamu cepat ya bikinnya, padahal terhenti karena pelayannya datang" Katanya sambil menyenyumkan bibirnya.
"Jadi, sudah tau kan apa yang harus dilakukan. Kalo kak Ayu cinta, cepat, mumpung belum terlambat" Kataku.
"Kalo aku gak suka, boleh aku tinggal kan, Ben?" Katanya.
"Boleh kak, biar semua yang ada bukan karena terpaksa" Kataku.
Lalu pertemuan kami selesai. Aku tinggal meminum kopi yang ku pesan. Sedangkan Ayu masih terus membaca apa yang ku buat.
"Photonya aku kirim ke nomor kak Ayu, ya" Kataku.
"Emang kamu tau nomor aku?" Katanya.
"Aku tau, kan tadi yang nelpon itu aku, hehe, maaf ya" Kataku sambil tertawa kecil.
"Pantesan, ah kamu nih bikin aku parno" Katanya sambil memasang muka kesal.
"Aku takut salah orang kak, hehe" Kataku.
"Gapapa Ben, kamu orangnya aneh ya haha" Katanya sambil tertawa.
"Bisa aja nih hehe" Kataku sambil tertawa kecil. Lalu aku meminum lagi kopinya, karena tidak lama lagi aku akan pamit, karena sudah janji untuk ke salah satu rumah temanku yang berada disinih.
"Kak Ayu tinggal dimana?" Tanyaku.
"Leuwiliang" Katanya.
"Mau sekalian? Aku mau ke Cibatok" Kataku.
"Serius? Boleh" Katanya.
"ayok" Kataku sambil merapihkan peralatan menulisku, lalu memakai jaket yang ku lipat.
Lalu kami menghabiskan kopi yang masih ada sedikit itu. Ayu yang membayarnya, sekalian bayar ongkos pulang katanya. Lalu aku dan Ayu berjalan kearah parkiran, mengambil motorku yang terparkir disana. Aku lupa, tidak membawa helm satu lagi. Mau tidak mau, Ayu tidak memakai helm dan katanya sih jalurnya aman-aman aja. Akhirnya dengan nekat aku mengendarai motor tanpa helm yang seharusnya dipakai Ayu.
"Kamu penghasilan berapa Ben sehari?" Tanyanya ketika kami diatas motor.
"Hehe, gak menentu kak, tapi cukup kok buat makan mah" Kataku sambil mengendarai motor.
"Paling sering dapet orderan apa Ben?" Tanyanya, lagi.
"Paling sering sih, kata-kata permintaan maaf kak" Kataku.
"Hebat kamu ya" Katanya.
"Enggak kok kak, itu hanya keberuntunganku punya kelebihan seperti ini" Kataku sambil tertawa kecil.
"Pacar, punya?" Tanya Ayu, sepertinya dia antusias ingin mengenalku.
"Punya kak, baru kemarin jadian" Kataku.
"Wah, selamat ya" Katanya sambil menepuk pundakku.
"Hehe makasih kak" Kataku.
Lalu, kak Ayu minta diturunkan di depan toko pembelanjaan. Dia bilang sih katanya tidak jauh untuk sampai kerumahnya. Aku tidak mempermasalahkannya. Aku izin pamit kepadanya, meninggalkannya yang ingin berbelanja dan melanjutkan perjalanan kerumah Bagus, temanku yang tinggal di kota hujan.
Bogor sore ini lumayan cerah, belum ada tanda-tanda hujan yang seperti biasa datang hampir setiap harinya. Jalanannya lumayan lengang, tidak ada bedanya ketika jalan di jalanan Jakarta. Semuanya sama, ramai akan pengendara jalan. Aku terus melanjutkan perjalanan, sampai-sampai tak terasa, alamat yang dituju sudah hampir sampai.
"Hallo, assalamualikum, dimana?" Tanyaku, menelpon Bagus.
"Didieu (disini)" Kata Bagus dengan logat sundanya.
"Dimana?" Tanyaku, lagi.
"Ini didepan kamu, lagi duduk" Kata Bagus.
Lalu aku melihat temanku yang sedang mengopi menikmati sore hari di sebuah bale yang terpasang disana. Lalu aku menghampirinya, berjabat tangan dengannya.
Fyi: Dulu, Bagus adalah tetanggaku. Dia pindah ketika hendak naik ke jenjang menengah atas. Alasannya karena kedua orang tuanya ingin merasakan suasana baru. Itu aja sih yang aku tau.
"Kumaha damang? (Bagaimana kabarnya?)" Tanya Bagus.
"Alhamdulillah. Jangan pakai bahasa sunda atuh, gua kaku" Kataku sambil tertawa.
"Ayo ngobrolnya didalem" Kata Bagus mengajakku untuk masuk kerumahnya yang berada di sebrang sana.
Aku memasuki rumah yang tidak terlalu besar. Kira-kira, pas untuk keluarga kecil yang bahagia. Aku duduk diruangan tamu yang ada tv, kipas angin, dan makanan-makanan kecil yang mungkin Bagus sudah menyiapkannya sebelum aku datang kemarih. Sementara itu, jam sudah menunjukan pukul 16:30. Tidak terasa akan secepat itu waktu yang berjalan.
Triiinggg
"Hallo" Kataku mengangkat telepon dari Anggun.
"Kamu dimana? Kamu udah makan?" Tanya Anggun.
"Aku di rumah teman. Tadi sih udah makan dikit, ngemil" Kataku.
Tiba-tiba Bagus datang membawa makanan, nasi, ikan asin, tempe dan sayur asam.
"Makan yah, aku lanjutin kerja dulu" Katanya.
"Okee bos" Kataku sambil menutup teleponnya.
Lalu Bagus duduk disebelahku, menanyakan siapa yang aku telepon tadi.
"Nikah dong" Kata Bagus.
"Gua belom kepikiran nikah Gus" Kataku.
"Dia tinggal dimana?" Tanya Bagus.
"Di Tangerang" Kataku.
"Yasudah, ayo dimakan" Kata Bagus menawariku untuk makan makanan yang sudah tersedia.
Tinggal di daerah seperti ini, makan makanan yang lauknya sederhana pun terasa nikmat. Jarang-jarang juga aku memakan lauk seperti ini, agak bosan juga terus-terusan makan ayam dan lainnya. Bukannya tidak bersyukur, tapi emang itu kan yang sering kita temui?
"Bokin (Pacar/Istri) kemana?" Tanyaku.
"Bokin jaga toko kue di depan sana" Katanya.
"Lu gak kerja Gus?" Kataku.
"Gue masuk malem Ben, shift-shiftan" Katanya. Bagus bekerja disalah satu sorum mobil. Sebagai satpam.
"Enak gak?" Tanyaku.
"Disyukuri aja Ben. Lebih enak juga kerjaan lo. Kalo gue liatin snap yang lo bikin, kerjanya enakan lo lah" Katanya.
"Alhamdulillah Gus" Kataku.
Makanan yang ku tuang diatas piring ternyata sudah bersih. Aku berdiri, berjalan menuju kamar mandi, lalu mencucinya sendiri. Tidak mau terlalu merepotkan temanku ini. Walaupun dia sempat memintaku untuk tidak melakukannya, tapi tetap aku melaksanakannya. Lagipun tidak enak, tidak ada yang bisa ku kasih ketika main ketempatnya.
"Ngerokok Gus?" Tanyaku sambil mengeluarkan sebungkus rokok filter.
"Gue buatin kopi dulu sebentar" Kata Bagus. Wah, pas inimah hehe.
Aku kembali memainkan handphone, melihat-lihat apa yang ingin dilihat. Kadang, aku membuka galeri, melihat photoku bersama Anggun yang kita ambil di hari jadian itu. Manis, cantik, aku bahagia memilikinya.
Triiingggg...Triiingggg
"Ben" Itu suara Shania, suaranya seperti ketakutan dan menangis.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Hasan..." Kata Shania.
"Hasan kenapa? Dia kan lagi kerja" Kataku.
"Hasan kecelakaan" Kata Shania, suara semakin ketakutan.
Lalu aku diam, seakan tak percaya apa yang sahabatku katakan. Aku diam, dengan tangan yang masih menggenggam handphone yang ku pegang. Aku lalu mematikan teleponnya. Mengusap wajah dan memegang dahi.
"Kenapa Ben?" Tanya Bagus.
Aku angkat kepalaku, seraya berkata.
"Hasan kecelakaan" Kataku, pelan.
jiyanq dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas