Logis ?

fenomena metafisik memang selalu bicara di luar nalar, namun bukan berarti tiada terukur/batasan dalam fahaman.

jika bahasan Asma'2 Super/Ultra pamungkas Khidir yg beredar akan disuguhkan akan faidah yg 'wow'.. sperti, menempel di dinding, jalan diair/awan/rumput, bengkokkan pohon kelapa, teleportasi fisik sekejap di suatu tempat, sholat di kabah sedetik sampai, ludahi sumur jadi mendidih..dsb

ketika saya tanya beberapa mujiz/pengamal Asm' tsb, blum ada yg mampu buktikan faidah tsb, hanya berdasar isyarat katanya (akan faidah tsb)... dan entahlah,, mungkin bisa jadi juga di luar sana beberapa mujiz lain/pengamal lain memang sdh mampu buktikan faidah tsb,,dan saya blum update infonya,, jika berdasar kata istiqomah dan kepasrahan barometernya, jadi saya hanya fair saja akan suatu keilmuan.

seperti ASm' Jamas Pamungkas Khidir/S. kalijogo,, dikatan asmanya "antik, unik, langka, jarang yg tahu".. ternyata kalimatnya ialah lafadz Arabic yg mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar/ucap/ sudah umum.. seperti kalimat terakhirnya Kun Fayakun...blum ada yg tahu kalimat tsb ?... mungkin klo bicara Sirr lafadznya Okelah di bilang antik..bukan kalimatnya,, jadi saya pikir nilai komersil tetap bermain disini..

saya bukanlah tipe pengkritik terhadap seseorang/ kita tidak personifikasi hanya murni bahas ilmunya, tetap berbaik sangka jika apa2 yg kita rasa tidak sesuai bahasa yg disampaikan,. toh apa yg kita pelajari tentunya kita siap konsekuensinya, walaupun memang belum ataupun tidak berfaidah sebagaimana mestinya, tetap kita pelajari
setidaknya pasti masih ada hal lain yg terkandung di dalam keilmuan tsb.

jadi intinya kita memang dituntut konsekwen terhadap suatu ilmu, tetap menjalani hingga batas fahaman kita,,"oh ini bisa buat ini".."oh ini tidak bisa begitu, atau belum sampai kesana tarafnya"... atau "mungkin ada yg kurang sesuai"..entah aspek diri sendiri atau dari luar sana (pengijazah,, lafadz yg disampaikan, dsb)