- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
TS
princebanditt
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Quote:
Spoiler for Ilustrasi:
Ilustrasi : Google
~Definisi Cinta~
Setelah beberapa Thread yang berhasil gue buat, dan didalamnya selalu menceritakan tentang lika-liku kehidupan.
Kali ini gue mau berbagi pengalaman tentang Cinta,
siapa yang ga pernah merasakan cinta?
Quote:
Cinta dari Orang Tua.
Cinta dari Keluarga.
Cinta dari para Teman dan Sahabat, dan
Cinta dari Orang Lain.
Cinta dari Keluarga.
Cinta dari para Teman dan Sahabat, dan
Cinta dari Orang Lain.
Semenjak kita lahir kedunia ini, kita langsung merasakan cinta.
Dari orang tua yang selalu menemani sampai kita beranjak dewasa, bahkan rasa cintanya masih terus kita rasakan sampai mereka meninggalkan kita, (Meninggal Dunia).
Ditengah proses perjalanan kehidupan, kita bertemu dengan orang lain, yang pada akhirnya beberapa dari orang lain tersebut menjadi seorang temen bahkan berubah menjadi seorang sahabat yang selalu menemani disaat suka dan duka.
Tapi kali ini gue bakal ngebahas tentang cinta yang gue dapatkan dari seseorang perempuan yang ga gue kenal sebelumnya.
Berawal dari pertemuan yang ga disangka-sangka dengannya, lalu timbul rasa cinta dan merubah segalanya, dia menjadi orang yang sangat gue sayangi sampai detik ini!
Hargai Setiap Cinta yang Hadir Dihidup Agan dan Sista, karena Kita ga tau kapan Cinta itu akan Pergi.
Quote:
Spoiler for Cinta Pertama:
Ilustrasi : Google
“Sayang,” kata gue sambil mengusap lembut rambutnya.
“hhemm, kenapa yang?” tanyanya sambil menatap manja.
“kamu bahagia sama aku ga? denger ya yang, klo nanti kamu ketemu sama orang lain diluar sana yang lebih baik dari aku, dan bisa bikin kamu bahagia, kamu harus tinggalin aku.” ucap gue sambil mencium mesra keningnya.
Gue selalu berpesan sama dia begitu, klo ada yang bisa bahagiain dia, bisa bikin nyaman dia, dan lebih baik dari segi materi yang gue punya, gue selalu minta biar dia mau tinggalin gue.
Kebahagiaan dia selalu gue utamain, jadi gue rela buat ngelepas orang yang paling gue cinta klo itu bisa bikin dia bahagia. karna menurut gue cinta ga harus memiliki kok, cinta ga boleh egois, belom tentu nanti dia bahagia sama gue klo gue terus memaksakan kemauan gue sendiri untuk memiliki dia.
ga lama dia melepaskan badannya dari pelukan gue, dia pindah duduk didepan gue, dan mendekatkan wajahnya ke depan muka gue.
saat itu gue bisa liat jelas semuanya, bentuk wajahnya, rambutnya yang tergerai panjang, mata indahnya, alis tebalnya, pipinya yang tirus, dan setiap saat gue ngeliat dia, gue selalu jatuh cinta dibuatnya.
“denger ya sayang..”ucapnya sambil kedua tangannya memegang lembut muka gue.
“aku bersyukur banget bisa kenal kamu, dari semua beratnya pengalaman hidup aku dan ketemu laki-laki lain.
kamu satu-satunya lelaki yang bisa ngertiin aku, kamu yang selalu pinter ambil hati aku, kata-katamu selalu bisa bikin aku tenang, aku selalu nyaman dideket kamu, kamu selalu tau apa yang aku pengen dan kamu mau terima aku apa adanya.” jawabnya serak dan matanya mulai menggenang air mata.
“klo kamu ngebahas materi, aku ga butuh itu, kebahagiaan aku udah ada semua di kamu, soal harta kita bisa mulai ngumpulin sama-sama semuanya dari bawah yang. dan inget, ga semua wanita bisa bahagia karena harta, rasa nyaman itu paling penting ga bisa dibeli pake apapun.” tegasnya.
Gue cuma bisa diem, karna dia selalu ngejawab itu ketika gue mulai bertanya, apa dia bahagia sama gue.
Dan dia selalu nangis klo gue nyuruh dia nyari laki-laki lain yang lebih baik dari gue.
“kamu jangan pernah nanya itu lagi yang, aku bakal terus sama kamu, mau kita bakal hidup susah nanti, dan..”
gue hentikan ucapannya, gue sentuh lembut mulutnya dengan ujung jari gue biar dia ga lanjutin omongannya dan gue usap air matanya.
Sumpah gue ga pernah tega ngeliat orang yang paling gue sayang nangis didepan gue, karna gue selalu tanamkan dipikiran gue, “gue pengen bikin pasangan gue bahagia, klo nanti sampe pasangan gue nangis gara-gara gue, berarti gue gagal jadi pasangan yang bisa bahagiain dia.”
kalian udah tau gue,
jadi ga perlu gue ceritain lagi asal usul gue ya.
gue bakal ceritain asal usul cewe gue aja,
dan awal pertemuan gue sama dia.
jadi ga perlu gue ceritain lagi asal usul gue ya.
gue bakal ceritain asal usul cewe gue aja,
dan awal pertemuan gue sama dia.
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bab I : Awal Pertemuan
Bab II : Hari yang penuh cinta
Bab II : Kerinduan yang terbendung
Bab III : Im Fine, Thanks
Bab IV : Cinta datang Kembali
Bab V : Depresi
Last Bab : Terima kasih, Cinta!
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung..
Diubah oleh princebanditt 24-05-2020 15:29
nona212 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3.2K
Kutip
29
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#12
Quote:
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Spoiler for It Hurt:
Ilustrasi : Google
Quote:
Rayi masih terus setia menemani, dan sampai saat itu gue masih terus berpikir, “apa gue mampu bahagiain dia?”.
sampai detik itu gue masih belom bisa mendapatkan pekerjaan, semua harapan mulai sirna ditelan waktu.
Gue yang tadi nya semangat dalam mencari pekerjaan, mulai lelah karena ga kunjung datang panggilan sama sekali. Gue lebih banyak bengong, dan berpikir apa yang salah selama ini.
Semakin sering ketemu sama Rayi semakin gue malu juga sama keadaan gue, sejak saat itu gue belom pernah sekedar ngajak dia jalan pake uang gue, semua selalu dia yang ngebiayain.
“kamu kenapa? kok bengong?” tanya nya memecah keheningan
“maafin aku ya..” jawab gue pelan, wajah nya keheranan.
“Masih terus ngebahas ini ya?” ucap nya lalu membuang napas berat. “setelah sekian lama kamu masih ragu sama aku?”
gue cuma bisa menunduk menahan malu didepan dia.
“Kamu masih mau bahas masalah harta? aku harus jelasin gimana lagi Yang?” tegas nya dengan nada kecewa.
Lalu dia menaruh kepalanya dibahu gue, tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya, gue rasakan hangatnya air mata membasahi bahu gue. Rayi nangis dan gue ga bisa berbuat apapun. Gue diam ga bergeming saat itu.
“Yaudah aku pamit ya sayang, udah malem..” ucap nya dia mengusap sisa air mata dengan punggung tangannya.
“Udah malem yang, kamu ga nginep aja? besok pagi baru pulang.” saran gue sambil menatap wajahnya, terlihat dia masih kecewa dengan kejadian tadi.
“Gpp kok.. aku kedalem dulu ya, mau pamit sama mamah” dia berdiri, “Yang??” tanya gue sambil memegang tangannya. Ia melepaskan tangan gue tanpa melihat lalu masuk kedalam rumah.
“kenapa jadi begini sih” sesal gue didalam hati.
“maa aku pulang ya, dek aku pulang dulu” pesan nya terhadap ibu dan adik gue.
“Iyaa kamu hati-hati dijalan ya, udah malem loh” Jawab ibu gue sambil tersenyum ramah.
“Kakak kapan kesini lagi?” tanya tanti.
“Belom tau Dek, kakak lagi ada urusan kaya nya” jawab rayi tersenyum sambil membereskan barang bawaannya.
“Aku pulang ya, Gendut!” ucap nya sambil meraih tangan gue dan mencium nya.
Dari awal kenal dia sampe malam itu baru pertama kali dia panggil gue “Gendut”. Biasanya dia selalu manggil “Sayang”.
“Kamu kenapa?” tanya gue bingung dengan panggilannya ke gue.
Rayi ga menjawab terus berlalu menuju motornya. Sejak beberapa bulan terakhir rayi mulai berani mengendarai motor, setelah meminta gue untuk duduk boncengan dibelakangnya.
Dia bilang lebih cepat dan simple menggunakan motor daripada harus menunggu dan menggunakan taksi.
“Bang kamu ga anter Rayi aja, Mama khawatir ini udah malem loh” sarannya sambil menatap gue.
“Gpp ma, Rayi kan dateng kesini juga sendirian, tenang aja aku pelan-pelan kok bawa nya” jawaban rayi membuat gue ga jadi menjawab pertanyaan mama.
“yaudh aku pulang yaa..” pamitnya kepada kami semua. Gue masih terus melihat punggungnya sampai dia berbelok di ujung jalan.
Rasanya malam itu begitu berat ngeliat Rayi pergi dari rumah, perasaan gue campur aduk antara khawatir dan sedih, biasanya diatas jam 9.00 malam dia putuskan untuk bermalam dirumah gue, tapi kali ini dengan panggilan gendut lalu malam ini pukul 9.20 malam dia putuskan pulang dan melarang gue untuk mengantar nya, sungguh suatu hal yang ANEH!.
“Ya allah jaga dia sampai dirumahnya” doa gue malam itu penuh kekhawatiran. Gue pun akhirnya masuk kedalam rumah menuju kamar.
gue rebahkan diri diatas kasur sambil terus memikirkannya, bener-bener rasa khawatir memenuhi kepala gue.
Jam menunjukan Pukul 12.00 Malam, gue belom juga dapet kabar. “Apa dia marah sama gue?” batin gue.
Lalu gue coba chat dia, “Kamu udh sampe mana? kok ga ngabarin aku sih? tanya gue dipesan singkat itu. Gue liat status chat gue cuma ceklis satu.
“Mungkin data nya dia matiin kali ya?” tanya gue sambil terus memperhatikan status pesan gue dilayar ponsel.
01.15 Dini Hari,
Rayi belom juga balas chat gue, statusnya tetap ceklis satu.
malam itu semakin khawatir sama keadaan dia, awalnya gue selalu menghilangkan pikiran negatif gue selama dia diperjalanan, sekarang semakin memaksa gue untuk mempercayai pikiran negatif itu. “Lo dimana Yi? jangan bikin gue khawatir gini! maafin klo gue bikin salah tadi” ucap gue didalem hati dengan rasa khawatir.
Gue beraniin untuk menelp nya,
“Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan”
“Nomor nya ga aktif lagi” batin gue dengan sedikit kesal.
“Ya allah semoga Rayi ga kenapa-napa, tolong lindungi dia” lagi-lagi gue cuma bisa berdoa.
Akhirnya malem itu gue ketiduran dengan perasaan gelisah sambil menggenggam hape gue.
Pagi nya gue liat beberapa panggilan dan chat masuk, panggilan itu dari kakaknya Rayi.
“Ping..”
“Ping..”
“Kamu dimana Dek?”
“Kakak mau ngasih kabar”
“Rayi kecelakaan ditabrak orang, sekarang lagi di UGD”
“Kamu kesini buruan.. Rayi kritis 😭😭😭”
“Kakak takut kenapa napa sama Rayi”
“Ping”
dan beberapa panggilan tidak terjawab. Gue liat terakhir kakaknya ngechat jam 04.55 Pagi.
Sekarang udah jam 9.00 pagi, gue telp buru-buru kakaknya rayi karna khawatir. tapi tlp gue ga diangkat-angkat, “Maaf ka baru bangun, trus keadaan Rayi gimana ka? di rawat di Rs mana?” pesan gue untuk kakaknya Rayi.
Gue bergegas mandi dengan niat selesai mandi akan langsung menuju rumah nya. Selesai mandi gue liat di layar hape gue, belom ada balasan dari kakaknya Rayi.
Gue putusin izin sama orang rumah, gue bilang Rayi kecelakaan dan gue mau besuk dia. Ibu gue terlihat syok mendengar kabar itu dan menyalahkan gue karna ga mau anter dia pulang malam itu. “Udah mama bilang, kenapa kamu ga paksa anter Rayi pulang malam itu, klo udah kaya gini siapa yang nanti disalahin?” ucap nya.
“Maaf ma..” cuma itu yang bisa gue ucapin, ibu ga tau betapa gue lebih menyalahkan diri gue sendiri, “kenapa gue ga nahan dia buat tidur dirumah aja semalem” sesal gue didalam hati.
Disepanjang perjalanan ga berhenti gue menyalahkan kebodohan gue sampai akhirnya dapat kabar kecelakaan itu.
“Bego banget gue”
“Sialan kenapa harus kaya gini sih!”
“Klo nanti kenapa-napa, gue ga bakal maafin diri gue sendiri”
“Gue sebagai pasangannya ga bisa ngejaga Rayi baik-baik”
dan umpatan lainnya didalam hati atas kejadian ini.
“Ddrrrttt.. ddrrttt..” Hape gue bergetar didalam saku celana, gue berhenti di tepi jalan, berharap itu panggilan dari kakaknya Rayi, ternyata benar sebuah chat whatsapp dari kakaknya.
“Kamu kerumah aja Dek..” balas nya.
Gue melanjutkan perjalanan dan sedikit mempercepat laju motor gue, karna gue udah tau harus kemana saat itu. “Sabar ya sayang, dikit lagi aku sampe, maafin aku” batin gue.
Setelah masuk melewati gerbang Perumahan nya di Kelapa Gading, gue liat beberapa orang sedang memasang bendera kuning dipojokan tiang listrik, pikiran gue semakin ga karuan. “Jangan-jangan.....” gue ga berani untuk mengucap apa yang ada dipikiran gue.
Sampai di tikungan rumahnya, dari kejauhan gue perhatikan beberapa orang lalu lalang didepan rumah Rayi, ada yang memasang tenda dan meletakan bangku- bangku lipat berurutan.
Gue parkirkan kendaraan, dan gue coba berjalan memasukin pagar rumahnya. Kaki terasa berat buat ngelangkah, beberapa orang berbisik melihat kedatangan gue, ada juga teman-teman Rayi yang gue kenal berkumpul disana, ada yang menangis juga.
“Sabar ya Nak, mungkin ini emang udah jalannya” seseorang menepuk punggung gue.
Gue menoleh kesumber suara, itu Daddy nya Rayi. Wajah nya nampak sedih dan terlihat matanya membengkak akibat menangis mungkin.
“Ini kenapa Pak? mana Rayi?” tanya gue untuk memastikan apa yang gue pikirkan dengan dari tadi.
“Sini ikut Daddy..” jawab nya sambil berjalan duluan lalu gue mengekor dari belakangnya.
Ga lama kami sampai didepan Rayi, gue liat dia lagi tiduran diatas kasur yang beralaskan tiker, seperti biasa terlihat cantik walau dia sedang tertidur pulas.
Daddy menyuruh gue duduk, tepat disebelah kakak nya Rayi.
“Kak maaf ya semalem..” sapa gue ke Kakaknya Rayi, tangan nya memegang paha gue membuat gue berhenti melanjutkan penjelasan semalam ga angkat telpnya.
“Semalem Rayi nungguin kamu dek..” jawabnya sambil membuang napas berat, “Dia bilang, makasi selama ini udah ngebimbing dia selama ini. Udah bikin dia bahagia, nemenin dia disaat dia butuh kasih sayang dari ibu, kamu laki-laki yang paling dia sayang setelah Daddy Dek..” ucapnya sambil menangis mengingat pesan yang diberikan Rayi.
Gue cuma bisa terdiam, mendengar semua kalimat yang diucapkan Kakaknya Rayi, suaranya yang bergetar menahan kesedihan dan air mata membuat gue ga kuasa menahan tangis. Air mata mulai menetes perlahan, bahkan sampai hari ini gue masih belom mampu untuk membahagiakan Rayi, menemani disaat dia terluka aja gue ga ada!, pacar yang seperti apa gue ini.
Gue pandang indah wajahnya, gue usap keningnya, dia tertidur tenang, dia terap terlihat cantik dengan kain putih yang membungkus tubuhnya, biar kulitnya terlihat sudah membiru dan dipenuhi oleh kapas. “Kamu tetep jadi Kesayangan aku Rayi” bisik gue ditelinganya.
Dan hari ini tanggal 08 September 2019,
entah ini kue ulang tahun yang keberapa yang terus gue beli setiap tahunnya, biasanya kita ngerayain bareng, kamu selalu disamping aku untuk meniup lilin yang sudah aku pasang.
kamu tersenyum dan berdoa dengan mata tertutup, dan aku selalu penasaran tentang doa mu yang selalu kamu sembunyikan, ga pernah kamu kasih tau aku. (kamu rese banget. tau ga!)
Hari ini aku duduk ditempat biasa kita duduk, dan aku sendirian. Ga ada lagi yang meniup lilin ini, ga ada lagi yang tertawa dan berdoa disamping aku.
hari ini cuma ada aku dan kue ulang tahun kamu!.
kamu udah tinggalin aku dan hati aku yang kamu bawa pergi.
Kamu jahat!
ketika aku udah kerja lagi, kamu malah ga ada, buat apa aku kerja klo hasilnya ga bisa bahagiain kamu??!
sampe hari ini, aku ga pernah lagi buka hati aku, ini cuma buat kamu. Terima kasih, Sayang!
udah bikin warna baru dihidup aku 💔.
sampai detik itu gue masih belom bisa mendapatkan pekerjaan, semua harapan mulai sirna ditelan waktu.
Gue yang tadi nya semangat dalam mencari pekerjaan, mulai lelah karena ga kunjung datang panggilan sama sekali. Gue lebih banyak bengong, dan berpikir apa yang salah selama ini.
Semakin sering ketemu sama Rayi semakin gue malu juga sama keadaan gue, sejak saat itu gue belom pernah sekedar ngajak dia jalan pake uang gue, semua selalu dia yang ngebiayain.
“kamu kenapa? kok bengong?” tanya nya memecah keheningan
“maafin aku ya..” jawab gue pelan, wajah nya keheranan.
“Masih terus ngebahas ini ya?” ucap nya lalu membuang napas berat. “setelah sekian lama kamu masih ragu sama aku?”
gue cuma bisa menunduk menahan malu didepan dia.
“Kamu masih mau bahas masalah harta? aku harus jelasin gimana lagi Yang?” tegas nya dengan nada kecewa.
Lalu dia menaruh kepalanya dibahu gue, tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya, gue rasakan hangatnya air mata membasahi bahu gue. Rayi nangis dan gue ga bisa berbuat apapun. Gue diam ga bergeming saat itu.
“Yaudah aku pamit ya sayang, udah malem..” ucap nya dia mengusap sisa air mata dengan punggung tangannya.
“Udah malem yang, kamu ga nginep aja? besok pagi baru pulang.” saran gue sambil menatap wajahnya, terlihat dia masih kecewa dengan kejadian tadi.
“Gpp kok.. aku kedalem dulu ya, mau pamit sama mamah” dia berdiri, “Yang??” tanya gue sambil memegang tangannya. Ia melepaskan tangan gue tanpa melihat lalu masuk kedalam rumah.
“kenapa jadi begini sih” sesal gue didalam hati.
“maa aku pulang ya, dek aku pulang dulu” pesan nya terhadap ibu dan adik gue.
“Iyaa kamu hati-hati dijalan ya, udah malem loh” Jawab ibu gue sambil tersenyum ramah.
“Kakak kapan kesini lagi?” tanya tanti.
“Belom tau Dek, kakak lagi ada urusan kaya nya” jawab rayi tersenyum sambil membereskan barang bawaannya.
“Aku pulang ya, Gendut!” ucap nya sambil meraih tangan gue dan mencium nya.
Dari awal kenal dia sampe malam itu baru pertama kali dia panggil gue “Gendut”. Biasanya dia selalu manggil “Sayang”.
“Kamu kenapa?” tanya gue bingung dengan panggilannya ke gue.
Rayi ga menjawab terus berlalu menuju motornya. Sejak beberapa bulan terakhir rayi mulai berani mengendarai motor, setelah meminta gue untuk duduk boncengan dibelakangnya.
Dia bilang lebih cepat dan simple menggunakan motor daripada harus menunggu dan menggunakan taksi.
“Bang kamu ga anter Rayi aja, Mama khawatir ini udah malem loh” sarannya sambil menatap gue.
“Gpp ma, Rayi kan dateng kesini juga sendirian, tenang aja aku pelan-pelan kok bawa nya” jawaban rayi membuat gue ga jadi menjawab pertanyaan mama.
“yaudh aku pulang yaa..” pamitnya kepada kami semua. Gue masih terus melihat punggungnya sampai dia berbelok di ujung jalan.
Rasanya malam itu begitu berat ngeliat Rayi pergi dari rumah, perasaan gue campur aduk antara khawatir dan sedih, biasanya diatas jam 9.00 malam dia putuskan untuk bermalam dirumah gue, tapi kali ini dengan panggilan gendut lalu malam ini pukul 9.20 malam dia putuskan pulang dan melarang gue untuk mengantar nya, sungguh suatu hal yang ANEH!.
“Ya allah jaga dia sampai dirumahnya” doa gue malam itu penuh kekhawatiran. Gue pun akhirnya masuk kedalam rumah menuju kamar.
gue rebahkan diri diatas kasur sambil terus memikirkannya, bener-bener rasa khawatir memenuhi kepala gue.
Jam menunjukan Pukul 12.00 Malam, gue belom juga dapet kabar. “Apa dia marah sama gue?” batin gue.
Lalu gue coba chat dia, “Kamu udh sampe mana? kok ga ngabarin aku sih? tanya gue dipesan singkat itu. Gue liat status chat gue cuma ceklis satu.
“Mungkin data nya dia matiin kali ya?” tanya gue sambil terus memperhatikan status pesan gue dilayar ponsel.
01.15 Dini Hari,
Rayi belom juga balas chat gue, statusnya tetap ceklis satu.
malam itu semakin khawatir sama keadaan dia, awalnya gue selalu menghilangkan pikiran negatif gue selama dia diperjalanan, sekarang semakin memaksa gue untuk mempercayai pikiran negatif itu. “Lo dimana Yi? jangan bikin gue khawatir gini! maafin klo gue bikin salah tadi” ucap gue didalem hati dengan rasa khawatir.
Gue beraniin untuk menelp nya,
“Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan”
“Nomor nya ga aktif lagi” batin gue dengan sedikit kesal.
“Ya allah semoga Rayi ga kenapa-napa, tolong lindungi dia” lagi-lagi gue cuma bisa berdoa.
Akhirnya malem itu gue ketiduran dengan perasaan gelisah sambil menggenggam hape gue.
Pagi nya gue liat beberapa panggilan dan chat masuk, panggilan itu dari kakaknya Rayi.
“Ping..”
“Ping..”
“Kamu dimana Dek?”
“Kakak mau ngasih kabar”
“Rayi kecelakaan ditabrak orang, sekarang lagi di UGD”
“Kamu kesini buruan.. Rayi kritis 😭😭😭”
“Kakak takut kenapa napa sama Rayi”
“Ping”
dan beberapa panggilan tidak terjawab. Gue liat terakhir kakaknya ngechat jam 04.55 Pagi.
Sekarang udah jam 9.00 pagi, gue telp buru-buru kakaknya rayi karna khawatir. tapi tlp gue ga diangkat-angkat, “Maaf ka baru bangun, trus keadaan Rayi gimana ka? di rawat di Rs mana?” pesan gue untuk kakaknya Rayi.
Gue bergegas mandi dengan niat selesai mandi akan langsung menuju rumah nya. Selesai mandi gue liat di layar hape gue, belom ada balasan dari kakaknya Rayi.
Gue putusin izin sama orang rumah, gue bilang Rayi kecelakaan dan gue mau besuk dia. Ibu gue terlihat syok mendengar kabar itu dan menyalahkan gue karna ga mau anter dia pulang malam itu. “Udah mama bilang, kenapa kamu ga paksa anter Rayi pulang malam itu, klo udah kaya gini siapa yang nanti disalahin?” ucap nya.
“Maaf ma..” cuma itu yang bisa gue ucapin, ibu ga tau betapa gue lebih menyalahkan diri gue sendiri, “kenapa gue ga nahan dia buat tidur dirumah aja semalem” sesal gue didalam hati.
Disepanjang perjalanan ga berhenti gue menyalahkan kebodohan gue sampai akhirnya dapat kabar kecelakaan itu.
“Bego banget gue”
“Sialan kenapa harus kaya gini sih!”
“Klo nanti kenapa-napa, gue ga bakal maafin diri gue sendiri”
“Gue sebagai pasangannya ga bisa ngejaga Rayi baik-baik”
dan umpatan lainnya didalam hati atas kejadian ini.
“Ddrrrttt.. ddrrttt..” Hape gue bergetar didalam saku celana, gue berhenti di tepi jalan, berharap itu panggilan dari kakaknya Rayi, ternyata benar sebuah chat whatsapp dari kakaknya.
“Kamu kerumah aja Dek..” balas nya.
Gue melanjutkan perjalanan dan sedikit mempercepat laju motor gue, karna gue udah tau harus kemana saat itu. “Sabar ya sayang, dikit lagi aku sampe, maafin aku” batin gue.
Setelah masuk melewati gerbang Perumahan nya di Kelapa Gading, gue liat beberapa orang sedang memasang bendera kuning dipojokan tiang listrik, pikiran gue semakin ga karuan. “Jangan-jangan.....” gue ga berani untuk mengucap apa yang ada dipikiran gue.
Sampai di tikungan rumahnya, dari kejauhan gue perhatikan beberapa orang lalu lalang didepan rumah Rayi, ada yang memasang tenda dan meletakan bangku- bangku lipat berurutan.
Gue parkirkan kendaraan, dan gue coba berjalan memasukin pagar rumahnya. Kaki terasa berat buat ngelangkah, beberapa orang berbisik melihat kedatangan gue, ada juga teman-teman Rayi yang gue kenal berkumpul disana, ada yang menangis juga.
“Sabar ya Nak, mungkin ini emang udah jalannya” seseorang menepuk punggung gue.
Gue menoleh kesumber suara, itu Daddy nya Rayi. Wajah nya nampak sedih dan terlihat matanya membengkak akibat menangis mungkin.
“Ini kenapa Pak? mana Rayi?” tanya gue untuk memastikan apa yang gue pikirkan dengan dari tadi.
“Sini ikut Daddy..” jawab nya sambil berjalan duluan lalu gue mengekor dari belakangnya.
Ga lama kami sampai didepan Rayi, gue liat dia lagi tiduran diatas kasur yang beralaskan tiker, seperti biasa terlihat cantik walau dia sedang tertidur pulas.
Daddy menyuruh gue duduk, tepat disebelah kakak nya Rayi.
“Kak maaf ya semalem..” sapa gue ke Kakaknya Rayi, tangan nya memegang paha gue membuat gue berhenti melanjutkan penjelasan semalam ga angkat telpnya.
“Semalem Rayi nungguin kamu dek..” jawabnya sambil membuang napas berat, “Dia bilang, makasi selama ini udah ngebimbing dia selama ini. Udah bikin dia bahagia, nemenin dia disaat dia butuh kasih sayang dari ibu, kamu laki-laki yang paling dia sayang setelah Daddy Dek..” ucapnya sambil menangis mengingat pesan yang diberikan Rayi.
Gue cuma bisa terdiam, mendengar semua kalimat yang diucapkan Kakaknya Rayi, suaranya yang bergetar menahan kesedihan dan air mata membuat gue ga kuasa menahan tangis. Air mata mulai menetes perlahan, bahkan sampai hari ini gue masih belom mampu untuk membahagiakan Rayi, menemani disaat dia terluka aja gue ga ada!, pacar yang seperti apa gue ini.
Gue pandang indah wajahnya, gue usap keningnya, dia tertidur tenang, dia terap terlihat cantik dengan kain putih yang membungkus tubuhnya, biar kulitnya terlihat sudah membiru dan dipenuhi oleh kapas. “Kamu tetep jadi Kesayangan aku Rayi” bisik gue ditelinganya.
Dan hari ini tanggal 08 September 2019,
entah ini kue ulang tahun yang keberapa yang terus gue beli setiap tahunnya, biasanya kita ngerayain bareng, kamu selalu disamping aku untuk meniup lilin yang sudah aku pasang.
kamu tersenyum dan berdoa dengan mata tertutup, dan aku selalu penasaran tentang doa mu yang selalu kamu sembunyikan, ga pernah kamu kasih tau aku. (kamu rese banget. tau ga!)
Hari ini aku duduk ditempat biasa kita duduk, dan aku sendirian. Ga ada lagi yang meniup lilin ini, ga ada lagi yang tertawa dan berdoa disamping aku.
hari ini cuma ada aku dan kue ulang tahun kamu!.
kamu udah tinggalin aku dan hati aku yang kamu bawa pergi.
Kamu jahat!
ketika aku udah kerja lagi, kamu malah ga ada, buat apa aku kerja klo hasilnya ga bisa bahagiain kamu??!
sampe hari ini, aku ga pernah lagi buka hati aku, ini cuma buat kamu. Terima kasih, Sayang!
udah bikin warna baru dihidup aku 💔.
Spoiler for Tunggu aku yah:
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~TAMAT~
Semoga bisa diambil pelajaran berharga dari pengalaman ini ya.
terima kasih sudah mau membaca
Semoga bisa diambil pelajaran berharga dari pengalaman ini ya.
terima kasih sudah mau membaca
aripindoank dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup