Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

auto.debus666Avatar border
TS
auto.debus666
Ratusan Mualaf Kota Padang Terima Bantuan Paket Lebaran dari ACT Sumatera Barat

240 Muallaf Kota Padang Terima Bantuan Paket Lebaran dari ACT Sumbar, Rabu (20/5/2020) 

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rima Kurniati

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat (Sumbar) menyerahkan bantuan berupa Paket Lebaran Mualaf 1441 H/2020 kepada sebanyak mualaf di Kota Padang, Provinsi Sumbar.

Penyerahan bantuan ini dilakukan secara simbolis oleh Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah di Ruang Abu Bakar Ja'ar Balai Kota Padang, Rabu (20/5/2020).

Kepala Cabang ACT Sumbar Zeng Wellf mengatakan Ramadan kali ini ACT mengambil inisiatif berbagi kepedulian bersama para mualaf di Kota Padang.

Lanjutnya, sebanyak 240 orang mualaf menerima paket lebaran, berupa beras 10 kg, minyak goreng dan gula pasir.

"Semoga paket lebaran yang merupakan sumbangan dari para donatur ini, dapat membantu saudara-saudara yang mualaf di Padang," kata Zeng Wellf, Rabu (20/5/2020).

Zeng Welf berharap para muallaf tetap istiqamah dan memiliki pendirian yang kuat untuk menegakkan dan mempelajari Islam dan sebagainya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Da'i Peduli Muallaf Kota Padang, Muhammad Esra Karo-karo mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan dari ACT Sumbar.

"Kami berharap, mudah-mudahan aksi mulia ini selalu berkelanjutan dan semuanya saling bersinergi untuk kita para mualaf yang ada di Kota Padang," ujar Muhammad Esra. (TribunPadang.com/Rima Kurniati)

source: https://padang.tribunnews.com/2020/0...sumatera-barat

Alhamdulillah
entop
kayakayak
kayakayak dan entop memberi reputasi
0
1.1K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
istri.pedopilAvatar border
istri.pedopil
#6
alhamdulilah nambah teman merenung seumur hidup bu ely sebanyak 240 org emoticon-Leh Uga

kasian kedua org tuanya

kek bu ely yg cuma bisa menghibur diri seumur hidupnya

https://tirto.id/efSK     

Ely sesenggukan mengisahkan ibunya yang sakit, “Kasihan Nenek. Umurnya mungkin enggak lama lagi tapi dia harus ngalamin ini.”

Ibunya, yang ia panggil Nenek, berusia 80 tahun. Dua tahun terakhir Nenek sakit-sakitan. Kepayahan berjalan. Kakinya ngilu. Pinggangnya nyeri. Beberapa kali masuk rumah sakit, dokter cuma bilang penyakitnya adalah penyakit orang tua.

Nenek memutuskan tinggal bersama Ely, anak bungsunya. Nenek menjual rumahnya karena enggan tinggal sendiri dan kesepian. Membagi hasil penjualan rumah-memuat-kenangan-lebih-dari-50-tahun kepada empat anaknya, menyisihkan sedikit untuk disimpan—jaga-jaga buat pesta pemakaman.




Ely menyambut Nenek dengan gembira, betapapun keputusan itu jauh lebih kompleks dari kelihatannya.

Pertama, ia harus minta izin suaminya—dan ini bukan perkara mudah. Nenek dan suami Ely tidak terlalu akur meski mereka terlihat bertegur sapa saat tinggal di satu atap.

Kedua, Nenek beragama Kristen, sementara Ely dan keluarganya beragama Islam. Ini perkara lebih kompleks. Selain kepada suami, Ely harus mengantongi izin tiga saudara kandungnya yang beragama Kristen. Singkat cerita, Nenek tinggal bersama Ely selama enam-tujuh bulan, sebelum konflik itu datang.

Ely cekcok dengan suaminya. Sang suami yang religius merasa risih dengan mertua beda agama.“Mungkin dia juga masih dendam karena pada awal-awal pernikahan kami sering dapat perlakuan enggak enak dari Nenek,” kata Ely.

Nenek yang tahu diri akhirnya pamit ke rumah abang Ely.

Sayangnya, hubungan Ely buruk dengan abangnya. Jadi, ia cuma beberapa kali mengunjungi Nenek terutama ketika ibunya dibawa ke rumah saudaranya yang lain.

Sejak memutuskan pindah agama pada usia 20 tahun, dan sebentar lagi merayakan usia ke-49 pada tahun ini, perjalanan spiritual Ely bukanlah bak jalan tol yang mulus melainkan seperti air laut—bergelombang; pasang dan surut.

Sebelum masuk Islam dan menikah, Ely kabur dari rumah, dua tahun tak pernah bertemu Nenek sampai anaknya pertama Ely berusia enam bulan.

Meski akhirnya berbaikan, permasalahan beda agama sering memantik konflik. Pada awal-awal pernikahan, suaminya melarang Ely berlama-lama jika bertandang ke rumah Nenek. “Enggak baik. Kita sudah beda agama. Nanti ibadahmu susah, makanmu juga mesti dijaga,” kata Ely, mengulangi nasihat suaminya bak doktrin bertahun-tahun.

Konflik itu tak cuma antara Ely dan orang terdekatnya tapi dengan batin sendiri. Satu dekade kemudian, anak sulungnya pernah menemukan Ely pingsan sehabis salat magrib. Ely selalu menangis sampai lemas, tak sadarkan diri, bingung bagaimana mendoakan mendiang ayahnya yang baru saja meninggal.

Ayah mertua Ely yang seorang muslim pernah berkata doa seorang muslim tak akan sampai kepada orang selain Islam.


Ely gelisah. Sulit membayangkan ayahnya yang Kristen akan diperlakukan sebagaimana keyakinannya yang baru memperlakukan orang selain Islam. Ely meyakini ayahnya orang baik. “Dia pendiam, enggak pernah marah. Orang paling lemah lembut,” kata Ely.

Secara spiritual, ia meyakini janji-janji Allah dalam Alquran dan, demi menenangkan diri, ia percaya Tuhan itu Mahabaik.

Kegundahan spiritual itu lama dipendamnya. Ia takut bertanya kepada ustaz atau ustazah karena cemas mendengar jawaban yang tak ingin didengarnya. Maka, diam-diam, ia meyakini “Tuhan itu Mahabaik.” Menyerahkan urusan sampai-atau-tidaknya doa yang ia panjatkan untuk mendiang ayahnya kepada Tuhan semata.

pheeroni
qavir
qavir dan pheeroni memberi reputasi
2
Tutup