Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

auto.debus666Avatar border
TS
auto.debus666
Jalan Panjang Eks Pebulutangkis Maria Febe Jadi Mualaf: Senang Dengar Adzan
Jalan Panjang Eks Pebulutangkis Maria Febe Jadi Mualaf: Senang Dengar Adzan
Mantan pebulutangkis nasional Maria Febe Kusumastuti. [Instagram@mariafebe13]
Maria Febe Kusumastuti resmi pindah agama ke Islam dan jadi mualaf pada 2013.

Suara.com - Perjalanan panjang penuh pergolakan batin harus dijalani Maria Febe Kusumastuti saat memutuskan memeluk Islam. Banyak pertentangan yang harus dihadapinya.

Salah satunya dari keluarga. Namun ia mantap berpindah agama dan resmi menjadi mualaf pada 2013 silam.

Maria Febe Kusumastuti mengaku sudah tertarik dengan agama Islam sejak kecil.
Terlahir dari keluarga beragama Kristen, wanita kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, 30 September 1989 itu sejak kecil antusias bila mendengar suara adzan dan orang mengaji.

"Sebenarnya waktu kecil saya senang dengar orang adzan, penasaran. Cuma dahulu orang tua saya kental agamanya, jadi cuma berlalu begitu saja," kata Maria Febe saat dihubungi Suara.com, Selasa (19/5/2020).

Jalan Panjang Eks Pebulutangkis Maria Febe Jadi Mualaf: Senang Dengar Adzan
Pebulutangkis tunggal putri Indonesia, Maria Febe Kusumastuti. [Antara/Wahyu Putro]

Mengucap Syahadat
Saat masuk Pelatnas PBSI, ketertarikan Maria Febe akan Islam tak luntur.
Interaksinya dengan teman-teman muslim, membuat dirinya kian yakin untuk memeluk Islam.

"Seiring jalannya waktu saya di Pelatnas, saya lihat teman-teman saya pada salat Tarawih, salat berjamaah. Saya senang lihatnya, adem," kenang Maria Febe.

"Lalu pada 2013, saya mengucapkan (dua) kalimat syahadat, meskipun saat itu orang tua belum tahu," ungkapnya.

Akhirnya, Maria Febe Kusumastuti masuk Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat lewat bantuan temannya sesama atlet Pelatnas PBSI.

Lewat perantara seorang ustaz, Maria Febe Kusumastuti menjadi mualaf.
"Teman saya punya kakak, seperti ustaz. Terus saya mengucapkan kalimat syahadat sama dia," kata eks pebulutangkis tunggal putri tersebut.

Jalan Panjang Eks Pebulutangkis Maria Febe Jadi Mualaf: Senang Dengar AdzanMantan pebulutangkis nasional Maria Febe Kusumastuti dan sang suami Andrea Adistia. [Instagram@ndreiadistiaa]

Tanpa Paksaan Masuk Islam
Maria Febe menampik jika keputusannya masuk Islam karena kisah cinta terhadap eks pebulutangkis nasional yang kini jadi suaminya, Andrei Adistia.

Juara Australia Open 2009 itu mengungkapkan bahwa ketertarikannya terhadap Islam tanpa paksaan dan muncul jauh sebelum akhirnya menikah dengan Andrei pada 2017.

"Mereka tahunya karena suami, padahal saya sudah mengucapkan kalimat syahadat sejak 2013," tegas Maria Febe Kusumastuti.

source: [url]https://www.suara.com/sport/2020/05/19/194318/jalan-panjang-eks-pebulutangkis-maria-febe-jadi-mualaf-senang-dengar-adzan [/url]


Alhamdulillah

materaitempel
decodeca
devilkillms
devilkillms dan 7 lainnya memberi reputasi
6
3.1K
43
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
istri.pedopilAvatar border
istri.pedopil
#8
Quote:



alhamdulilah nambah teman merenung seumur hidup bu ely emoticon-Leh Uga

kasian kedua org tuanya

kek bu ely yg cuma bisa menghibur diri seumur hidupnya


https://tirto.id/efSK     

Ely sesenggukan mengisahkan ibunya yang sakit, “Kasihan Nenek. Umurnya mungkin enggak lama lagi tapi dia harus ngalamin ini.”

Ibunya, yang ia panggil Nenek, berusia 80 tahun. Dua tahun terakhir Nenek sakit-sakitan. Kepayahan berjalan. Kakinya ngilu. Pinggangnya nyeri. Beberapa kali masuk rumah sakit, dokter cuma bilang penyakitnya adalah penyakit orang tua.

Nenek memutuskan tinggal bersama Ely, anak bungsunya. Nenek menjual rumahnya karena enggan tinggal sendiri dan kesepian. Membagi hasil penjualan rumah-memuat-kenangan-lebih-dari-50-tahun kepada empat anaknya, menyisihkan sedikit untuk disimpan—jaga-jaga buat pesta pemakaman.




Ely menyambut Nenek dengan gembira, betapapun keputusan itu jauh lebih kompleks dari kelihatannya.

Pertama, ia harus minta izin suaminya—dan ini bukan perkara mudah. Nenek dan suami Ely tidak terlalu akur meski mereka terlihat bertegur sapa saat tinggal di satu atap.

Kedua, Nenek beragama Kristen, sementara Ely dan keluarganya beragama Islam. Ini perkara lebih kompleks. Selain kepada suami, Ely harus mengantongi izin tiga saudara kandungnya yang beragama Kristen. Singkat cerita, Nenek tinggal bersama Ely selama enam-tujuh bulan, sebelum konflik itu datang.

Ely cekcok dengan suaminya. Sang suami yang religius merasa risih dengan mertua beda agama.“Mungkin dia juga masih dendam karena pada awal-awal pernikahan kami sering dapat perlakuan enggak enak dari Nenek,” kata Ely.

Nenek yang tahu diri akhirnya pamit ke rumah abang Ely.

Sayangnya, hubungan Ely buruk dengan abangnya. Jadi, ia cuma beberapa kali mengunjungi Nenek terutama ketika ibunya dibawa ke rumah saudaranya yang lain.

Sejak memutuskan pindah agama pada usia 20 tahun, dan sebentar lagi merayakan usia ke-49 pada tahun ini, perjalanan spiritual Ely bukanlah bak jalan tol yang mulus melainkan seperti air laut—bergelombang; pasang dan surut.

Sebelum masuk Islam dan menikah, Ely kabur dari rumah, dua tahun tak pernah bertemu Nenek sampai anaknya pertama Ely berusia enam bulan.

Meski akhirnya berbaikan, permasalahan beda agama sering memantik konflik. Pada awal-awal pernikahan, suaminya melarang Ely berlama-lama jika bertandang ke rumah Nenek. “Enggak baik. Kita sudah beda agama. Nanti ibadahmu susah, makanmu juga mesti dijaga,” kata Ely, mengulangi nasihat suaminya bak doktrin bertahun-tahun.

Konflik itu tak cuma antara Ely dan orang terdekatnya tapi dengan batin sendiri. Satu dekade kemudian, anak sulungnya pernah menemukan Ely pingsan sehabis salat magrib. Ely selalu menangis sampai lemas, tak sadarkan diri, bingung bagaimana mendoakan mendiang ayahnya yang baru saja meninggal.

Ayah mertua Ely yang seorang muslim pernah berkata doa seorang muslim tak akan sampai kepada orang selain Islam.


Ely gelisah. Sulit membayangkan ayahnya yang Kristen akan diperlakukan sebagaimana keyakinannya yang baru memperlakukan orang selain Islam. Ely meyakini ayahnya orang baik. “Dia pendiam, enggak pernah marah. Orang paling lemah lembut,” kata Ely.

Secara spiritual, ia meyakini janji-janji Allah dalam Alquran dan, demi menenangkan diri, ia percaya Tuhan itu Mahabaik.

Kegundahan spiritual itu lama dipendamnya. Ia takut bertanya kepada ustaz atau ustazah karena cemas mendengar jawaban yang tak ingin didengarnya. Maka, diam-diam, ia meyakini “Tuhan itu Mahabaik.” Menyerahkan urusan sampai-atau-tidaknya doa yang ia panjatkan untuk mendiang ayahnya kepada Tuhan semata.

Quote:


cahaya bagi org lain ? baca kidah di atas


blom tau lo .. berteman baik saja tidak boleh apalagi jadi cahaya

mimpi lo ketinggian emoticon-Leh Uga
entop
serapionleo
serapionleo dan entop memberi reputasi
2
Tutup