nursalim84Avatar border
TS
nursalim84
"Lebih Cantik Dari Bidadari Syurga"


Siang itu diriku disibukkan di airport karna menunggu teman lama ku datang dari luar pulau ketika diriku sedang asyik mengobrol dengan teman ku via chat untuk janjian ketemu,karna pesawat yang doi tumpangi sudah mendarat,saking asyik nya diriku tak menyadari seseorang di depan ku hingga terjadilah "BRUUKKK...!" badan ku menubruk seorang wanita yang ada didepan ku.

"aduh...!"desah wanita tersebut

"eh maaf...maaf Mbak"ujar ku

Wanita tersebut berbalik kearah ku,dan yang membuatku terdiam adalah pandangan pertama ku ketika melihat wanita yang didepanku ternyata dirinya bercadar hanya terlihat matanya saja,tak ada celah sedikitpun keculai matanya yang bisa aku pandangi.

"Mas kalau jalan matanya kedepan jangan ke hp terus,masa orang berhenti di tabrak"sahutnya

"maaf Mbak,bukan maksud aku sengaja menabrak aku lagi sibuk mau ketemu teman yang janjian disini"

Wanita tersebut hanya memandangi ku sebentar kemudian berlalu dari hadapan ku,aku sendiri begitu malu karna akibat kecerobohan ku membuat diriku bersentuhan dengan wanita yang bukan mahrom aku.

"Assalamu'alaikum Be"suara dari belakang ku mengejutkan ku

"eh Wa'alaikumsalam"sahut ku

"ahlan wa sahlan,gimana kabar mu?"tanya nya

" khair...khair...Kamu gimana?"

"Aku baik juga Brow"ujar ku namun pandangan ku alihkan lagi kearah wanita bercadar yang barusan ku tabrak ternyata sudah menghilang dari pandangan ku

"heh...Kamu nyari siapa Be?"tanyanya heran kepadaku

"enggak,itu loh?"

"itu siapa?"

"tadi kan Aku lagi chat Kamu,enggak sengaja nabrak akhwat bercadar"ujar ku menjelaskan

"wah wah Kamu ini kayaknya penasaran banget sama tuh Akhwat,hati hati loh bisa cinta pada pandangan pertama"canda teman ku sebut saja Abdillah

"apaan sih Dil,mana bisa lah Aku cinta orang lihat wajahnya aja enggak bisa cuman matanya doang"bela ku

"tapi rasa penasaran Mu itu yang bisa bisa membuat penyakit di hati,udah ah yuk enggak usah mikirin yang enggak enggak"ajaknya

Sebeneranya perkataan Abdillah memang benar semenjak insiden kecil barusan hati ku benar penasaran dengan wanita dibalik cadar tersebut,meskipun pertemuan kami terbilang singkat namun sukses membuat diriku bertanya tanya siapa kah gerangan dirinya?apakah bisa aku bertemu dengannya kembali?jujur aku sangat mengidam idamkan memiliki istri yang pandai menutup diri seperti berhijab panjang juga bercadar.

Aku bersama Abdillah lalu berjalan menuju Bus bandara yang akan mengantar kami keterminal dan dari terminal lalu kami melanjutkan kearah desa tempat dimana aku tinggal,desa yang sangat jauh dari hiruk pikuk Ibu kota.

Abdillah sebenernya adalah teman satu kampung dengan ku juga teman satu SMA namun semenjak lulus sekolah dan diterima di perusahaan pertambangan diseberang pulau dirinya pulang hanya 3 bulan sekali.

Diperjalanan Abdillah nyeletuk

"Be kamu kapan nikah?"

"yah kamu nanya kapan aku nikah,seharusnya aku yang nanya kapan kamu nikah?udah sukses di pulau seberang masa belum nikah juga"tanya ku balik

"aku sebentar lagi Be,ini aku pulang karna bakal di kenalin sama wanita pilihan Bapak ku,rencana kalau cocok cuti kedepan aku menikahinya"

"wih mantap kawan,moga sukses deh Kamu"sahut ku

"makanya sekarang aku tanya kamu Be,umur udah 19 tahun masa belum nikah juga"

"yah aku masih nyari kerjaan dulu Dil,kamu kan tau kerjaan ku hanya memelihara sapi dan kambing punya Ayah ku,selain itu ikut paman ku kesawah,lagian masih terlalu muda Dil bagi ku untuk nikah"

"yah terlalu sempit pikiran kamu Be,nikah itu ibadah dan Allah menjamin kepada pemuda yang ingin menikah,fitnah wanita itu besar kalau Kamu enggak segera menikah bakal kena fitnah loh kaya sewaktu dibandara barusan"candanya

Benar juga apa yang dibilang oleh Abdillah karna nikah itu enggak nunggu umur kita tapi nunggu kapan kita siap,karna dalam Agama ku menganjurkan bagi para pemuda untuk menikah karna menikah bisa menundukan pandangan juga kemaluan,namun pernikahan juga butuh dana sedangkan aku sendiri masih nganggur belum kerja,sedangkan Ayah ku melarang ku bekerja di luar kota dikarnakan takut aku bisa terkontaminasi pergaulan kota yang sudah mulai mengikuti gaya hidup di barat.

Bisa di maklumi aku sedari kecil di didik dengan keras masalah Agama karna Ayah dan Ibu ku sangat menjunjung tinggi sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari hari,jangan kan pacaran mengenal seorang wanita pun aku belum pernah,aku disekolahkan di sekolah Agama yang jauh dari kata berkhalwat dengan wanita karna disekolahku lelaki semua enggak ada yang wanita.

Setelah mengantarkan Abdillah kerumahnya lalu aku pulang kembali kerumah,karna waktu sudah menunjukan waktu sore hari waktu nya untuk ku mencari rumput dan daun nangka untuk makanan sapi dan kambing punya Ayah.

Setelah sampai dirumah aku melihat sepertinya ada tamu yang datang karna sandal dan sepatu yang enggak ku kenali pemiliknya,saat masuk rumah aku lalu mengucap salam

"Assalamu'alaikum"ujar ku sembari masuk

"wa'alaikumsalam"sahut 4 orang yang ada diruang tamu yang dua dari Ayah dan Ibu ku yang dua lagi sepasang suami istri yang entah siapa sepertinya teman akrab Ayah ku

Aku masuk sembari memberikan senyum ku kepada tamu tersebut dan melanjutkan berjalan kearah dapur untuk mengambil peralatan mencari rumput,saat hendak melewati mereka tiba tiba Ayah ku memanggil

" Be mau kemana?ada tamu kok di lewatin gitu aja,duduk sini"pinta Ayah

"tapi Yah waktunya mencari rumput kan?"

"udah duduk dulu sebentar,teman Ayah mau kenalan sama kamu"ujar beliau sedikit memaksa

Akhirnya aku pun menuruti kehendak Ayah dan duduk disampingnya sembari tertunduk

"oh ini Mas yang namanya Abe?"ujar teman Ayah

"iyah yang kamu lihat dulu masih bayi sekarang udah gede"

"Nak Abe sekarang umurnya berapa?"tanya teman Ayah

"19 tahun om"sahut ku

"wah cocok Buk anak kita 18 tahun"bisik teman Ayah kepada istrinya

Entah maksud dari pembicaraan" cocok" itu apa aku masih bertanya tanya dan apa hubungan ku dengan anak beliau yang berbeda dengan ku satu tahun

"Nak Abe target nikah umur berapa?"tanya teman Ayah

"wah kalau ditanya nikah masih belum kepikiran Om,kerjaan aja belum punya"jawab ku sekenanya

"terus sehari hari kamu kerjanya ngapain?"

"yah cari rumput buat pakan ternak,kesawah bantu paman"jawabku

"itu kerja namanya Nak,kalau tidur seharian enggak ngapa ngapain namanya pengangguran"

Aku hanya menganggukkan kepala tanpa berani memandang kearah teman Ayah,

"maaf Om mau tanya soal ibadah apakah Nak Abe sholatnya 5 waktu?"

"Insya Allah Om"sambil menganggukkan kepala

"dimasjid?"tanya Beliau lagi

"Insya Allah Om"lagi lagi kata itu yang terlontar dari mulutku

"wAh cocok Mas jadi mantu kita"bisik istri Beliau

Meskipun dengan pelan istri teman Ayah berbisik kesuaminya namun tetap aja aku mendengarnya dan kata kata "Mantu" tersebut membuatku sedikit shock antara penasaran dan heran aku bergumam

"kenapa harus aku?siapa juga wanita yang mau menikah dengan pria desa seperti ku?dan kenapa teman ayah begitu ngotot menanyakan soal pribadi ku?"

Begitu banyak pertanyaan yang mengganjal dalam benak ku,ayah ku yang biasanya kedatangan teman karibnya biasa aja ketika aku lewat di hadapan beliau dan kali ini diriku malah di suruh memperkenalkan diri di hadapan teman Beliau,ketika aku sedang berpikir tiba tiba teman Ayah berbicara sesuatu yang membuat aku terkejut dan tidak percaya,beliau berkataQuote:"Nak Abe apakah Kamu siapa menikah dengan Anak Om?"

"terdiam tanpa bisa berkata apa apa"

"kalau Nak Abe siap,besok kerumah Om yah,nanti Om pertemukan dengan Anak Om"

"Menikah?dengan Anak beliau?GILA barusan tadi siang aku membicarakan tentang pernikahan dengan Abdillah dan sekarang tanpa diduga aku akan dijodohkab dengan anak teman Ayah?mimpi apa aku semalam?"bathin ku


Spoiler for index:
Diubah oleh nursalim84 26-05-2020 11:27
kadalbuntingzzz
arysasby
manik.01
manik.01 dan 23 lainnya memberi reputasi
22
17.4K
166
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
nursalim84Avatar border
TS
nursalim84
#65
Part 49
3 bulan setelah kejadian Wulan pergi dari rumah kehidupan rumah tangga ku kembali berangsur baik, namun ada satu sifat dari Wulan yang tak kusukai yaitu sedikit jorok, setiap dirinya makan cemilan sisa sampahnya pasti berserakan di atas ranjang, kadang sampai numpuk di kolong ranjang.

Sengaja ku biarkan karna aku yakin pasti dirinya akan membersihkan sisa sampah bekas cemilannya, namun hingga tiga hari tak kunjung jua dirinya mau membersihkan kamar malah cuek dan membiarkan sampah sampah berserakan dimana mana, karna habis kesabaran aku pun menegurnya dengan lembut.

"Sayang" sapa ku sembari duduk disampingnya.
"Hmm..." sahutnya tanpa melihatku.
"Udahan dulu main hpnya, yuk kita bersih bersih kamar".
"Nanti ah Bi, lagi asyik nih nonton film" sedikit memelas.
"Sudah 3 hari loh yank, kamu ndak risih apa?".
"Bentar lagi deh, nanggung nih lagi seru serunya".

Diriku menghela nafas panjang sembari menggelengkan kepala melihat kelakuan Wulan yang sedikit malas masalah kebersihan, kemudian ku beranjak dari ranjang dan berjalan menuju ruang tamu.

Kusandarkan tubuhku di sofa sembari mengecek jualan ku di instagram namun tak jua ada orderan yang ku terima, hp pun ku letakkan di atas meja sembari mengusap wajahku ku bergumam "kenapa sikap Wulan akhir akhir ini sedikit malas?, dulu awal dia datang kerumah ini kalau ada sampah sedikitpun pasti dengan cekatan membuangnya ketempat sampah, namun sekarang semakin sembrono bahkan debu di lantai pun makin menembal tak ada inisiatif untuk membersihkannya".

Bukan bermaksud merendahkan wanita tapi wanita itu pekerjaan dan tanggung jawabnya dirumah sangat lah besar seperti melayani suami, membuat rumah nyaman, mengurusi anak, 24 jam hidupnya tak ada istirahatnya, pekerjaan yang berat dari pada pekerjaan laki laki yang hanya berangkat pagi pulang sore.

Namun berbeda terbalik dengan Wulan yang terkesan sedikit santai dan sibuk dengan gadgetnya, bahkan betah sampai seharian tidur diranjang sambil memandang gadgetnya sampai terkadang Annisa nangis namun tak jua dia gubris hingga aku sendiri yang turun tangan untuk bekerja membersihkan rumah hingga menenangkan Annisa ketika rewel.

Setelah selesai sholat maghrib di masjid dekat komplek aku berjalan bebarengan dengan Bapak Bapak yang rumahnya berdekatan dengan rumah ku, sedang berjalan santai Zubair ngobrol santai dengan orang disampingnya, yang ku dengar obrolan mereka seperti membanggakan istri mereka seperti jago memasak, jago bebersih rumah dan tak ada satu debu pun yang menempel dirumah kecuali akan dibersihkannya.

Diriku yang mendengarkan obrolan mereka sedikit ada rasa iri, jangan kan memasak atau bersih bersih rumah, istriku malah selalu sibuk dengan Hpnya.
Ku menghela nafas panjang sembari terus berjalan mendengarkan orang orang disamping ku terus mengobrol.

"Be, antum baik baik aja kah?" Sapa Zubair.
"Baik kok" berusaha tersenyum
"Tapi tak liatin dari tadi Antum diem aja, dan kayak nya muka Antum juga sedikit lelah gitu".
"ah enggak kok Akhi, Ana baik baik aja, mungkin memang lelah sedikit" jawab Ku.
"Thoyyib, kalau gitu Ana duluan masuk rumah yah, oh iya kalau lelah minta pijet tuh sama istrinya" sembari cengengesan.

Diriku hanya sedikit tersenyum kepadanya kemudian melanjutkan berjalan menuju kerumah yang tak jauh dari rumah Zubair, saat membuka pintu masuk rumah kududuk kan diriku di sofa sembari melihat lihat ruangan dirumah ku ternyata tempat sampah dekat dapur sudah penuh hingga tak mampu lagi menampung sampai jatuh kelantai.

Aku pun berjalan menuju kamar dimana Wulan masih tiduran di atas ranjangnya, sembari duduk disampingnya tangan ku mengusap ubun ubunnya seraya berkata.

"Yank, sudah sholat?".
"Sudah" jawabnya.
"Bantuin Aku yuk bersih bersih rumah?".
"Nanti lah Bi, abis isya deh aku bersihin".
"Kenapa harus nunggu isya?".
"Karna filmnya belum habis".
"Daripada Kamu nonton film kenapa ndak baca Al Quran aja agar waktunya enggak mubajir dan dapet pahala".
"Aduuuhh Bi, nanti aja lah nanggung nih lagi seru serunya".

Tanpa ku jawab argumennya Diriku beranjak darinya berjalan menuju kearah dapur kemudian mengambil kresek besar lalu menumpahkan tong sampah yang berisi banyak sampah menumpuk kemudian mengeluarkannya diteras rumah, kalau menunggu dirinya bangkit bisa bisa jadi hutan lama lama ini rumah.

Setelah sholat Isya Ku bersegera berjalan menuju kerumah berharap Wulan sedang bersih bersih dan Aku bisa membantunya namun harapan itu sirna ketika melihatnya malah tertidur di atas ranjang dengan bungkus camilan masih berserakan
disekitar tubuhnya, dengan menghela nafas panjang Aku pun mendekatinya sembari memunguti sampah sampah yang ada disekitarnya sembari bergumam "kok bisa kamu ini tidur di antara tumpukan sampah bekas camilan".

Setelah selesai membersihkan rumah aku duduk sembari melepas lelah namun tak berselang lama terdengar tangisan Annisa, Aku pun bersegera menghampirinya, ternyata Annisa sedang BAB, dengan cekatan Aku pun mengganti popoknya kemudian membuatkan susu di dot agar Annisa terdiam.

Kemudian aku membuatkan susu untuk Annisa, pandangan ku toleh kan kearah kamar dimana Wulan masih tetap pada posisi tidurnya, padahal tangisan Annisa sangat Cumiak kan telinga namun Wulan tak jua kunjung bangun.

Setelah menenangkan Annisa, Aku pun bersandar di tempat tidur Annisa yang kecil sambil tangan ku mengelus kepalanya "sabar yah Nak, Ibu tirimu mungkin tidak mendengar panggilanmu, dan doakan yah semoga Ibumu cepat sadar dari sifatnya"

Keesokan harinya aku mendudukan Wulan di ruang tamu, aku tak ingin berdosa membiarkan Istriku melalaikan kewajibannya sebagai seorang Ibu dan Istri.

"Lan" tegurku.
"Iyah" jawabnya sambil memandang Hp.
"bisa taruh sebentar ndak Hpnya? Aku mau ngomong".
"Ngomong aja Bi". Masih sibuk dengan Hpnya.
"Istri Sholeha itu kalau di panggil Suami sami'na wa atho'na walau sesibuk apapun".
"Iya iya kenapa sih Bi" sembari
meletakkan Hpnya di atas meja.
"Alhamdulillah ya gitu kalau di panggil suami mbok noleh, bukan liatin Hpnya, suamimu itu hp atau manusia?".
"Yah manusia lah, enggak ada pertanyaan yang lebih aneh lagi apa selain itu?" Ucap Wulan sebal.
"Abisnya akhir akhir ini kamu sibuk dengan Hp, suami kamu cuekin, rumah enggak ke urus, anak nangis kamu malah tidur?".
"Terus aku mesti gimana sih Bi?".
Sambil tersenyum ku belai pipinya "jadilah Ibu dan Istri yang baik sayang".
"Yah kalau Aku bukan yang terbaik buat mu dan anak mu cari yang lain aja" sembari mengambil hpnya.
Aku menggela nafas panjang sembari berkata "bukan begitu caranya menyelesaikan masalah sayang, kalau kamu capek kan aku bisa ikut membantu meringan kan urusan rumah, kita bisa bagi tugas kok".
"Udah ah aku capek mau kekamar" ucapnya tanpa memperdulikan ku.

Aku mengelus dada sembari beristighfar "ampuni dosa dosa ku Ya Rabb atas ketidak mampuan ku mendidik istriku"gumam ku dalam hati.

Karna penat dirumah aku pun membawa Annisa tak lupa membawa gendongannya dan pergi berkendara ketempat yang disukai Ibundanya dulu yaitu taman bunga di alun alun kota, setelah sampai aku pun duduk di kursi dimana dulu kursi ini tempat ku dan Aisyah duduk bareng.

Suasana ditempat itu ramai dengan pengunjung yang sedang duduk bersama keluarganya bercengkrama bersama, ada yang sedang duduk berdua menikmati bunga bunga yang sedang mekar di taman namun tidak dengan diriku yang berdua dengan Annisa, walau ramai dengan manusia yang lalu lalang tetap Aku merasa taman ini begitu sunyi tanpa Aisyah, taman ini sunyi tanpa canda guraunya, dan terasa gersang tanpa senyumannya yang selalu melekat dalam ingatan.

"Andai Ibumu masih ada Nak, mungkin engkau akan melihat taman ini begitu indah karna senyuman Ibundamu yang menghiasi bunga yang sedang bermekaran".

Aku pun beranjak mendekati bunga bunga yang bermekaran bersama Annisa yang masih dalam dekapan ku, tiba tiba telunjuk Annisa menunjuk satu bunga berwarna merah, bunga yang dulu pernah Aisyah pegang.

Aku memetiknya kemudian mendekatkan ke wajah Annisa, ternyata Annisa kegirangan sembari tangannya menyentuh bunga tersebut dan berusaha menciumnya, aku lalu bergumam "lihatlah bidadari kecil kita Syah dia tau bunga yang Ibunya sukai, kalau saja dirimu ada di dekat kami sekarang mungkin saja kebahagiaan itu akan lebih sempurna".
ipung1976
emangon
i4munited
i4munited dan 3 lainnya memberi reputasi
4