mahadev4Avatar border
TS
mahadev4
BALUNG KUKANG
"BALUNG KUKANG (the origin)"

By Shepia



Selamat membaca ...
Diubah oleh mahadev4 31-05-2022 11:12
mincli69
Hedon.is
brigadexiii
brigadexiii dan 51 lainnya memberi reputasi
50
37.5K
199
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
mahadev4Avatar border
TS
mahadev4
#166
KANDANG BUBRAH (the Origin) - Part 1
Kediaman Keluarga Wardana.
Rumah lantai tiga bercat putih tulang, dan warna emas di sekeliling pembatas antara lantai, terlihat sangat megah, dari luar nampak empat pilar besar penyangga dengan ukiran Ular besar, melingkari masing masing pilar, pintu besar penghubung rumah berbahan kayu jati berukiran Aksara Jawa, Pagar besar yang melingkari rumah juga nampak aneh, karena di atas pagar nampak patung Ular membentang, memegang sebuah obor, gerbang depannya pun nampak lebih sangar, bebahan besi tebal bercat emas dengan hiasan Ular berkepala manusia.
pada hari tertentu, akan selalu ada banyak tukang bangunan, yang merubah bentuk atau pun ukiran pada bagian rumah, Lima gazebo besar yang berdiri di tengah tengah kolam juga nampak megah, sedangkan di bagian paling atas atau lantai tiga, ada sebuah bangunan pendopo kecil dengan lima pilar dari kayu jati, kesemuanya berwarna emas.
Utari Putri Wardana, adalah penerus tunggal keluarga wardana, anak bungsu dari tiga bersaudara.
Keluarga Wardana mempunyai satu abdi ndalem, dua sopir pribadi, dan tuju pembantu perempuan.

Utari memasuki rumah besar nya, yang sambut dua pembantu dengan menundukkan kepala.
Hari ini ritual akan di laksanakan dan besok pagi akan ada pekerja merenovasi rumah, Utari menyusuri rumah besarnya menuju salah satu kamar di lantai dua, Denok pembantu paling lama di rumah itu, telah menyiapkan segala keperluan untuk ritual.
sedangkan dua pembantu lain berada di belakang Utari, ia nampak mengucap salam sebelum mengetuk pintu dengan suara pelan.

Tok.. Tok...

"Kulo sampun dugi, Mbah Kung" suara Utar lirih.

"Melbu Nduk" suara serak nan berat, menjawab dari dalam.

Denok membuka pintu kamar berwarna coklat tua, dengan ukiran tokoh pewayangan, yang saling berhadapan di kedua sisi.
Pintu di buka sangat pelan nyaris tak bersuara, Utari memasuki kamar Mbah Kung setelah pintu di buka sedikit hanya pas untuk ukuran tubuhnya, sedangkan Denok dan dua pembantu lainnya berdiri menunggu perintah dari Utari.
Di dalam kamar, tubuh kurus yang menyisakan tulang sedang berbaring di atas tempat tidur besar, di tutupi kelambu transparan.
Kepulan asap harum dari tuju batang dupa di atas bukur, beserta kembang dengan banyak jenis berserakan di bawahnya, serta alat nginang (tempat bersirih) lengkap berbahan kuningan di samping kanan, serta bermacam-macam keris ada salah satu keris yang sengaja di tancap kan ke sebuah wadah berisi pasir.

Utari sudah bersimpuh di bawah tempat tidur besar, dengan penghalang kelambu.

"Wes siap, Nduk" Tanya kakeknya.
"Ngih mbah... jawab utari pelan dengan kepala menunduk, tangan kurus yang hanya tinggal tulang berlapis kulitnya, bergerak pelan mencoba menunjuk ke arah dinding dengan gemetar.
Utari mengerti maksud kakeknya, setelah kembali menundukan kepala meminta ijin, Utari berdiri melangkah menuju lemari tua.

di bukanya perlahan pintu lemari tua itu, sebuah benda berbalut kain kafan putih serta roncean bunga yang melingkarinya.
lalu ia kembali duduk bersimpuh di samping ranjang.

"Pucuk tombak kui, wes di warisno turun temurun kango anak nomer telu" kata Mbah Kung Lirih.
Sebelum melanjutkan kata katanya pria tua itu nampak terbatuk batuk.
"Bapak Lan Ibu mu kui wes ingkar janji, marakno ciloko sapiturune" Lanjut nya.

Lalu kakek nya mempersilahkan Utari, untuk lekas melaksanakan ritual.

Teriakan keras dari sebuah kamar, di ujung lorong terdengar sangat pilu dan membuat yang mendengar nya bergidik ngeri, kamar berpintu kecil tanpa ventilasi dengan tiga gembok besar, berjejer ke atas.

Brak... Brak.. Teko maneh.. Teko maneh.. Hiii..hiii.hiiii...

Suara gedoran keras ke pintu, dan berakhir dengan teriakan serta tangisan menyayat hati, tak membuat hati Utari iba.
Kaki nya terus melangkah menyusuri ruangan besar, lalu berhenti di salah satu kamar, dari dalam dua pembantu lain nya sudah bersiap membopong tubuh kurus penuh borok, serta darah bercampur nanah serta mata melotot menyisakan warna putihnya saja.
Selesai membalut dengan sewek, (selendang) dua pembantu itu nampak membopong keluar kamar, mengikuti Denok menuju lantai tiga di depan mereka.

Tak lama kemudian, Denok terlihat sibuk menyiapkan sesuatu, sementara Utari duduk bersila di depan tubuh wanita tua penuh borok tadi.

Bau busuk sangat menyegat di hidung setelah selendang yang membalut tubuh wanita tua itu di buka.
Utari mulai membasahi tubuh wanita tua itu, dengan air dalam kendi yang ia pegang, Suara rintihan kesakitan yang tertahan keluar dari mulut yang terbuka lebar tanpa lidah, semakin terlihat kesakitan saat tubuh itu mengejang kuat.

Dan tanpa rasa belas kasihan Utari menghujamkan, ujung tombak dari lemari kakek nya ke arah jantung wanita itu, beberapa detik kemudian tubuh kurus penuh borok itu bangkit layak nya mahluk hidup.

====

Esok hari para tukang sudah bekerja membenahi gazebo di halaman belakang.

BERSAMBUNG ✌
mmuji1575
khuman
axxis2sixx
axxis2sixx dan 10 lainnya memberi reputasi
11