annlaskaAvatar border
TS
annlaska
Tempat Terakhir Menghentikan Haluan
Quote:






Dari balik kaca jendela, kuamati kondisi langit yang mulai menggelap, awan hitam menyeruak, menandakan guyuran air hujan akan segera membasahi tanah yang gersang.

"Mau berangkat sekarang pak?"

"Iya nak, tolong bantu bapak turunkan gerobak ya."

"Iya pak, tapi sebentar lagi akan turun hujan."

"Nanti atau sekarang pasti akan turun hujan, doakan ya jualan hari ini laku banyak."

"Iya pak, aamiin."

Seseorang yang baru saja berbicara denganku merupakan laki-laki paruh baya dengan perawakan tinggi 160 cm dan berat 70 kg. Memiliki bola mata berwarna coklat, berkulit sawo matang, dan berambut ikal pendek, usianya sekitar 45 tahun. Beliau merupakan orang tua tunggal yang menghidupi 2 orang anak dengan angan yang tinggi. Di balik wajahnya yang teduh, ada rasa lelah yang menggerayangi tubuh. Tak pernah sekali pun ia mengeluh, walau peluh mengisi relung jiwanya yang runtuh. Sejak ditinggal istri tercinta yang telah berpulang 1 tahun silam, kedudukannya di dalam keluarga menjadi ganda, sebagai seorang ibu sekaligus bapak untuk kedua putra dan putrinya.

Dia bukanlah pemilik kata, hanya pemilik rasa sepanjang masa, dialah Ayahku...

***

Kehidupan seperti permainan bianglala, berputar secara konstan tetapi tetap berada pada jalur yang searah. Bapak pernah berpesan, "Berada diatas atau dibawah seyogianya kita harus tetap rendah hati, yang berubah hanyalah keadaan, sedangkan segala hal yang kita miliki hanyalah titipan dari Sang Illahi."

Sudah 4 tahun lamanya aku meninggalkan kampung halaman untuk mengejar impian dan cita-cita. Tahun ini merupakan Ramadhan pertama tanpa adanya sosok seorang ibu, suara lembut yang selalu setia membangunkanku saat sahur tiba, beliau sangat hafal anak laki-lakinya sulit terbangun terutama di sepertiga malam.

Masih teringat jelas dibenakku, kegiatan rutin yang ibu agendakan setiap bulan Ramadhan. Anggota keluarga secara bergantian dimulai dari bapak, aku, kemudian adik perempuanku bertugas membantu ibu menyiapkan hidangan sahur. Namun berbeda saat menyiapkan hidangan berbuka puasa, hanya aku dan adikku yang bergantian membantu ibu, bapak tidak bisa ikut serta karena setiap jam 3 sore akan keluar rumah untuk berjualan bubur ayam. Ada juga kegiatan lain yang ibu terapkan kepada kami, dan masih kupegang teguh hingga kini. Setelah sholat subuh, zuhur, asar, magrib, dan tarawih anggota keluarga akan berkumpul di ruang tengah untuk membaca Al Qur'an minimal 4 halaman.

***

"Jangan menunggu kaya untuk memberi, karena kantong tak akan kering hanya karena berbagi."

Ibuku adalah seorang guru Taman Kanak-Kanak yang lokasi mengajarnya tak jauh dari rumah kami, sedangkan bapak setiap harinya berkeliling berjualan bubur ayam dari jam 7-10 pagi, kemudian siang harinya dilanjutkan berjualan berbagai macam gorengan sampai menjelang magrib. Bapak sengaja tidak berjualan gorengan sampai larut malam dikarenakan malam hari adalah waktu yang tepat untuk dihabiskan bersama keluarga.

Pernah suatu hari aku bertanya kepada bapak, saat itu usiaku masih terlalu kecil dan belum mengerti serba-serbi kehidupan.

"Pak, kenapa kita harus berbagi makanan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita, sedangkan kita saja belum punya banyak uang?"

"Ingat pesan bapak ya nak, untuk berbagi tidak harus menunggu punya banyak uang. Barangsiapa yang ringan memberi, maka akan Allah cukupkan kehidupannya."

Bapak tak pandai berkata-kata, namun saat beliau sudah mulai berbicara, perkataannya dapat tercerna olehku dengan baik secara saksama.
Sejak saat itu, setelah pulang dari sholat jum'at aku sangat bersemangat membantu bapak membagikan bungkusan bubur ayam ke tetangga sekitar, pedagang asongan, pencari barang bekas, dan pengamen jalanan.

***

Detik semakin cepat berdetak, melodi sendu merasuki relung kalbu, sepotong jiwa yang kukuh hanyut dalam ingatan masa lalu.

Dering handphone berbunyi, menghamburkan bayanganku pada masa lalu, dimana mata masih bisa saling menatap, semburat senyum yang dapat tertangkap dengan jelas, dan sepasang lengan yang mampu didekap tanpa sekat.

"Assalamualaikum nak."

"Waalaikum salam pak. Gimana kabar bapak dan adik?"

"Alhamdulillah bapak sehat, Ann juga sehat. Keadaanmu disana gimana nak?"

"Alhamdulillah mamas juga sehat pak." Mendadak hening, suara parau laki-laki yang sejak tadi terdengar lancar, kini kehilangan kata-kata.

"Ha, halo pak,
Bapak jangan terlalu keras bekerja ya, sekarang waktunya mamas yang membiayai kehidupan keluarga. Maafkan mamas pak, tahun ini tidak bisa pulang. Karena pandemi..." Seketika napas ini tertahan, ada rasa sesak di dada hingga terasa sulit meneruskan kalimat selanjutnya.

"Halo nak,
Nak kalau keadaan sudah membaik, pulanglah. Kami rindu."
Akhirnya suara dari seberang melanjutkan kalimat yang seharusnya kuucapkan.
Tanpa ada kalimat balasan, kami saling memecah tangis lewat udara yang hampa...

Spoiler for Yang Terbaik Bagimu:


Quote:



Spoiler for Cendol Kebaikan:


Spoiler for Cendol Kebaikan:
Diubah oleh annlaska 12-05-2020 14:10
nona212
tikamj
kutuloncat668
kutuloncat668 dan 119 lainnya memberi reputasi
120
3K
46
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bukhoriganAvatar border
bukhorigan
#3
sangat layak dinaikan HT.
emoticon-Cool

good.
emoticon-Mewek
zukii.vixii
Big Bholo
darmawati040
darmawati040 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup