Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

indahmamiAvatar border
TS
indahmami
Kisah Mistisku [Horor]
Kisah Horor, Cerita Misteri, Cerita Hantu, Cerita Seram, Indigo



Kisah Mistisku [Horor]

Sumber: canva






Kisah Mistisku [Horor]





Bertemu Mereka (Bagian 1)





Kkrrkkk, kkrrrkkkk, kkrrrkkkk.



Terdengar cakaran di kaca jendela, aku menajamkan pendengaran, mungkin saja salah.



Tok, tok, tok.



Baru saja selesai, sekarang ganti dengan suara ketukan. Aku mulai waspada, sepertinya akan ada tamu. Kemudian mengambil headset dan mendengarkan lagu, aku paling suka seperti ini. Menenangkan dan mengalihkan fokusku dari mereka.



Krrkkk, krrkkk, krrkkk.



Namun, suaranya terdengar semakin jelas, padahal headset masih terpasang di telinga. Sial! Lagi-lagi mereka datang mengganggu. Suara cakaran berganti ketukan yang terus berulang-ulang. Aku menarik rambutku frustasi, masih sore mereka sudah berkunjung. Dasar tamu tidak tahu diri! Umpatku kesal.



Sekelebat bayangan terlihat di balik jendela kamar, aku enggan memastikan karena membuat mereka semakin berani mendekat. Arrrggh! Kulempar tubuh ke kasur dan menutup dengan selimut.



"Zaaa…." panggilnya lirih.



Aku masih diam dan berusaha memejamkan mata, mengabaikan suara-suara. Namun, tiba-tiba ada bau tidak sedap tepat di sampingku, hatiku berdegub kencang. Aku tidak berani menoleh untuk memastikan. Meskipun aku tidak takut, tapi mereka selalu berhasil mengejutkanku secara tiba-tiba. Sial! Dia menyusulku tidur. Aku pelan-pelan miring ke arah berlawanan dan menutup hidung.



"Zaaa…." panggilnya tepat di belakang telinga, seketika tubuhku merinding, seperti ada aliran listrik.


Aku menelan ludah dan mulutku tidak berhenti komat-kamit merapalkan doa untuk mengusirnya pergi. Lima belas menit aku bertempur, lama-lama dia menghilang. Aromanya semakin memudar. Fyuh! Aku bernapas lega.


Aku membuka selimut dan melirik jam tepat pukul sebelas malam, tapi mereka sudah berkunjung. Sungguh rajin, mungkin merindukanku. Aku mengedikkan bahu acuh, lalu tarik selimut dan tidur. Hari-hariku begitu berat sejak berteman dengan mereka yang secara tidak langsung. Percayalah kawan! Menjadi sepertiku tidak enak.




*****


Cuaca hari ini begitu cerah, aku bersiap berangkat kerja. Kulihat adik sudah rapi dengan seragam sekolahnya, lalu orang tuaku sibuk dengan urusan masing-masing.


"Mba," panggil Reza, aku menoleh. "Bareng, motorku bocor," pintanya. Aku mengangguk dan tersenyum meninggalkannya di teras, tapi dia mengejarku.



"Makasih, Mba."


"Sama-sama."



Motor maticku melaju menyusuri jalanan kota, harus memutar arah untuk sampai ke sekolah adikku. Merepotkan, tapi aku menyukainya. Sejak dia SMK, malu diantar oleh kakaknya sendiri.


"Makasih, Mba. Langsung ke tempat kerja, Mba. Jangan mampir-mampir," katanya padaku.


Aku mengernyit sebelum mengangkat dua jempol. Kadang dia itu lucu, gemesin, tapi nyebelin juga. Motorku kembali jalan dengan arah yang berlawanan lagi, lumayan jauh untuk sampai ke tempat kerja.



Namun, sekelebat bayangan tiba-tiba lewat di depanku, hampir saja ngerem mendadak. Sial! Mereka tidak tahu waktu, setan nggak peka! Beruntung jalanan tidak ramai. Aku melanjutkan kembali perjalanan sampai di depan toko tiba-tiba kepalaku pusing. Aku berhenti dan menepi, memijat kepalaku, bersandar pada tembok. Banyak mata yang melihat, tapi tidak peduli.



Lalu, ada seorang wanita muda mau menyebrang jalan, tapi aku mencium anyir bau darah darinya. Aneh, dia baik-baik saja. Apa artinya? Aku masih mencerna, terkadang sesuatu tidak bisa langsung kuterima. Entah, aku yang lemot atau memang begitu. Penuh misterius dan sulit terpecahkan. Baru saja aku memandang ke arah lain, sedetik kemudian truk menabraknya. Mataku membelalak dan menutup mulut, tubuhku melemas. Tubuhnya terkapar seperti ayam yang baru tergilas mobil, retak dan berceceran.



Aku melihat sesuatu yang aneh, ada yang tersenyum puas. Tunggu dulu! Bukankah itu?




Bersambung...
Diubah oleh indahmami 11-06-2020 06:07
hanzo3507
c4kr4d3w4
bebyzha
bebyzha dan 129 lainnya memberi reputasi
128
27.6K
608
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
indahmamiAvatar border
TS
indahmami
#54
Part 1
Kisah Mistisku [Horor]



Bertemu Mereka (Bagian 2)




Sekawanan sosok sangat menjijikan sedang mengerubuti jasad yang tergeletak, mereka menjilati, menghirup, lalu mengambil sukmanya. Ada yang bersosok besar dengan lidah menjulur, ada sosok seperti setengah manusia setengah ular, ada sosok seperti kera, dan masih banyak lagi. Astaga! Pagi-pagi sudah melihat pemandangan yang tragis, pilu, sekaligus eneg. Sepertinya sewaktu keluar rumah lupa membaca doa.


Aku membaca doa dalam hati, berharap pemandangan di depanku menghilang. Namun, justru itu membuat sekawanan mereka menatapku tajam. Sial! Mereka tahu keberadaanku yang mampu melihat mereka. Segera kuputar kontak dan motor maticku melaju kencang meninggalkan tempat kejadian.



Pikiran berkecamuk tidak tenang, aku menghela nafas dalam setelah sampai di tempat kerja. Sebentar lagi masuk, beruntung tidak terlambat. Segera kulangkahkan kaki menuju ruang kerja untuk mendaratkan tubuh dan bersandar dengan sempurna. Deru napas masih tidak beraturan, jantung berpacu dengan cepat, dan pagi yang luar biasa. Mataku terpejam mencoba melupakan kejadian yang baru saja terjadi.



"Za!" Suara Mery mengagetkan.


Hampir saja aku terjatuh, untung tanganku sigap memegang meja depanku.


"Ada apa?"


"Kenapa telat? Terus itu muka keringatan kaya gitu."


"Biasa," ucapku santai setelah menetralkan diri.


Dia hanya memandangku dengan tatapan ngeri dan khawatir, aku hanya tersenyum.


"Za, kamu nggak bosen tiap detik ketemu mereka terus?"


Aku mengernyit dan menaikan satu alis.


"Maksudnya kamu nggak pingin normal sepertiku? Aku nggak tega lihat kamu setiap hari seperti ini," ucapnya dengan mata sendu, lalu menggenggam jemari tanganku. Aku membalasnya dan tersenyum.



"Siapa yang nggak mau, Mer? Bahkan jika harus memilih, aku lebih baik sepertimu. Tidak harus melihat mereka di mana-mana. Tapi, mau gimana lagi kalau udah menjadi takdirku?" ucapku menghela napas dalam.


Mery semakin terlihat sedih, wajahnya seperti ingin menangis.


"Jangan nangis! Cengeng! Aku baik-baik aja." Mengeratkan jemariku padanya, dia mengangguk. "Ya udah, kembali ke mejamu. Nanti dimarahin sama bos."


Mery mengangguk dan meninggalkanku. Ahh, andaikan saja ada pilihan untuk memilih, tapi semua itu tidak terjadi. Lagi-lagi aku menghela napas panjang.


Terkadang aku merasa tidak adil, tapi orang-orang di sekitarku selalu memberi semangat dan mempercayai. Mengapa harus lemah?


Apalagi kejadian hari ini, aku bukan orang yang memiliki banyak kelebihan. Apalagi harus berperang dengan mereka, aku hanya mempunyai sedikit kemampuan. Ayah tidak mengizinkanku berinteraksi, apalagi harus berurusan dengan dunia mereka jauh lebih dalam lagi.


"Duniamu itu tetap manusia, Nduk. Sewajarnya saja." Kalimat itu selalu aku pegang sampai sekarang.


Lalu, mengusap wajahku dengan kasar. Terkadang ingin menolong orang lain yang terkena masalah, tapi aku tidak memiliki kemampuan apa pun. Jadi, aku memilih pura-pura tidak tahu.



***


Seharian pekerjaanku padat, harus menyusun banyak laporan dan lain sebagainya. Bahkan sampai jam istirahat pun masih saja berkutat.


"Woy!" teriak Mery menggebrak meja, mataku membelalak dan menatapnya tajam. Namun, dia hanya nyengir. Kebiasaan!


"Serius amat, Bu! Udah istirahat nih. Kamu nggak makan?"


Kulirik jam menunjukan pukul dua belas lebih sepuluh menit di pergelangan tanganku.


"Masih banyak pekerjaanku, Mer. Lihat tuh!" jawabku menunjukan setumpuk berkas di atas meja.


"Ya elah, sampai lebaran haji itu berkas juga nggak selesai-selesai. Udah ah! Buruan!" Mery menarik tanganku, terpaksa aku menurutinya.


Kami memesan makanan dan minuman seperti biasa di warung depan kantor. Yup! Kami memilih makan di luar dengan udara yang sejuk, karena angin yang semilir dan pohon-pohon yang rindang mampu menenangkan diriku. Warung sederhana bercat putih, bersih, rapi, dan harum. Bu Siti, empunya warung begitu menjaga kebersihan. Kami nyaman di sini. Selain lauk apa pun tersedia, harga pun murah untuk kantong karyawan seperti kami.



Namun, tiba-tiba kepalaku berat dan mual. Aku tidak enak hati, nanti dikira masakannya tidak enak. Padahal bukan itu yang terjadi. Mery yang mengetahui gelagatku, menggenggam jemari tanganku.


"Lanjutkan makanmu, Za. Abaikan!" perintahnya padaku dan aku mengangguk.


Jujur, keadaan seperti ini membuatku tidak nyaman. Sial! Mengapa harus di jam makan juga? Semakin lama, pusingku menjadi dan badan terasa berat. Aku tidak sanggup melanjutkan makan, kuletakkan sendok di piring dan beringsut untuk bersandar. Kemudian memijat pelipis dan kepalaku, benar-benar hari yang berat.



Tiba-tiba….





Bersambung….


Diubah oleh indahmami 10-05-2020 10:02
axxis2sixx
piripiripuru
sydney89
sydney89 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup