- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pelanggan Heran, Tak WFH tapi Tagihan Listrik Naik
TS
Sleipnir9
Pelanggan Heran, Tak WFH tapi Tagihan Listrik Naik
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta - Masyarakat ramai-ramai mengeluhkan kenaikan tagihan listrik. Padahal, pihak PT PLN (Persero) menyebut sama sekali tidak menaikkan tarif listrik.
PLN berdalih kenaikan tagihan tarif listrik bisa jadi karena adanya peningkatan pemakaian Kilowatt Jam (kWh) pada para pelanggan tersebut.
Akan tetapi, beberapa masyarakat yang masih bekerja di luar rumah atau tidak work from home (WFH) mengaku tagihan listriknya naik. Padahal tidak terjadi peningkatan pemakaian listrik dan anehnya pada catatan tagihan listrik pemakaian kWh pelanggan yang tidak WFH itu juga ikut-ikutan naik.
"Kok tagihan listrik saya naik 37% dari tagihan rata-rata, padahal kami jarang di rumah tersebut, lihat tagihan kaget kok saya ngalamin seperti konsumen lain yang bayar listriknya naiknya besar, dengan kondisi saat ini kan memberatkan," ujar salah satu pelanggan Devvi (bukan nama sebenarnya) kepada detikcom, Senin (4/5/2020).
Pemakaian rata-rata Devvi selama ini berada di kisaran 280 kWh. Akan tetapi, ketika menerima tagihan bulan April 2020 yang harus dibayarkan bulan Mei ini, total pemakaian kWh meningkat jadi 500 kWh.
"Yang saya tahu biaya pembayaran listrik saya tiap bulan jadi naik. Biasa rata-rata Rp 550 ribu sekarang jadi Rp 750 ribu, ini berat dalam masa seperti ini," sambungnya.
Ia berharap setidaknya pemerintah tidak menaikkan tagihan listrik kepada pelanggan sebab menurutnya dampak Corona dirasakan oleh nyaris semua kalangan.
"Harapannya ya biaya listrik normal-normal aja, syukur-syukur ada diskon juga seperti yang dapat subsidi. Secara dampak COVID-19 ga pilih-pilih pelanggan semua kena imbasnya," imbuhnya.
Lalu, ada juga Daniel (bukan nama sebenarnya) yang tidak WFH dan merasakan imbas yang sama.
"Saya bingung kok bisa ya. Padahal saya bekerja seperti biasa, hanya anak saja lagi libur sekolahnya karena adanya wabah COVID-19. Untuk pemakaian kalaupun ada kenaikan harusnya hanya 10-15% saja. Karena di rumah pun nggak ada beban berat dan kami hanya bertiga di rumah. Saya, istri dan anak 1," ucap Daniel kepada detikcom.
Dari catatan tagihan listrik yang diterima Daniel, terjadi kenaikan pemakaian kWh hingga dua kali lipat dari biasanya dari rata-rata pemakaian 208 kWh menjadi 435 kWh. Hal ini sudah coba dilaporkan Daniel langsung ke PLN. Akan tetapi, menurut PLN tidak ada kekeliruan atas pendataan tagihan listrik tersebut.
"Sudah komplain ke PLN , namun menurut PLN pendataan sudah akurat. Kami hanya bingung saja kenapa bisa ada lonjakan kenaikan," tambahnya.
Ia berharap pemerintah bisa adil memberi keringanan listrik bagi seluruh pelanggan PLN sebab semua merasakan beban yang sama.
"Harapan ke pemerintah yaitu bertindak adil, dan jujur kepada semua masyarakat, bukan hanya kepada golongan tertentu. Untuk PLN mungkin yang saya harapkan adanya integrasi sistem pencatatan yang lebih valid (real time). Bukan hanya orang keliling, yang dikhawatirkan kesalahan di pencatatannya," pungkasnya.
sumber
viniest dan 196 lainnya memberi reputasi
191
11.5K
354
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
pakulidi
#13
ga tau deh, saya pake token
klo beneran maka PLN kudu dirombak total, dan pemerintah memang harusnya berikan alternatif energi semisal memurahkan pemasangan dan barang barang tenaga surya.
jangan cuma ada PLN doang.
klo beneran maka PLN kudu dirombak total, dan pemerintah memang harusnya berikan alternatif energi semisal memurahkan pemasangan dan barang barang tenaga surya.
jangan cuma ada PLN doang.
liee dan 23 lainnya memberi reputasi
24
Tutup