- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
WANITA KEJAM
TS
nurulnadlifa
WANITA KEJAM
Quote:
Quote:
Quote:
Fotonya nyomot di google pny nenek gayung.
Part 2
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d19556fd0e0ef4
Part 3
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d49546d51ea32f
Part 4
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...9d0f779709edc5
Part 5
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...208425662faf76
Part 6
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7e9341ba6961a9
Part 7
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cad70c604f9b3d
Part 8
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d4953577527632
Part 9
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...ab25119058baff
Part 10
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...77a9317f2a4fa6
Part 11
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d2954beb0b741c
Part 12
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d4956c236235b9
Part 13
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...b3cb395a1641e8
Part 14
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7f9336255ee185
Part 15
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...9b172d275ed61a
Part 16
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...3c7211632a313a
Part 17
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d695162155d9f2
Part 18
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cc9544db268cc2
Part 19
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...b5ca26c32f3034
Part 20
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...c9913f49473008
Part 21
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...1d30634618b27f
Part 22
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...9b174eb47b9002
Part 23
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d695784d27e75f
Part 24
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...208427381afab3
Bersambung
Diubah oleh nurulnadlifa 27-05-2023 11:40
inginmenghilang dan 59 lainnya memberi reputasi
60
20.4K
300
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
nurulnadlifa
#218
WANITA KEJAM part 18
Lalu ia meletakkan keranjang yang ia bawa sepertinya berisi sayur dan buah-buahan hutan, kalau ia memberikannya aku juga mau, dan perut ini rasanya lapar terdengar suara berasal dari perutku.
"Maaf aku lapar" dengan malu yang kutahan ah biarinlah lagian terpaksa aku juga ngga mau kok tersesat di hutan begini.
Ia menyodorkan buah apel hijau, aku pun segera menerimanya dan mengucapkan "terimakasih" ia hanya menoleh dengan tatapan dingin tanpa ekspresi, dan kembali melanjutkan pekerjaan mencuci sayur dan buah tadi, aku duduk di kursi yang ada di dapur, di dapur ada 2 buah kursi dan meja persegi kecil ditengah dapur.
Kulihat tidak ada kompor dan ia masak dengan apa, ah ngapain aku pikirin mungkin ia makan buah dan sayur mentah, pantesan wajahnya putih dan bersih, mungkin karena dia setiap hari makan makanan yang sehat.
Dan siapa namanya? Gimana aku menanyakan itu wajahnya kalem huh aku juga ngga betah kayanya kalau lama-lama bareng dia, terpaksa aja aku lagi tersesat, coba kalau ada ibu kan enak aku bisa ngobrol sama ibu.
"Ee... eh, siapa namamu? Aku Nana " akrabku
Dia tersenyum simpul dan bergumam "Nengsih" lirihnya
"Oh, Nengsih, kenapa kamu bisa ada di sini? Mana orang tuamu dan kamu tinggal dengan siapa" cecarku
Dia kembali menyunggingkan senyum dan menunduk, sepertinya menahan tangis, lalu dia beringsut dan duduk di kursi yang berseberangan dengan tempatku duduk. Ia pun meneguk minum yang ia ambil sebelum duduk.
Terdengar dia menarik nafas dalam dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan, tampak ada kesedihan yang mendalam di wajah putihnya.
"Aku hidup sendiri, kedua orangtuaku sudah meninggal" jelasnya
"Kenapa kamu tinggal di hutan sendirian? Apa ngga takut? "
" Aku tidak punya siapa-siapa di dunia ini dan aku biasa hidup di sini dari dulu sebelum kedua orang tuaku meninggal"
"Oh ya, terus gimana kamu bertahan hidup? "
" Aku hanya mengandalkan buah dan sayuran yang ada dihutan ini"
"Apa kamu selalu makan sayur mentah"
"Tidak, aku memasaknya di luar ada tungku dan di hutan banyak kayu bakar"
"Dari mana kamu mendapatkan seperti bumbu dan korek api"
"Aku dapat dari desa, di sebelah sana ada desa dekat hutan"
"Oh, tapi kamukan ngga bekerja dari mana kamu dapat uang untuk membeli semua kebutuhanmu? "
" Itu aku dapat dari belas kasihan dan kadang di desa banyak yang menaruh makanan di bawah pohon besar aku akan mengambilnya"
"Boleh aku menumpang disini untuk sementara waktu? "
Ia mengangguk dan pergi menuju kamar, dan dimana aku beristirahat? dia ngga mempersilahkan ku untuk mengikuti maupun ah aku bisa istirahat di kursi depan.
Akupun berbaring di kursi depan aduh lumayan sakit, tapi daripada harus tidur diluar masih mendinglah.
Ia keluar dengan membawa bantal dan selimut tebal berwarna hampir sama dengan gaunnya, yah mungkin itu warna kesukaannya.
Aku terlelap, mungkin karena aku kecapean, hari sudah pagi mentari masuk melalui celah jendela, terasa sedikit menyilaukan.
Aku ingin kekamar mandi, dan baru kusadari rumah ini tidak ada kamar mandinya, kucari si Nengsih kemana Ia, rasanya sudah diujung, akupun nekat keluar dari pintu belakang, ada gentong berisi air yang berasal dari pancuran mata air dari atas tebing hutan.
Aku segera mencuci muka, oh rasanya sejuk dan segar, gimana kalau aku mandi mungkin lebih segar bathinku.
Selesai mandi aku mengenakan kembali bajuku, si Nengsih pun pergi entah kemana? Apa mungkin dia kedesa? Dan kenapa aku berada di sini itu juga membuatku bingung.
"Maaf aku lapar" dengan malu yang kutahan ah biarinlah lagian terpaksa aku juga ngga mau kok tersesat di hutan begini.
Ia menyodorkan buah apel hijau, aku pun segera menerimanya dan mengucapkan "terimakasih" ia hanya menoleh dengan tatapan dingin tanpa ekspresi, dan kembali melanjutkan pekerjaan mencuci sayur dan buah tadi, aku duduk di kursi yang ada di dapur, di dapur ada 2 buah kursi dan meja persegi kecil ditengah dapur.
Kulihat tidak ada kompor dan ia masak dengan apa, ah ngapain aku pikirin mungkin ia makan buah dan sayur mentah, pantesan wajahnya putih dan bersih, mungkin karena dia setiap hari makan makanan yang sehat.
Dan siapa namanya? Gimana aku menanyakan itu wajahnya kalem huh aku juga ngga betah kayanya kalau lama-lama bareng dia, terpaksa aja aku lagi tersesat, coba kalau ada ibu kan enak aku bisa ngobrol sama ibu.
"Ee... eh, siapa namamu? Aku Nana " akrabku
Dia tersenyum simpul dan bergumam "Nengsih" lirihnya
"Oh, Nengsih, kenapa kamu bisa ada di sini? Mana orang tuamu dan kamu tinggal dengan siapa" cecarku
Dia kembali menyunggingkan senyum dan menunduk, sepertinya menahan tangis, lalu dia beringsut dan duduk di kursi yang berseberangan dengan tempatku duduk. Ia pun meneguk minum yang ia ambil sebelum duduk.
Terdengar dia menarik nafas dalam dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan, tampak ada kesedihan yang mendalam di wajah putihnya.
"Aku hidup sendiri, kedua orangtuaku sudah meninggal" jelasnya
"Kenapa kamu tinggal di hutan sendirian? Apa ngga takut? "
" Aku tidak punya siapa-siapa di dunia ini dan aku biasa hidup di sini dari dulu sebelum kedua orang tuaku meninggal"
"Oh ya, terus gimana kamu bertahan hidup? "
" Aku hanya mengandalkan buah dan sayuran yang ada dihutan ini"
"Apa kamu selalu makan sayur mentah"
"Tidak, aku memasaknya di luar ada tungku dan di hutan banyak kayu bakar"
"Dari mana kamu mendapatkan seperti bumbu dan korek api"
"Aku dapat dari desa, di sebelah sana ada desa dekat hutan"
"Oh, tapi kamukan ngga bekerja dari mana kamu dapat uang untuk membeli semua kebutuhanmu? "
" Itu aku dapat dari belas kasihan dan kadang di desa banyak yang menaruh makanan di bawah pohon besar aku akan mengambilnya"
"Boleh aku menumpang disini untuk sementara waktu? "
Ia mengangguk dan pergi menuju kamar, dan dimana aku beristirahat? dia ngga mempersilahkan ku untuk mengikuti maupun ah aku bisa istirahat di kursi depan.
Akupun berbaring di kursi depan aduh lumayan sakit, tapi daripada harus tidur diluar masih mendinglah.
Ia keluar dengan membawa bantal dan selimut tebal berwarna hampir sama dengan gaunnya, yah mungkin itu warna kesukaannya.
Aku terlelap, mungkin karena aku kecapean, hari sudah pagi mentari masuk melalui celah jendela, terasa sedikit menyilaukan.
Aku ingin kekamar mandi, dan baru kusadari rumah ini tidak ada kamar mandinya, kucari si Nengsih kemana Ia, rasanya sudah diujung, akupun nekat keluar dari pintu belakang, ada gentong berisi air yang berasal dari pancuran mata air dari atas tebing hutan.
Aku segera mencuci muka, oh rasanya sejuk dan segar, gimana kalau aku mandi mungkin lebih segar bathinku.
Selesai mandi aku mengenakan kembali bajuku, si Nengsih pun pergi entah kemana? Apa mungkin dia kedesa? Dan kenapa aku berada di sini itu juga membuatku bingung.
indriketaren dan 9 lainnya memberi reputasi
10