Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
Sang Pemburu (Fiksi)
Halo buat semua agan-aganwati di dunia perkaskusan ini. Salam kenal dari saya selaku newbie yang juga ingin ikut meramaikan tulisan-tulisan di forum SFTH. Berhubung masih belajar dan ini juga thread pertama, mohon maaf kalau ada kesalahan di sana-sini. Monggo kalau ada agan-aganwati yang ingin ngasih saran dan juga kritik.

Ini ceritanya murni fiksi, hasil dari ngelamun pas di kamar tidur sama di WC emoticon-Big Grin emoticon-Big Grin. Kalau soal update saya nggak bisa kasih jadwal. Semoga aja amanah buat nerusin ceritanya sampe selesai.
Segitu dulu aja ya, Gan. Maaf kalau terlalu formal bahasanya.

Selamat menikmati.

[SPOILER=Index]
PART 1
PART 2 : Warehouse Tragedy
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 : Ikmal 'The Master'
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11 : Hendro and the Asses
PART 12
PART 13
PART 14 : Kuterima Suratmu
PART 15
PART 16
PART 17 : Pensi Part I I Pensi Part II
PART 18
PART 19 : Perpisahan
PART 20
PART 21 : A man with Gun
PART 22
PART 23 : Bon Bin
PART 24 : Malam yang Nggak Terlupakan Part I I Part II
PART 25
Part 26 : The Dog
PART 27
PART 28 : Wiwid, Mita dan Yesi
PART 29
PART 30 : Rob 'The Jackal' Part I Part II
PART 31
PART 32 : The Sparrow
PART 33
PART 34 : REUNION
PART 35
PART 36 : THE BARKING DOG
PART 37
PART 38
Diubah oleh kawmdwarfa 03-06-2022 02:00
tet762
sunshii32
anton2019827
anton2019827 dan 20 lainnya memberi reputasi
19
33.6K
115
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
#88
PART 36 : THE BARKING DOG


Lumrah baginya ditinggal begitu saja selesai bercinta, bahkan tidak sekali dua kali ia diminta pulang sendiri oleh para pelanggannya. Tapi ketika pagi itu ia terbangun, ketika hari masih fajar dan udara di luar terasa dingin, perempuan itu menemukan Yohan menyendiri di balkon hotel menikmati sigaretnya. Dalam hatinya ia meyakini jika Yohan tengah menungguinya. Menjaganya. Mungkin itulah alasan mengapa ia merasa harus melindungi Yohan dari angin fajar yang dingin. Ia mendekap Yohan dari belakang, sikapnya manja seolah ia dan Yohan adalah pasangan yang sedang berbulan madu.

“Kita masih belum bersenang-senang.”

“Tidak apa-apa.”

“Ayolah. Aku tidak mau jika harus makan gaji buta,” kata May. Tentu saja May berbohong. Siapa yang menolak hal demikian, apalagi jika yang berada di hadapannya adalah seorang hidung belang yang semata-mata hanya ingin mengeluarkan isi pelirnya. Tapi segalanya memang berimbang sesuai hukum alam. Manusia-manusia sejenis itu tak pernah mengundang obsesinya. Berbeda dengan mereka yang dingin, menolaknya.

“Tidak perlu. Bersiap-siaplah. Sebentar lagi kita pulang.”

***


Mobil mereka berhenti di depan toko perbelanjaan. May meminta diturunkan di sana karena ingin membeli sesuatu. Mereka berpisah di sana, sebenarnya May tidak senang dengan bagaimana mereka melewatkan malam namun setidaknya ia cukup senang bisa mendapatkan perlakuan selembut itu dari seorang laki-laki. May menanyakan apakah nanti malam mereka akan bertemu lagi di klub. Yohan hanya menjawab jika ia tak bisa memastikan apapun. Bisa jadi ia akan berada di sana dan bisa jadi ia akan berada di tempat lain.

“Yah,” kata May. Tampaknya ia kecewa tidak bisa mendapat kepastian itu.

Dari sana mobil memasuki jantung kota, wilayah yang hidup karena orang-orang juga bekerja menghidupi diri mereka. Menjual minuman, menjaga toko sepatu, mengurusi parkir, sampai menadahkan kaleng di sudut jalan.

“ES KRIM ES KRIM! ES KRIM ES KRIM!”

Di seberang jalan ia melihat seorang laki-laki menarik gerobak es krim. Yohan melihat laki-laki itu dan orang itu membalas tatapan Yohan dan kembali menyerukan, “ES KRIM ES KRIM.” Yohan pun keluar dari mobilnya. Tak dipungkiri hari itu memang cukup panas. Satu es krim coneia bawa ke dalam mobil. Yohan memakannya sedikit, sebelum membuang es krim itu begitu saja ke dalam wadah sampah, kecuali dengan potongan kertas yang telah berpindah ke dalam genggamannya; sebuah perkembangan kecil yang tidak boleh diabaikan.

Sudah cukup rasanya berputar-putar di wilayah itu. Kemudian, tidak begitu jauh dari sana, Yohan membawa mobilnya melintasi sebuah jalan kecil. Jalan itu menghubungkannya ke sebuah tempat yang tenang. Sakral. Hening. Dengan bunga di tangan, Yohan memasuki tempat pemakaman itu. Mengunjunginya.

JESSLYN OKTAVIA ATMAJA
1994– 2012


Quote:


Waktu terus berlalu, namun waktu juga seperti tak pernah berganti. Hingga saat ini ia tak mampu menemukan alasan mengapa ia harus merelakan apa yang terjadi. Ketenangan dalam dirinya hadir bukan karena ia telah berdamai dengan keadaan, melainkan ia telah mengetahui apa yang sebenarnya ia inginkan.

“Dia pasti perempuan yang baik.”

Yohan menoleh dan ternyata perempuan itu sudah berada di belakangnya. May. “Kau mengikutiku?”

“Siapa juga yang mengikutimu. Aku tinggal di sekitar sini. Aku akan pulang, tapi aku justru melihat mobilmu lagi.”

Entah apa yang sedang terjadi. Lagi-lagi perempuan itu menampakkan diri, serasa melihat seseorang yang tengah dipikirkan menjelma nyata.

“Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu. Aku tak tahu apa yang terjadi. Tapi kukira dia beruntung memiliki orang sepertimu.”

“Kau tidak tahu apa-apa,” kata Yohan seraya mengambil belanjaan perempuan itu. “Katamu kau tinggal di sekitar sini. Biar kuantar.”

Tanpa butuh izin May menciumkan bibirnya ke pipi Yohan. “Aku semakin percaya kamu orang yang baik.”

May tidak berbohong soal dirinya bukan seorang penguntit. Tidak jauh dari pemakaman itu terdapat sebuah pemukiman. Tidak banyak rumah-rumah berdiri di sana, mungkin hanya sekitar belasan.

“Mampirlah. Di rumah hanya ada ibuku.”

“Tidak perlu. Aku harus pergi.”

“Lain kali?”

“Aku tidak tahu.”

“Yah,” May kembali merasa kecewa seperti ketika ia diturunkan di tempat perbelanjaan. Tapi lihatlah, May juga kembali merasa senang saat Yohan membukakan pintu untuknya. Tidak banyak laki-laki yang menyadari jika hal-hal kecil seperti itu mampu mengubah derajat mereka di mata seorang perempuan.

Dari dalam pagar sebuah rumah, seekor anjing menyalak-nyalak sebagaimana mencium kehadiran musuh atau makhluk astral. Anjing itu sebenarnya penurut, hanya saja ia memang tak pernah sudi untuk jinak dengan orang baru. Berkali-kali May meminta anjing itu untuk tenang, tetapi sia-sia saja. Yohan kemudian mengamati anjing itu dari dekat, dan sikap itu membuat si anjing merasa diejek yang membuatnya semakin menyalak menjadi-jadi, seolah geram ada pagar yang menghalanginya.

GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGk!!!

……………………

…………………..

…………………..

GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGk!!!

…………………..

…………………..

…………………..

…………………..

…………………..

…………………..

GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGk!!!

“Dengar, sekali lagi aku beri kesempatan untuk menarik kata-katamu”

Lututnya gemetar menahan beban tubuh, nafasnya tersengal dan wajahnya sudah tak berbentuk lagi. Bertubi-tubi pukulan mendarat di sekujur tubuh, bahkan bahu kirinya sampai bergeser setelah dihantam balok kayu. “Tidak. Aku tidak akan merubah keputusanku. Aku ingin bergabung dengan mereka.”

Ia tahu melebihi siapapun kuasa dendam, dan kini dendam membuat usahanya melindungi anak itu menjadi sia-sia. Maka jadilah. Malam itu, ia dengan senang hati menggantikan Rob untuk mempersiapkan jenis neraka yang harus Yohan lewati.

Taring menyeringai. Liur tumpah. Kerangkeng berkarat.

......................................

......................................

......................................

“Lepaskan anjing-anjing itu.”

!!!!!!!!!!!!!!!!!

!!!!!!!!!!!!!!!!!

GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGUK!!!



Quote:


GUKGUKGUK!!!

GUKGUKGUK!!!


***
Diubah oleh kawmdwarfa 29-04-2020 18:09
ariefdias
ariefdias memberi reputasi
1
Tutup