Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aldirizaAvatar border
TS
aldiriza
Antara Rasa Dan Logika


Quote:


Quote:






Part 1

Jam menunjukan pukul dua belas siang. Situasi kos-kosan sudah sepi, karena kebanyakan penghuni kos adalah mahasiswa dan karyawan. Jadi sebelum matahari bertengger tepat di atas kepala, mereka sudah memulai hiruk-pikuknya, aktivitasnya, kesibukannya masing-masing. Kebetulan gw masuk shift siang waktu itu. masih dalam keadaan dimana gw bisa menikmati kesunyian di kamar kos.

Tanpa musik underground yang diputar Munyo, tanpa gibahan cewek kuliahan yang suaranya seperti radio pecah dan ataupun kebisingan yang di akibatkan oleh penghuni kos pada umumnya.

Kadang rasa sunyi itu gw suka. Sunyi membuat pikiran lebih jernih. Membuat otak yang bebal menjadi lumer. Membuat pandangan yang kosong menjadi terarah. Iya terarah. Terarah tajam pada satu tujuan.

Gw menatap langit-langit kamar kos yang kusam, dan lagi beberapa bagiannya sudah mengelupas. pikiran gw tertuju pada seorang cewek. Cewek yang gw antar pulang tadi malam.

Sekitar jam sepuluh malam sehabis gw pulang kerja, gw mendapati perempuan itu dipinggir jalan dengan keadaan menangis. Badannya bergetar, dan sesekali ia mengusap bulir air yang jatuh di pipinya. Lengan panjang sweaternya yang menutupi jemarinya iya gunakan untuk mengusap bagian wajahnya yang basah akibat tangis. Entah itu dari matanya atau hidungnya. Kasihan. Gak ada yang jadi pertimbangan gw sehingga gw menghampiri dia dengan maksud memberi bantuan atau semacamnya.

Singkat cerita setelah gw tanya2 soal kenapa perempuan itu bisa menangis dipinggir jalan dan sendirian, akhirnya gw antar dia pulang. Ditengah perjalanan kami tidak banyak mengobrol. Karena gw rasa ga ada hak gw untuk bertanya tanya lebih banyak. Dan melihat kondisi dia yang sedang down parah.

cewek itu berumur sekitar dua puluh tahun. Kulitnya putih, lumayan tinggi, rambut panjang terurai dan gaya berpakaian nya mengikuti tren.

Lamunan gw pun buyar ketika ponsel gw berbunyi, dan bergetar berkali-kali.
Gw raih ponsel yang berada di atas nakas lalu menerima teleponnya.

"Hallo Sal"

" Al, tar berangkat kerja gw nebeng ya" Jawabnya

"Tumben banget, biasanya lo bawa mobil atau gak motor"

"gw lagi males bawa mobil, terus motor lagi di service blm gw ambil"

" oh, yaudah tar gw jemput deh. Jam 2 ya"

" iya, thanks ya sebelumnya"

Telepon terputus.

Sebenernya agak aneh juga gw, kok tumben banget Salma minta bareng. Tapi yaudah gak gw ambil pusing. Sambil menunggu waktu berangkat kerja, gw habisin beberapa batang rokok dan secangkir kopi yang tadi gw seduh.

Setelahnya, gw segera menjemput Salma. Dia udah berdiri di depan gerbang rumahnya ketika gw tiba disana. Lengkung senyumnya ia lempar. Manik matanya membuat gw sedikit gak nyaman ketika ia menatap. Dengan membalas senyumnya, gw berikan helm lain yang berada di gantungan motor.

"Nih" ucap gw seraya memberikan helm.

"Okeeeyy" balas Salma berirama. Lalu mengenakan helm di kepalanya.

Dia lantas lantas naik dan duduk di jok belakang.

"Peluk jangan nih?" Canda Salma.

"Jangan lah"

"Yakiiinn?" Goda-nya lagi.

"Jangan ragu maksudnya" gue terkekeh lalu memacu motor.

Sial, lo lucu Sal..


Sumpah, nikmat mana yang kau dustakan. Ko
Diubah oleh aldiriza 28-05-2020 10:36
aftzack
rinandya
delet3
delet3 dan 61 lainnya memberi reputasi
62
21.4K
252
Thread Digembok
Tampilkan semua post
aldirizaAvatar border
TS
aldiriza
#11
Part 7

The long and winding road
That leads to your door
Will never disappear
I've seen that road before
It always leads me here
Lead me to you door

The wild and windy night
That the rain washed away
Has left a pool of tears
Crying for the day
Why leave me standing here?
Let me know the way

Many times I've been alone
And many times I've cried
Anyway you'll never know
The many ways I've tried

And still they lead me back
To the long winding road
You left me standing here
A long long time ago
Don't leave me waiting here
Lead me to your door

But still they lead me back
To the long winding road
You left me standing here
A long long time ago
Don't keep me waiting here
Lead me to your door
Yeah, yeah, yeah, yeah

The beatles - the long and winding road

lagu itu gw puter berulang kali di playlist gw. Selama di perjalanan dan di dalam mobil dengan Tive gw hanya diam dan mendengarkan lagu itu. Mungkin karena bete juga. Kenapa dia harus datang di waktu yang gak tepat. Maksud gw dateng di hadapan Salma. Ya emang gw gak ada hubungan apa apa sih sama Salma. Tapi entah kenapa gw gak mau keliatan deket sama cewek. Aneh memang. Tapi itu yang gw rasain.

"Iiiiihhhh .. teriak Tive sambil narik headset yang nancep di telinga kiri gw.

"Apaan sih???" Kata gw sambil menatap tajam ke Tive

"Lo tuh, iiiiiihhh. Gw dari tadi di kacangin mulu. Ajak ngobrol gitu. Gw kan bukan sopir lo!!!"Tive ngegas

"Kenapa sih lo tuh selalu aja bikin hal sepele jadi ribet??" Kata gw sambil menatap ke arah jalan"

"Lo tuh cowok ya, masa gak bisa perlakuin cewek dengan baik!!!!" Jawab Tive gak mau kalah

"Enak aja kalo ngomong. Lo gak kenal gw!" Kata gw dingin

"Ohhh gitu ya, emmmm so cool banget lo bilang gt. Dasar tua!!!"

Sumpah gw baru kali ini di lunjak sama bocah labil model Tive. Kenal aja baru beberapa hari udah berani nilai gw. Seolah olah gw ini benar adanya kaya apa yang dia pikirin. Gw gak mau ambil pusing sebenernya. Tapi dia selalu aja mulai. Masa di dalem mobil gw brantem mulu padahal belum nyampe tujuan. Tive ngajak gw ngopi di tempat favoritnya. Jaraknya agak lumayan jauh dari tempat gw kerja. Jadi telinga gw harus tahan sama ocehan ocehan gak bermutunya.

Setelah 30 menit perjalanan akhirnya kami nyampe di salah satu tempat ngopi yang berada di pusat kota. Gw minta yang outdoor aja biar bisa ngeroko. Dan Tive mengiyakan permintaan gw. Gw pesen kopi item dan dia beli kapucino. Kami memilih tempat duduk yang berada dipojok dan paling dekat dengar pagar. Situasi kedai waktu itu agak sepi. Mungkin karena bukan malem minggu jadi gak terlalu rame.

"Lo sering kesini?" Kata gw

"Sering banget. Kalo gw lagi bete di rumah, gw cabut kesini."

"Oh.." jawab gw singkat

Gw nyalakan rokok gw dan gw isep. Rasanya bukan main. Padahal sama aja kaya kemaren kemaren gw beli. Tapi mungkin tempat nya mendukung ya. Jadi ada sensasi yang berbeda.

"Lo asli mana sih ve?"

"Gw asli Jakarta. Bokap gw cerai sama nyokap gw tiga tahun yang lalu, dan ikut sama nyokap gw ke sini" pungkas nya

"Mmm sorry, gw gak tau ve"

"Gapapa kali santai aja. Udah biasa kok gw" katanya sambil tersenyum simpul

"Terus lo punya adek?"

"Engga, gw anak tunggal. Kadang gw ngerasa kesepian kalo di rumah. Tapi dalam tiga tahun ini gw udah mulai bisa berdamai dengan diri gw sendiri. Kadang gw muak dengan keadaan keluarga gw sendiri Al. Gw jarang banget ngobrol sama nyokap gw. Dia sibuk kerja. Gak pernah ada waktu untuk gw. Fasilitas emang dia kasih. Tapi kasih sayang gak gw dapetin."

"...." gw cuman mengangguk pelan dan mendengarkan dia bicara

"Sampai akhirnya gw ketemu sama afan di kampus. Gw introvert banget di kampus. Gak kenal baik sama temen temen. Cuman afan yang berusaha untuk nemenin gw. Gw pikir waktu itu itu dia adalah cowok yang dikirim Tuhan untuk gw. Tapi lama kelamaan, gw tau siapa dia. Pergaulan dia, dan sifat dia yang tempramen banget. Satu tahun pacaran gw udah kena tampar dua kali. Tapi anehnya gw tetep bertahan sama dia." Kata Tive sambil liatin kapucino yang di hadapannya

"Gw kaya terhipnotis sama afan. Gw ngerasa candu sama perlakuannya baik itu yang romantis atau yang buruk nya. Tapi akhirnya kemaren gw tau kalo dia ngeduain gw. Dan gw paling gak bisa kalo di selingkuhin. Karena kenapa?... perceraian orang tua gw karena ada orang ketiga. Makanya gw muak banget waktu tau dia selingkuh dari gw." Jelas nya lagi dengan nada agak tinggi

"Hidup itu emang unik ve. Kadang lo rasain manis kadang lo harus juga rasain pahitnya. Kadang lo rasain seneng dan kadang lo rasain sedih nya." Kata gw di akhiri menghisap rokok

"Thanks ya al, udah mau dengerin cerita gw" jawabnya

"Santai aja kali ve, Lo bisa cerita kapan aja kalo lo mau"

Mata hati gw baru terbuka. Childishnya dia, gw tau kenapa. Dia haus akan perhatian. Dia butuh kasih sayang. Dia sudah terlalu lama menanggung beban yang begitu besar di hidupnya. Terlalu berat untuk cewek seumurannya. Dia perlu udara segar yang bisa mengembalikan semangat hidupnya. Ternyata Tive adalah cewek yang kuat. Bahkan lebih kuat dari gw.

Padahal gw berfikir kalo Tive adalah cewek yang manja dan dimanja oleh orang tuanya. Tapi gw salah. Dia lebih rapuh dari pada tangkai pohon yang sudah tua. Mungkin kalo gw diposisinya, belum tentu gw bisa kuat seperti dia.

"Ngeliatin siapa ve?" Kata gw sambil mengikuti arah pandangannya

"A.. Afan Al" kata Tive terbata bata

Afan, yang gw tau dia masih pacarnya Tive berjalan ke arah kami. Gw tau Afan sudah dalam keadaan marah. Terlihat dari raut wajahnya.

"Oh gini ya lo, gw teleponin gw chat gak lo bales. Malah main sama cowo lain lo" kata Afan ke Tive dengan nada tinggi

"Apaan sih lo. Bukan urusan lo. Ngerti?" Jawab Tive

"Haha, pramuria kalo ngomong emang kaya gini ya?" Hardik afan dengan enaknya

PLAK, dan satu tamparan mendarat di pipinya Afan.

"ANJ*NG LO FAN" kata Tive dengan gemetar dan air mata yang mulai jatuh dari pelupuk matanya.

"Ayo Al" ajak Tive ke gw

"Bentar ve" kata gw sambil beranjak berdiri dan mendekati si Afan

"Gw gak kenal siapa lo. Dan gw gak mau kenal sama lo. Tapi gw mau kasih tau satu hal sama lo. Emak lo bilang, kalo dia malu banget punya anak kaya lo yang bisanya cuman nyakitin dan ngehina cewek" kata gw geram ke afan

"Lo gak usah ikut campur. Dan jangan sok jadi pahlawan lo." Kata Afan sambil mendorong gw

"Dan gw rasa ve, temen lo ini anak dari pramuria juga sama kaya lo. haha" lanjut afan

Emak gw pecun?? Gw udah kalap. Gw gak bisa mikir jernih lagi. Gw udah emosi liat Tive di perlakukan seperti itu. Dan sekarang dia Bilang emak gw pecun.

"Buuukk"
Satu pukulan mendarat di pipinya afan. Gw udah gak bisa nahan emosi.

"SEKALI LAGI LO NGOMONG KAYA GT, GW PATAHIN TULANG RUSUK LO!!!" Kata gw dengan nafas tersengal sengal karena emosi

"Al udah, Ayo cabut!!" Kata Tive sambil narik tangan gw.

Sebelum pegawai kedai dan customer yang berdatangan ke meja gw, gw cabut ninggalin si Afan yang terkapar di lantai. Gw gak bisa terima dia ngehina almarhum nyokap gw. Betapa sakitnya hati gw. Setiap orang boleh cemooh gw, boleh ngehina gw. Asal jangan orang tua gw.
Jangankan orang lain. Adik almarhum ibu gw ngehina bokap gw waktu itu, gw yang hadepin dia. Apalagi orang lain.

Langit udah mulai gelap ketika gw dan Tive meninggalkan kedai. Suasana hati gw masih gak karuan. Kepala gw masih panas. Panas karena hinaan afan terhadap almarhum ibu gw.

Dalam perjalanan pulang Tive minta maaf ke gw karena perlakuan Afan tadi. Dan gw hanya mengangguk. Tive bilang dia gak nyangka kalo Afan ke kedai itu juga. Emang sih dulu katanya dia sering ke kedai itu sama afan juga. Cuman dia gak ceritain waktu ngobrol di kedai tadi.

"Disini aja ve"

"Loh kosan lo yang mana?"

Deket ko, masuk gapura itu?" Kata gw sambil menunjuk gapura satu satunya di pinggir jalan

"Oh yaudah kalo gt. Btw thanks ya Al. Udah nemenin gw. Dan maaf sekali lagi buat kejadian yg tadi." Kata Tive lirih

"Udah gpapa. Lo balik gih keburu malem"

"Yaudah gw balik ya al"

Akhirnya gw nyampe di kosan. Seperti rutinitas biasa gw langsung mandi dan ganti pakaian. Hari ini sangat gerah, panas, bahkan lebih panas dari hari hari biasanya.

Gw pengen tidur. Gw kangen nyokap gw emoticon-Mewek
Diubah oleh aldiriza 07-04-2020 00:45
jiyanq
khodzimzz
khuman
khuman dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup