Quote:
"Kakak main yuk, aku punya mainan baru dong"
"Shtt berisik kamu, main sendiri aja sana diluar"
"Gak mau ah gak seru tau"
"Berisik ih kamu, kaka lagi ngerjain pr dulu"
"Kak main ayo, jangan ngegambar terus ish"
"Kamu anak kecil berisik banget sih, bentar kaka masih belom beres"
"Yaudah aku juga mau ngegambar kaya kaka aja"
"Ish ini tuh bukan lagi gambar Andi, kaka lagi ngerjain pr"
"Yaudah aku juga mau ikutan"
"Yee anak kecil sok ngerti, udah sana deh jangan ganggu kaka"
Saat itu gw sedang asik bermain mobil-mobilan di ruangan keluarga, disana ada kaka gw Fina yang sedang mengerjakan sesuatu, Fina 4 tahun lebih tua dari gw, waktu itu gw masih anak umur 5 tahun yang belum bersekolah sedangkan Fina sudah berumur 9 tahun dan sudah kelas 3 SD. Karna gw mulai bosan main sendiri akhirnya gw mengajak kaka gw tersebut untuk pergi bermain, namun dia tidak menggubris ajakan gw tersebut, dia tetap fokus mengerjakan sesuatu menggunakan buku dan pensilnya, gw yang penasaran akhirnya bertanya mengenai apa yang sedang di kerjakannya, semakin lama semakin asik, walau awalnya Fina marah karna gw ganggu, namun dia malah asik tertidur setelah mengajarkan gw beberapa soal matimatika yang tadi dia sebut sebagai pr, sampai akhirnya tanpa sadar gw selesai mengerjakan semua soal pada buku pr tersebut.
Dulu pas gw masih kecil, gw memang paling menonjol diantara semua anak yang seumuran dengan gw, dibanding mereka gw satu-satunya anak paling aktif, bukan cuma itu, bahkan sebelum mamah berencana memasukan gw ke sekolah pada umur 7 tahun, gw sudah menguasai baca dan tulis saat gw masih berumur 5 tahun, bisa dibilang mungkin kecerdasan gw diatas rata-rata, dimana gw sudah menguasi penjumlahan dan pengurangan serta perkalian 1 sampai 50 pada usia tersebut, hal tersebut umumnya harus dikuasi oleh siswa kelas 3 umuran 9 tahun keatas, sedangkan gw dengan mudahnya menguasainya hanya karna rasa penasaran yang timbul saat kakak gw Fina mengerjakan pr matimatikanya, berawal dari tanya-tanya dan dengan kesalnya kakak gw menyerahkan buku paketnya ke gw karna merasa terganggu saat mengerjakan pr, dari situ tanpa sadar gw malah dimanfaatkan oleh dia dan mengerjakan semua pr nya pada buku paket yang dia miliki.
Bisa dibilang gw seorang anak yang memiliki rasa penasaran yang tinggi, dimana gw akan mencari cara untuk mendapatkan semua yang ingin gw ketahui, namun permasalah gw sering kali merasa bosan ketika sudah mengetahui suatu hal yang sangat gw inginkan tersebut, karna setiap hal yang sama umumnya membutuhkan metode yang sama pula, contoh gw terobsesi pada perkalian 1-10 sisanya gw merasa bosan karna angka yang dihasilkan berapapun jumlah perkaliannya pasti terdapat nilai 1-10 didalamnya, alhasil disetiap kenaikan kelas gw selalu mendapat peringkat sampai gw kelas 3 smp.
Quote:
Andi main yuk, aku tadi dibeliin pistol sama mamah.
"Ayok, aku pinjem ya nanti pistolnya."
"Iya deh nanti aku pinjemin, yuk ambil dulu pistolnya dirumah aku."
"Yaudah ayo, Maaaahhhh aku maen ya sama Andra."
"Mau maen kemana, Jangan jauh-jauh ya maennya sama jangan pada berantem ya."
"Iya tante, aku main dulu ya sama Andi."
"Yaudah iya, hati-hati ya."
Akhirnya gw pergi mengikuti Andra pulang kerumahnya, Andra mengambil mainan yang baru dibelikan orang tuanya, dan kita bergegas pergi ketaman untuk bermain di taman, disana kita bermain tembak menggunakan pistol mainan yang diarahkan pada target akua bekas berjarak beberapa meter yang di letakan di depan sana, kita saling bergantian untuk saling mengenain target tersebut, namun karna tak kunjung dari kami yang mengenai sasaran akhirnya gw mulai bosan dan mencari sasaran yang lain.
Perlahan gw mulai mencari objek disekeliling untuk dijadikan objek target kita selanjutnya, dan ditaman ini terdapat sebuah pohon manggah yang sedang berbuah lebat.
Gw memberikan ide pada Andra agar mengubah target akua bekas manjadi buah manggah yang menggantung tepat diatas kepala kami, Andra menyetujuinya dan kami kembali larut dalam permainan menembak, beberapa kali kita sempat mengenai target namun buah manggah tersebut tak kunjung berjatuhan bahkan sampai peluru pistol yang kami gunakan habis, karna penasaran kami berdua mulai memanjat pohon tersebut dan berhasil memetik beberapa buah manggah, namun saat Andra mengusulkan untuk pulang dan turun dari pohon lebih dulu, gw mulai kebingungan untuk mengikutinya turun dari pohon, sedangkan Andra pulang lebih dulu kerumahnya meinggalkan gw yang masih bergelantungan diatas pohon, saat Adzan magrib barulah Mamah mencari gw dan akhirnya menemukan gw yang sedang tertidur diatas pohon masih menggenggam beberapa buah manggah yang masih mentah.
Walaupun gw cukup pintar namun dari sini gw mulai benci dengan yang namanya ketinggian, apalagi ketinggian di atas pohon mangga, bukan gw tidak bisa memanjatnya hanya saja gw tidak mengetahui cara agar dapat turun dari pohon tersebut.