janeeta97Avatar border
TS
janeeta97
Cinta Terbit Saat Rembulan Redup
Cerita bersambung


Sumber gambar: klik disini


Pancaran mentari kali ini membuat tubuh tak berdaya. Seakan-akan semua dibumi hanguskan oleh sengatan tajam yang mampir dalam raga. Masih bernyawa, tapi sakit mendera dari ujung rambut sampai kaki.

Saat jam makan siang menyapa seluruh penghuni ruangan itu. Fany menampakkan raut mukanya dengan kusut ditambah berdiri, jalan, duduk dilakukan berulang kali sambil memegang ponsel di ruangan kerjanya.

Dani melintas di depan meja gadis berambut panjang yang tengah sibuk dengan hal abstrak. Sudah terlewati dimana Fany tak peduli siapa yang lewat didepan matanya. Ia memutar arah hanya sekedar menyapa rekannya yang tak seperti biasa.

“Fan kenapa kamu kelihatan gelisah sekali?” tanya Dani laki-laki berperawakan kekar itu.
Fany tak langsung menjawab pertanyaan yang tertuju padanya. Ia menatap rekan kerjanya dengan muka gugup.

“Gak papa kog Mas. Pikiran baru semrawut aja.” jawab singkat Fany.

“Ya udah tenangin dulu. Ayo keluar dulu mumpung istirahat biar tenang!”

Fany menganggukkan kepala sembari berkata, "Nanti saya nyusul.”

Tak tanggung-tanggung Dani meninggalkan gadis yang sedang duduk dan matanya tertuju sambil mengamati ponsel miliknya. Bak ada sebuah rahasia yang memenuhi memorynya.


Dua jam kemudian ...

Terdengar suara sepatu laki-laki berumur setengah abad, sebut saja Pak Arman. Senam jantung ketika kekhasannya terdengar sampai telinga, kritikan pedas selalu keluar dari mulutnya. Tak peduli siapa dia? Ketika senior itu datang, semua bawahnnya hanya bisa terdiam dan selalu berkata ”Ya” kalau beliau memberikan kritik ataupun saran. Saking takutnya mereka tak berani menatap muka lelaki berambut dua itu. Namun, semua itu tak berlaku bagi Fany saat ini.

“Selamat sore mbak ... ” suara lantang Pak Arman.

Dengan sigap Fany mengangkat tubuhnya yang layu untuk menghormati seniornya.

“Sore Pak ... ada yang bisa saya bantu?”

“Ada yang nyari kamu. Segera keruangan kerja saya sekarang!” Tanpa basa-basi Pak Arman langsung beranjak pergi sebelum Fany menjawabnya.

Takut mulut harimau itu berteriak Fany bergegas membereskan pekerjaannya sebagai admin perusahaan. Ia bergegas menemui Pak Arman di ruangan kerjanya. Memasuki ruangan atasan dengan sopan adalah adab dalam berperilaku bagi gadis cantik bermata sipit itu. Dua lelaki sudah stand bydi ruangan ini, ia tak diketahui siapa lelaki itu selain Pak Arman. Pria itu tak asing baginya karena ia hanya menatap dari belakang.

Perlahan-lahan Fany menghampiri tempat mereka berdua duduk. Sorot matanya mengarah pada dua insan yang sedang duduk, pertama tertuju pada Pak Arman dan kemudian dilanjutkan pada laki-laki itu.

Degg ... deeggg ... deeggg ....

Begitulah suara denyut jantung Fany. Ternyata dirinya telah mengenal sosok itu dan juga sebaliknya. Keributan tengah menghantui pertemanan mereka saat ini. Walau saling mengenal, mereka tetap tutup mulut semua tanpa saling menyapa sekalipun.

"Maaf Pak! Siapa yang mencari saya?" tanya Fany berdiri di samping Pak Arman.

"Saya yang mencari. Silakan duduk!"
Laki-laki itu menatap Fany dan telunjuknya mengarah ke kursi dekat pria itu.


Bersambung ...



Jogjakarta, 12072019.



Quote:
Diubah oleh janeeta97 05-01-2020 06:57
merigat
swiitdebby
nona212
nona212 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
2.2K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
janeeta97Avatar border
TS
janeeta97
#51
Part 4
Berusaha untuk biasa menghadapi situasi yang ada. Tetapi, beriring dengan berjalannya waktu semua tidak bisa kembali seperti semula. Dibawah pimpinan Pak Amran dan Cahya memang berbeda dari segala sudut pandang. Menjadi assistancemantan pacarnya telah ia jalani selama enam bulan.

Bentuk kepedulian dan rasa perhatian selalu Cahya berikan kepada wanita yang pernah mengisi hatinya. Entah, lewat pesan pribadi bahkan saat mereka berada di tempat kerja. Tetapi, bukannya menambah Fany semakin sayang. Tidak pernah membalas pesan darinya jika tidak ada urusan kerja, selalu mengatakan apa adanya saat bicara.

Quote:


Pesan singkat yang ditulis Cahya kepada Fany. Hanya tanda dua centang biru saja yang diperlihatkan oleh wanita yang telah kesal dengannya.

***

Sudah satu jam lebih centang biru itu dipelihara oleh Fany. Rasa tak sabar tertanam dalam hati Cahya. Diambil handphone untuk memastikan bahwa wanita itu besok pagi harus datang kerja.

Penglihatannya menunjukkan kalau Fany masih online. Mencoba untuk video call, hasilnya nihil. Cara lain adalah menelpon via whatsapp, diputuskan panggilannya. Dengan sabar ia menghubungi lewat Chatting whatsapp, tetapi centang satu yang terjadi pada akun Fany. Bingung dengan sifat wanita yang dahulu ia kenal dengan baik tiba-tiba tidak peduli saat penting-pentingnya. Mulailah mengotak-atik pikiran untuk bisa menghubunginya.

'Kalau aku sms pasti gak mungkin dibales. Ya sudah telepon biasa saja'.kata Cahya dalam hati.

Menghidupkan telepon selulernya untuk memastikan jawaban dari partner kerjanya. Rasa lega saat telepon itu diangkat oleh Fany. Namun ketika dirinya beranjak bicara telepon itu dimatikan oleh Fany.

Bingung tak karuan dirasakan oleh Cahya. Ia tahu kalau dirinya berhak diperlakukan seperti ini dan seharusnya juga tidak pantas untuk menjadi pimpinan bagi seorang Fany. Meskipun memimpin perusahaan karena Fany adalah seorang yang tahu kesalahannya beberapa bulan yang lalu. Terjebak dalam dunia malam membuatnya hilang kendali. Selain meminum barang haram, perbuatan terlarang ia lalukan. Cahya tak pernah bercerita apa yang ia lakukan saat ini. Tetapi, saat itu Fany menghubungi lewat video call dan diangkat oleh Cahya dalam keadaan tidak sadar.

Fany memantau dengan video call sampai Cahya melakukan perbuatan terlarang dengan wanita yang tak dikenal disebuah club malam.

Mulai dari situlah Fany memutuskan untuk menyudahi hubungan dengan pacarnya. Namun, takdir menyatukan kembali dalam kondisi yang berbeda.


Quote:
Diubah oleh janeeta97 05-01-2020 06:59
0