iselfiawrdsAvatar border
TS
iselfiawrds
Tidak Melawan Saat Dirudapaksa, Bukan Berarti Menikmati. Peneliti: Lumpuh Sementara!
Most people agree and say;

“Bahwa bila seseorang tidak ingin melakukan hubungan seks, maka tubuhnya tidak akan "mengizinkan" hal tersebut terjadi.”


Belum lengkap penderitaan si korban rudapaksaan, kini ditambah hujatan dan intoleran dari lingkungannya. Bukan masalah pakaian, agama, atau faktor-faktor lain. Ini adalah kesimpulan yang tidak adil namun sudah menjadi stigma kuat di masyarakat.

Berikut kutipannya, atau bisa cek berita lengkap di sini:

__

Spoiler for Berita:


__



Padahal, sudah sejak 2017, dikutip dari Tirto.id, Peneliti dari Swedia telah membeberkan hasil riset mereka, sehingga mitos rudapaksaan tersebut bisa dipatahkan: korban akan berusaha melawan, dan jika hal tersebut tidak dilakukan, maka hubungan seks yang terjadi bukanlah rudapaksaan.

Intinya, diam berarti menikmati.


Nah, dari situlah penelitian dilakukan dan Dr. Anna Moller yang merupakan salah satu Peneliti dalam riset tadi menemukan adanya gejala kelumpuhan sementara yang dialami korban saat proses rudapaksaan tengah berlangsung. Tonic Immobilityadalah sebutan bagi gejala kelumpuhan tersebut.

Bahkan yabg terkena Tonic Immobility malah lebih rentan depresi, Guys. Enggak kebayang pokoknya.

Kondisi tubuh si korban bakalan kaku. Dan peneliti telah meneliti dan menemukan 7 dari 10 perempuan korban rudapaksaan juga alami hal serupa. Bukan hanya di Indonesia saja, Guys, tapi di negara-negara lain pun juga menunjukkan fenomena serupa kok.

Namun sayang seribu sayang, hasil temuan ini belum disosialisasikan dan terinternalisasi dalam pikiran masyarakat. Langsung asal hujat setelah tahu korban rudapaksaan tidak bisa berkutik dan melawan. Sudah kena musibah, malu, ditambah lingkungan yang tidak mendukung. Entah sampai kapan penyalahan stigma tentang korban rudapaksaan yang hanya ‘diam’ ini akan terus berlangsung.

Lagi pula, rudapaksaan ini kan pelecehan yang dilakukan dengan cara menyerang dengan tujuan merendahkan, menakut-nakuti, mengintimidasi. Dilecehkan secara seksual saja rasanya malu, takut, bahkan sampai timbul pengalaman traumatik. Apalagi sampai dirudapaksa dong. Dipikir secara alamiah saja, mana ada wanita yang mau menerima serangan seperti itu jika tanpa atas dasar suka sama suka, sesama mau.

Thread ini tidak membidik salah satu pihak saja, ya. Sebab Pelaku pelecehan seksual bisa siapa saja terlepas dari jenis kelamin, umur, pendidikan, nilai-nilai budaya, nilai-nilai agama, warga negara, latar belakang, maupun status sosial.

Setidaknya, jangan lakukan diskriminasi pada korban rudapaksaan. Rangkul mereka dan percayakan bahwa masih ada masa depan. Jangan terlalu jahat untuk membubuhi garam pada penderitaan seseorang.
Diubah oleh iselfiawrds 03-01-2020 13:58
bnoorraini
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 56 lainnya memberi reputasi
57
19.7K
253
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
HenahitoAvatar border
Henahito
#16
Baru tau kalau ada istilah Tonic Immobility. Terkadang justifikasi netizen memang kejam. Mungkin mereka tidak mengalami rudapaksaan, jadi ngomong ngasal. Nda tau perasaan korban.
Bakal ane share ini istilah biar pada tau
iselfiawrds
iselfiawrds memberi reputasi
1
Tutup