kanglukkiAvatar border
TS
kanglukki
MY HOTTEST UTOPIA (CARA MEMIKAT HATI WANITA TANPA MODAL WAJAH DAN HARTA)


Spoiler for Indeks:






Episode 1 : Prolog


*Brugh
"ARRGHH!!", teriakku keras karena ada orang yang menabrakku dari belakang dengan keras sambil berlari kencang lurus ke depan, lalu diiringi dengan beberapa orang yang mengejar di belakangnya.

"COPET! COPET!!", ucap mereka bersahutan.

Butuh waktu dua hingga tiga detik untuk membuatku menyadari bahwa ada adegan saling kejar antara warga sekitar dengan copet yang baru saja menabrakku. Spontan aku langsung mengambil kamera di tas selempangku. Aku berlari sambil menyiapkan kamera dengan tergesa-gesa.

"Ah sial, kenapa kau harus terpisah pada saat seperti ini?", ucapku kepada kameraku yang terpisah dari lensanya.

Butuh waktu lama bagiku hingga akhirnya lensa terpasang pada kamera. Namun saat semua peralatanku sudah siap, aku baru menyadari jika kerumunan orang yang bermain kejar-kejaran sedari tadi sudah menghilang entah kemana.

"Dasar aku dan otak lambatku!", aku mengumpat kepada lambatnya kerja otakku.

Aku pun memutar balik langkahku, berjalan dengan lesu menuju lahan parkir tempatku memarkirkan kendaraan yang setia menemaniku selama ini. Bukan seperti itu, jika kalian berpikir aku memiliki mobil sport, kalian salah. Jika kalian berpikir aku memiliki motor tua, kalian juga salah. Aku tahu kendaraan tersebut memang mahal dan memiliki gengsi tinggi, namun mereka tetaplah kendaraan berbahan bakar minyak yang menimbulkan polusi. Aku memilih menggunakan sepeda gunung untuk keseharianku. Selain hemat, mengayuh sepeda juga menyehatkan badan.

Akhirnya aku mengayuh sepedaku dengan lesu menyusuri jalanan Pantai Kuta di malam tahun baru ini. Aku sudah terbiasa dengan kesendirian dalam hidupku seperti yang terjadi malam ini. Awalnya aku hanya berniat untuk berburu foto di pantai yang sudah terkenal seantero dunia ini, namun beberapa kejadian kurang beruntung justru membuatku harus mengurungkan niatku dan kembali pada rutinitas membosankanku di hari selanjutnya.

Hari terus berganti, namun rutinitasku tetap saja membosankan seperti biasa. Hingga suatu hari...

*Drrttt drrrtt
Suara ponselku bergetar tepat di samping kepalaku di tengah waktu tidurku.

"Baru jam empat pagi. Siapa orang tidak memiliki adab yang menelepon seseorang jam empat pagi, huh?", aku menggerutu kepada penelpon yang aku bahkan belum tahu rupa dan suaranya.

"Nomor tidak dikenal?", aku mengangkat telepon dengan rasa curiga. Aku khawatir pembunuh berdarah dingin seperti di dalam film lah yang menghubungiku di saat seperti ini.

"Halo Bli Gede, ini aku Anna. Aku orang yang satu bulan lalu menghubungi Bli Gede melalui email. Aku belum istirahat sejak berangkat kemarin dan sekarang aku sudah berada di Bandara. Kau jangan mencoba untuk melupakan janji kita pagi ini atau kau akan menyesal seumur hidup", suara perempuan di ujung telepon yang jauh dari kata lembut sedang menyapaku dengan sapaan paling sopan sedunia sehingga membuat aura pagi hari kamarku menjadi mencekam.

*Tuuttt
Suara telepon tertutup meninggalkan kebingungan di dalam kepalaku.

Aku langsung mencari identitas orang yang menghubungiku satu detik yang lalu tersebut di berkas yang berada di dalam laci meja kerjaku. dan aku menemukan foto beserta data diri seorang perempuan berambut pendek, berwajah yang manis namun memiliki tatapan mata yang tajam.

"Annabeth Zhou", aku mengeja namanya.

Dari namanya, aku dapat menyimpulkan jika ia adalah gadis keturunan tionghoa yang memiliki kulit putih bersih khas Asia Timur. Dan setelah aku membaca sedikit biodatanya, aku baru ingat jika aku memiliki janji bertemu dengannya pagi ini jam tujuh di kawasan Sanur. Aku melirik jam yang ada di ponselku, dan waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi.

Aku segera bergegas bersiap-siap karena menyadari waktu yang tersisa tidak terlalu banyak. Setelah semua perlengkapanku terbawa, seperti berkas milik Anna dan kamera milikku, aku segera memesan ojek online untuk mengantarkanku menuju sanur. Aku lebih memilih menggunakan ojek online dari pada taksi online karena ia dapat menerobos kemacetan pagi hari kawasan Kuta yang terkadang menyebalkan.

Namun sepertinya nasib tidak berpihak kepadaku. Pukul 07.15 pagi aku baru tiba di tempat tujuan. Aku menuju ke sebuah meja dimana ada tatapan dingin dari seorang perempuan yang seakan ingin membunuhku saat itu juga.

"Kau mengendarai siput kah, Bli Gede? Aku sudah menunggu lama di sini"

"Maaf Ann, jalan yang aku lewati pagi ini sedang terhambat, ada upacara keagamaan sehingga aku harus memutar jalan menuju Sanur"

"Kau yang terlambat, tetapi kau menyalahkan upacara keagamaan, Bli? seharusnya kau bangun lebih pagi. Beginikah disiplin waktu warga kota besar?"

"Hei, iya aku tahu aku terlambat. Tapi bisakah setidaknya kau persilahkan aku untuk duduk?"

"Kenapa kau tidak duduk di lantai saja sebagai hukuman atas keterlambatanmu?"

"Beginikah caramu menyambut fotografermu, Ann?"

"Fotografer yang tidak memiliki disiplin waktu? Seharusnya aku memperlakukanmu lebih buruk lagi dari ini, Bli"

Aku segera mengambil kursi yang berhadapan dengan Anna, lalu meletakkan semua peralatanku di meja.

"Baiklah Anna, sekarang saatnya kita serius"

_To Be Continued_
Diubah oleh kanglukki 12-12-2019 12:50
NadarNadz
nona212
sormin180
sormin180 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
9.9K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kanglukkiAvatar border
TS
kanglukki
#8
Episode 3 : Pertemuan Pertama


Aku dan Anna berjalan beriringan, bergandengan tangan menyusuri ruang demi ruang labirin memori tak bertepi. Menyusur masuk melalui jalan yang dipenuhi dengan bingkai kenangan berisi gambar demi gambar dari ingatan yang tidak ingin kami lupakan. Langkah kami terhenti di depan sebuah ruangan dalam labirin memori. Ruangan yang berisi sebuah proyektor yang menyala beserta layar putih yang menjadi tempat sang cahaya berpijak. Sebuah ruangan yang bernama "Pertemuan Pertama".

_Denpasar, lima tahun sebelumnya._

*drrrrttttttt

Suara ponselku bergetar di tengah waktu belajarku. sebenarnya hari ini merupakan hari libur bagiku, karena hari ini adalah akhir pekan. Namun aku terbiasa menghabiskan akhir pekanku dengan berselancar di dunia maya, mengasah kemampuan menggunakan pisau cahaya untuk menghasilkan karya.

"Swastiastu Gede, kau tidak melupakan jadwal hari ini bukan? Aku khawatir karena kau terbiasa melupakan jadwalmu di akhir pekan karena kau terlalu sibuk dengan dunia mayamu", suara lelaki di ujung telepon mengingatkanku tentang jadwalku hari ini.

"Swastiastu Mang, ah beruntung kau mengingatkanku akan jadwal hari ini. Jika kau tidak menghubungiku, aku pasti telah melupakan janji untuk berkumpul hari ini", aku memiliki kebiasaan buruk yang cukup mengganggu bagi para sahabatku. Aku terkadang terlalu sibuk dengan dunia milikku sendiri sehingga mengabaikan mereka semua. Beruntung para sahabatku merupakan orang yang sangat baik sehingga mereka tidak pernah meninggalkanku meskipun mereka tahu sifatku seperti ini.

Aku menghentikan aktifitas berselancar di dunia mayaku, dan mulai mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan para sahabatku. Aku melihat jadwal pada buku catatan kecil tempatku biasa menuliskan sesuatu yang sering aku lupakan. Di sana tertulis "Hari pernikahan Gek Ayu", ditulis bersamaan dengan tanggal hari ini, beserta waktu acara berlangsung.

"14.00 WITA", aku bergumam membaca keterangan waktu dari catatan milikku. Kemudian aku melirik jam yang terpampang pada layar ponselku.

"12.30 WITA", lagi-lagi aku bergumam membacanya.

"Tunggu, berarti satu setengah jam lagi aku harus sudah sampai di sana. Ah aku dan otak lambatku", ucapku jengkel kepada pikiranku sendiri, lalu segera bergegas untuk bersiap.

Waktu telah menunjukkan pukul 13.25 WITA ketika aku selesai bersiap dan bersolek. Aku melihat pada layar ponselku terdapat pesan teks yang aku terima 15 menit yang lalu. Aku buka pesan singkat dari sahabatku bernama Komang Adi. Komang Adi adalah orang yang sama dengan orang yang meneleponku beberapa saat lalu. Ia adalah salah satu sahabat terbaikku yang selalu siaga saat aku membutuhkannya. Aku tidak bermaksud memanfaatkannya, namun ia benar-benar orang yang sangat baik untukku.

"De, 30 menit lagi aku akan sampai di tempatmu. Jangan sampai kau melupakan kamera milikmu, karena kau akan sangat sibuk di sana", bunyi pesan teks tersebut untukku.

Tak lama berselang, klakson dari sebuah mobil beberapa kali aku dengar berbunyi dari arah depan rumahku. Akupun bergegas mengambil semua yang perlu aku bawa lalu berjalan ke arah mobil tersebut berhenti. Terlihat sebuah mobil merah terparkir manis tepat di depan gerbang rumahku. aku pun masuk dan mobil pun mulai melaju perlahan membelah kemacetan jalan Denpasar. Sekitar 10 menit perjalanan, sang pengemudi membelokkan mobilnya ke sebuah gang perumahan. Aku sedikit bingung di sini, karena gang ini bukan merupakan tempat acara berlangsung.

"Kita hendak kemana, Mang?", aku bertanya penuh kebingungan kepada Komang.

"Kita harus menjemput seseorang di sini", jawab Komang.

Mobil berhenti di sebuah rumah berwarna biru muda, tak begitu besar namun tampak elegan. Tak lama berselang, seorang perempuan keluar dari gerbang rumah tersebut. Perempuan dengan paras cantik, menggunakan setelan berwarna biru yang terlihat cocok dengan dirinya. Ia membuka pintu belakang mobil tempatku duduk sekarang, dan segera masuk ke dalam mobil, serta duduk di sebelahku.

"Hai Ann, how are you today?", sapa Komang kepada gadis di sampingku ini dari kursi depan.

"I am good, Mang. How are you?", suara gadis ini terdengar anggun dan berkelas.

"As you can see, I am good too", Komang dan gadis yang aku rasa bernama Ann mengobrol dengan menggunakan bahasa inggris. mungkin Ann bukanlah orang Indonesia, mengingat sangat banyak orang dari luar Indonesia tinggal di Bali.

"Pak sopir, bagaimana kabar Bapak?", aku terkejut mendengar gadis ini berbicara bahasa Indonesia.

"Baik Gek Anna, Alhamdulillah", jawab pak sopir.

"Aku Annabeth", gadis itu mengulurkan tangannya kepadaku pertanda ia ingin mengajakku berkenalan.

"I.. Iya, aku Gede", jawabku dengan terbata-bata.

"Hei De, kenapa kau terlihat gugup? Kemana Gede sang penakluk wanita yang aku kenal?", Komang yang menyadari gelagatku, mencoba menggodaku dari kursi depan.

"Benarkah apa yang kau bilang, Mang? Gede adalah penakluk wanita? Ah aku harus sangat berhati-hati jika berhadapan dengan Gede", aku tidak menyangka jika Annabeth menyambut perkataan Komang dengan begitu ringan seakan aku dan Annabeth adalah teman lama yang dipertemukan kembali.

"Hei, tidak seperti itu. Aku tidak semenarik itu bagi perempuan. Lihatlah", aku mencoba menanggapi obrolan mereka dengan tidak memakan umpan obrolan konyol tentang diriku.

"Terkadang orang yang berkata demikianlah yang sangat berbahaya. Bukankah demikian, Mang?", Annabeth terus saja menggodaku.

"Tentu Ann, kau jangan pernah termakan omongan lelaki seperti Gede jika kau tidak ingin jatuh ke dalam pelukannya, hahahaha", Komang menimpali dengan tak kalah sadis.

"Hei kalian!", aku memasang wajah kesal kepada mereka berdua.

"Hahahahaha", Komang dan Annabeth justru tertawa mendengar ucapanku.

Tak lama setelah obrolan tadi, kami sampai di acara pernikahan Gek Ayu. Gek Ayu merupakan salah satu sahabat terbaikku juga. aku, Komang, Gek Ayu, dan beberapa teman lain merupakan sahabat sejak SMP. Namun aku sedikit bingung dengan Annabeth. Siapakah dia sebenarnya?

Setelah acara pernikahan Gek Ayu selesai, kami semua berkumpul, bercengkrama, dan saling membahas kenangan masa lalu saat kami masih berseragam putih biru. Hampir semua orang di sini terlihat berbaur, kecuali satu orang, Annabeth. Annabeth terlihat menyendiri, seakan ia adalah orang asing di antara kami semua. Akupun memberanikan diri untuk mengajak Annabeth berbincang.

"Hei Ann, kenapa kau tidak bergabung bersama kami di sana?"

"Tidak De, aku bukan bagian dari mereka", aku bingung dengan ucapan Anna. Awalnya aku berpikir jika Anna adalah bagian dari kami, hanya saja aku belum mengenalnya.

"Lalu bagaimana kau bisa datang ke tempat ini, Ann?"

"Komang lah yang mengajakku. Aku orang baru di sini, aku baru pindah dari daerah asalku, dan Komang adalah satu-satunya orang yang aku kenal di tempat ini", penjelasan Anna cukup masuk akal bagiku.

"Just let's be friends", aku pun mengulurkan tanganku kepada Anna, namun ia tak kunjung menyambut tanganku.

"Aku tidak akan masuk ke dalam jebakanmu, lelaki penggoda", Anna mengucapkan hal itu sambil memberikan tatapan nakal kepadaku.

"Penggoda huh? Aku hanya ingin menjadi temanmu. Dan aku juga tidak seistimewa itu hingga banyak wanita jatuh ke pelukanku. Aku hanya lelaki biasa", ucapku sambil aku terus mengulurkan tanganku.

"Just let's see, De. I will not fall for you", Anna menyambut uluran tanganku kali ini

"Lagipula terbawa perasaan kepada seorang teman adalah hal terkonyol yang pernah ada", lalu kami saling melepaskan tangan.

Cuplikan tersebut merupakan bingkai terkahir dari film yang berjudul "Pertemuan Pertama". Film yang dimainkan di dalam salah satu ruang pada labirin memori tak bertepi. Aku dan Anna berjalan kembali menyusuri ruang demi ruang dalam labirin ini, hingga kami berhenti di depan ruangan kedua yang terlihat menarik untuk ditelusuri. Sebuah ruangan yang bernama.......

_To Be Continued_
lumut66
sriwijayapuisis
diko.sgn
diko.sgn dan 2 lainnya memberi reputasi
3