~*~

Aku dan Selma


Apakah itu Selma
Apakah kau Selma
Mengapa kau memiliki wajahku
ataukah aku yang memiliki wajahmu
Apakah kau akan mengajakku
turut serta bersamamu
dengan sayap-sayap patahmu
melintasi awan gemawan yang membisu
menuju singgasana kematian
meninggalkan duka cita yang diam
menengok gegap gempita yang tak gemerlap
menyisakan sisa mimpi yang tak bersisa
kecuali kenangan-kenagan menyakitkan
yang menggelepak-menggelepak
bagai sayap tak terlihat
melupakan duka cita yang membuatku lupa tersenyum
melupakan duka cita yang membuatku kehabisan air mata


Apakah kau benar-benar Selma Mengapa wajahku ada di wajahmu
Mengapa wajahmu ada di wajahku
Apakah kau akan mengajari aku
meninggalkan tamaknya dunia
meninggalkan coreng moreng dunia
meninggalkan kebobrokan moral-moral di bumi yang tak bermoral
meninggalkan kebohongan, kekejian, dan kerakusan para khalifah di bumi


Kaukah itu Selma
Mengapa kau mirip aku
Mengapa aku mirip kau
Ataukah Selma dan aku tak berbeda
Ataukah aku dan Selma sama saja
Apakah kau mengajakku melepaskan diri
dari dunia yang menawanku
dengan sayap-sayap patahku

~*~

Kamboja Menunggu


Di balik pintu kamboja itu menunggu
Melambai hijau daunmu melagu
Mengingatkan akan kefanaan tak meragu
Mendendangkan kabar keabadian baka nan baku


Di balik pintu kamboja itu menunggu
Binar merah kelopak bungamu mengerling tersipu
Percik-percik hujan menyatu di keningmu
menjelma kristal-kristal kemilau di wajahmu


Di balik pintu kamboja itu menunggu
Tajam matamu menghujam jantungku
Sementara angin berembun senja menghantarkan tanyamu:
“Saat nanti kan ikut bersamaku
menghadap pemilik kita dan alam semesta, apa bekalmu?”
Aku tertunduk,
malu ....

~*~

Terdampar


Kuterdampar
di sebuah tempat yang asing
dimana kulihat indah merimbun
cahaya berpendar dimana-mana
tidak, sinarnya tidak menyilaukan
tapi sungguh memberi terang


membuatku mampu melihat hijaunya dedaunan
membuatku mampu melihat hijaunya rerumputan
membuatku mampu melihat warna-warni bunga
membuatku mampu melihat birunya angkasa
biru angkasa berpenghias merah hijau kuning pelangi


amboy ....
angin pun berhembus bebas
sebebas imajinasiku
tanpa sekat
tanpa batas
menyebarkan wangi aroma bunga
menyebarkan segar oksigen dibuang dedaunan
sungguh, aku rela terdampar di sini
menjadi penghuni tetap di sini, aku pun mau



~*~

Kaki Ini


Kaki ini ...
sejatinya hanyalah titipan Illahi
yang sewaktu-waktu kan diambil Sang Pemilik jika menghendaki
Saat kulihat kedua belah kaki ini
hatiku bertanya sendiri;
apa yang telah kuperbuat dengan amanah kaki ini
apakah kutelah merawatnya dengan sepenuh hati
apakah kutelah menjaganya dengan sungguh hati
apakah kutelah memanfaatkannya dengan bijak bestari


Kaki ini ...
Kau titipkan tentu untuk sebuah arti
bukankah Kau ciptakan semua yang ada di bumi dengan maksud dan misteri
untuk dikuakkan tabir rahasia maksud dan guna
serta hikmah bagi tiap-tiap insan yang mau menyimak mempelajari
untuk menjadi mengerti
meski itu hanya sebuah sel inti
apalagi kaki ini,
banyak sel saraf rumit saling melengkapi
terkoordinasi otak terkendali hati


Kaki ini ...
kadang berjalan pelan perlahan kencang berlari,
kadang berhenti, tapi harus lanjut lagi
kadang menurun, kadang rata, kadang mendaki,
dan itu pasti jalanan yang mesti dilewati


Kaki ini ...
kubiarkan ia membawaku menuju sinar di ujung itu menanti
meski tak jua jemu menghadang onak duri
tapi kaki ini tak perlu lantas surut kembali,
meski sesekali berhenti kemudian melangkah lagi, lagi, dan lagi
karena kutahu tentu Kau tak mau kuberhenti di sini
sementara di ujung sana sinar itu menanti, pasti
dan biarkan kaki ini kembali kepada Yang Memiliki pada saatnya nanti
semoga sampai akhir sampai nanti selamat menyertai



~*~