- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pengalaman bertemu dengan BJ Habibie, Sang Cendikiawan Murah Senyum
TS
dwi.krisna
Pengalaman bertemu dengan BJ Habibie, Sang Cendikiawan Murah Senyum
Quote:
Indonesia saat ini tengah berduka dengan kepergian seorang Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie. Seorang Cendikiawan cerdas dan sekaligus panutan bagi para generasi muda. seorang yang mendedikasikan dirinya untuk ilmu dan bahkan untuk negara ini. Beliau menjadi salah satu inspirasi tentunya untuk berbagai kalangan.
Beliau juga salah satu bukti nyata bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Beliau menjadi corak dalam kehidupan bahwa kehidupan bisa dirubah dengan segala kerja keras. Beliau juga menjadi bukti dalam sikap kesetiaan dalam ilmu dan juga kecintaannya pada negara dan keluarga.
Beliau tak pernah memandang besar masalah, namun membesarkan tekad dengan badannya yang kecil. Membesarkan keberanian untuk menantang semua masalah. Raut wajahnya yang hangat membuat generasi muda pasti berangan "alangkah besarnya beliau dengan segala ilmu yang didapatnya, alangkah besarnya beliau dengan tekadnya tersebut"
Namun, beliau tetaplah manusia yang tak mungkin kekal di dunia, beliau pun masih harus menjalani siklus kehidupan. Apa daya, alam sendiri yang menyeleksi langsung insan cerdas dan sekaligus panutan bangsa ini.
Sekali lagi, Indonesia kehilangan seorang cendikiawan cerdas, seorang bapak ilmu yang mampu menggerakkan hati para generasi muda, seorang pahlawan dalam bidang ilmu, seorang ayah bagi anak-anaknya dan juga seorang wakil presiden ketujuh di Indonesia.
Kami generasi muda yang sangat mengidolakan Anda, sangat menjadikan Anda patokan dalam meniti karir, menjadikan Anda contoh untuk belajar dan menimba ilmu berdoa agar segala amal dan ibadah Anda bisa diterima disisinya. Terima kasih atas kerja keras Anda untuk negara ini terima kasih atas segala motivasi yang pernah Anda berikan, terima kasih terlah menjadi sosok yang mampu membangun diri ini untuk berubah menjadi yang lebih baik. selamat jalan pahlawanku, selamat jalan guruku, selamat jalan panutanku.
Beliau juga salah satu bukti nyata bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Beliau menjadi corak dalam kehidupan bahwa kehidupan bisa dirubah dengan segala kerja keras. Beliau juga menjadi bukti dalam sikap kesetiaan dalam ilmu dan juga kecintaannya pada negara dan keluarga.
Beliau tak pernah memandang besar masalah, namun membesarkan tekad dengan badannya yang kecil. Membesarkan keberanian untuk menantang semua masalah. Raut wajahnya yang hangat membuat generasi muda pasti berangan "alangkah besarnya beliau dengan segala ilmu yang didapatnya, alangkah besarnya beliau dengan tekadnya tersebut"
Namun, beliau tetaplah manusia yang tak mungkin kekal di dunia, beliau pun masih harus menjalani siklus kehidupan. Apa daya, alam sendiri yang menyeleksi langsung insan cerdas dan sekaligus panutan bangsa ini.
Sekali lagi, Indonesia kehilangan seorang cendikiawan cerdas, seorang bapak ilmu yang mampu menggerakkan hati para generasi muda, seorang pahlawan dalam bidang ilmu, seorang ayah bagi anak-anaknya dan juga seorang wakil presiden ketujuh di Indonesia.
Kami generasi muda yang sangat mengidolakan Anda, sangat menjadikan Anda patokan dalam meniti karir, menjadikan Anda contoh untuk belajar dan menimba ilmu berdoa agar segala amal dan ibadah Anda bisa diterima disisinya. Terima kasih atas kerja keras Anda untuk negara ini terima kasih atas segala motivasi yang pernah Anda berikan, terima kasih terlah menjadi sosok yang mampu membangun diri ini untuk berubah menjadi yang lebih baik. selamat jalan pahlawanku, selamat jalan guruku, selamat jalan panutanku.
Bukan hanya itu saja yang ingin ane sampaikan, ada kisah yang cukup membuat ane merasa sedih ketika mendengar kepergian beliau. Kisah ini, ane alami sendiri dan dari kejadian ini yang akhirnya membuat ane menjadi seorang yang tabah, bertekad dan tidak lari dari setiap masalah.
Quote:
Pada tahun 1998 silam, ane pada saat itu baru berumur 8 tahun, dan tentunya baru menginjakkan kaki di kelas 2 SD. Tentunya ane masih polos dan belum paham apa-apa, apalagi masalah politik. Namun ada hal yang cukup menggugah hati ane pada saat itu.
Tepatnya di tanggal 27 juni 1998, pada saat itu ane sekolah seperti biasa, berangkat jalan kaki dari rumah ke SD Carita 2 di daerah pantai mutiara carita. Di tengah pelajaran, para guru tiba-tiba dipanggil oleh kepala sekolah, sehingga pelajaran ditunda beberapa saat.
Tak lama, guru di kelas 2 pun kembali ke kelas dan mengumumkan bahwa besok, arak-arakan kepresidenan akan melewati daerah sekolah saya, sehingga setiap anak diharuskan membuat bendera dari kertas wajik dengan tangkai dari tusuk sate.
Sepulang sekolah ane bingung, siapa sih yang bakalan lewat ini. Ane pun bertanya pada orang tua ane, kalo yang nanti bakal lewat itu alm Pak Presiden Soeharto dan Wakilnya alm pak Habibie. Saat itu ane masih bertanya-tanya, dalam benak "apa hebatnya dua orang ini sampe harus nyambut segala".
Besok harinya, ane berangkat sekolah dengan persiapan yang sudah ane buat, yakni kecil yang dibuat dari kertas wajik dengan pegangan dari tusuk sate yang ane buat dari lidi .
Tepatnya jam 9 pagi, guru-guru mulai menginstruksikan kepada semua siswa dari semua kelas agar berbaris rapi di pinggir jalan untuk menyambut rombongan kepresidenan tersebut.
Sudah cukup lama berbaris, sekitar 1 jam lebih 15 menit, rombongan pun akhirnya terlihat dari kejauhan, ane lihat kawalan kepolisian lebih dulu lewat untuk menginstruksikan kendaraan lain agar menepi terlebih dahulu dan memberikan jalan pada rombongan kepresidenan tersebut.
Ada 3 mobil yang lewat terlebih dahulu, pada saat itu, ane pikir 3 mobil itu yang ditumpangi oleh pak presiden dan wakilnya. Sempat merasa kesal, karena ane pikir "percuma baris dipinggir jalan kalo gak bisa ketemu dengan presiden dan wakilnya"
Ane dari kecil memang agak tempramen karena memang didikan orang tua cukup keras, jadi agak gampang emosi . Setelah 3 mobil tersebut lewat, guru masih menginstruksikan untuk tidak kemana-mana karena masih ada yang lewat. selang beberapa saat terlihat barisan mobil selanjutnya, nah disini pendidikan moral dengan kualitas tertinggi yang pernah ane alami terjadi.
Karena sudah merasa kesal karena dari tiga mobil sebelumnya ane gak bisa ketemu sama pak presiden dan wakilnya, ane lepas sepatu sambil menunggu rombongan selanjutnya lewat. Tak lama rombongan selanjutnya sudah dekat, ane biarkan mobil pertama lewat. dan di mobil yang kedua ane nekad, ane lempar sepatu ane ke mobil tersebut.
Sontak, guru-guru dengan wajah masam dan geram langsung menarik ane ke belakang barisan, ada satu guru laki-laki, guru ini guru olahraga, dengan ringannya langsung menampar muka ane. Ane yang saat itu baru berusia 8 tahun, tentunya langsung nangis. Sambil megangin muka ane yang panas gara-gara digampar, ane nangis sambil tungkul dan dalam hati "ane laporin nih ke ortu, awas aja"
Gak sampe disitu, semua guru mulai menceramahi ane, ada dengan nada yang keras, ada yang lembut. Tapi, gak lama guru-guru berhenti marahin. Mereka tiba-tiba sibuk beresin meja, kursi dan sampe ada yang sapu-sapu, ane kembali tungkul karena gak berani liat muka guru-guru yang menurut ane sih kejam.
Sambil tungkul, tiba-tiba ada suara bapak-bapak yang manggil ane dengan sebutan "ade".
"hmm, ade sini ade, ini sepatu ade?"
"tidak usah nangis lagi ade, gak apa-apa kok, nanti bapak yang marahin guru-guru disini"
Ane merasa aneh, siapa nih bapak-bapak, logatnya beda banget sama logat sunda kasar di daerah ane saat itu. dan ane gak pernah di panggi "ade"sama guru-guru disini. Ane pun menengok ke belakang. Ternyata yang manggil ane itu alm Pak Habibie.
Dengan senyuman hangat, dengan setelan krem hijau, menggunakan peci khas Indonesia, dan juga sepatu dinas. Beliau nenteng sepatu ane yang kotor gegara lumpur karena daerah kampung tempat ane tinggal selalu becek karena selokan meluap. Dengan ramah beliay ngedeketin ane, nyuruh ane duduk, dan memakaikan sepatu yang ane lempar tadi.
"Gak apa-apa, gak usah nangis lagi, bilang sama bapak, ade diapain tadi?"
ane jawab sambil tersedu-sedu "tadi di pukul mukanya pak" sambil bingung bapak ini siapa ya?
"Biar nanti bapak yang marahin guru ade ya" jawab pak habibie sambil ngiket tali sepatu ane.
"udah, sepatunya udah rapi, tapi masih kotor, nanti di cuci ya, sambil mandi cuci sepatu"lanjut beliau.
"yuk kita keluar lagi, itu temen-temennya masih pada baris, gak usah nangis lagi"
"bapak juga waktu masih kecil juga nakal, sering jahil, sering bikin marah orang dewasa"
"tapi bapak gak mau kalo sampe orang liat bapak nangis"
"kata eyang bapak, kalo anak cowo nangis gak bisa jadi pilot, soalnya badannya kering gak ada airnya" lanjut beliau sambil tertawa
"aku gak nangis pak, cuma panas muka aku dipukul". cuma itu yang ane bisa jawab.
"denger bapak, bapak salut sama ade, berani ngelakuin hal yang gak berani dilakuin sama anak lain bahkan guru-guru disini"
"kenapa ade lempar sepatu ade ke arah mobil pak soeharto?" tanya beliau
ane jawab, "soalnya aku kesel gak bisa liat pak presiden sama pak habibie, soalnya kata papa pak habibie orangnya pinter, bisa bikin pesawat, tapi masa gak mau nongol dari kaca" ujar ane menceritakan apa yang papa ane saat itu ceritakan.
"bapak ini habibie ( sambil tersenyum lebar)"
"bapak gak seperti yang papa ade ceritakan, pesawatnya juga belum jadi"lanjut beliau sambil senyum
sontak seisi ruangan tersenyum dengan candaan alm pak habibie. ane pun tersenyum sambil bertanya
"emang bapak bisa bikin pesawat yang gede? gak berat ngangkat-ngangkatnya?"
sambil lanjut tertawa beliau menjawab.
"biar bapak badannya kecil, tapi keinginan bapak lebih besar dari pesawat"
"orang-orang banyak kalo keinginannya kuat pasti bisa buat apa aja, gunung juga bisa dibuat"
"ade juga bisa buat apa aja yang ade mau, tapi syaratnya ade harus mau belajar dan jangan puas dengan apa yang udah ade pelajari"
jadi kalo ade belajar 1+1=2 jangan cuma belajar itu aja, tapi belajar juga 1x1=1, ade udah bisa perkalian?"
ane geleng kepala karena memang ane kurang bisa perkalian.
"nah ade harus bisa, supaya nanti pas ade sudah besar, ade bisa bikin apa aja yang ade mau. bisa jadi apa aja yang ade mau"
"jangan apa-apa nangis, kalo ade di pukul karena ade salah gak usah nangis, tapi ade liat kesalahan ade"
"karena kita bisa berubah dari kesalahan yang kita lakukan"
"bapak juga dulu sama, tapi sekarang udah nggak"lanjut beliau sambil senyum
ane ngangguk-ngangguk dengerin nasihat dari beliau. beliau pun tiba tiba nyuruh orang yang ada dibelakangnya untuk ngambil 1 barang dari mobil.
"ini buat ade" beliau nyodorin miniatur pesawat jet yang masih dibungkus rapi
"makasih pak"jawab ane
"bapak lanjut jalan ya, biar gak ditungguin" pamit beliau sambil kecup pipi ane saat itu
seisi ruangan pun bersalaman, beliau melanjutkan perjalanan dengan rombongan tadi. dari kejauhan beliau teriak dan tersenyum. "jangan nangis lagi ya, nanti kalo udah besar, mampir ke rumah bapak, kita belajar bareng bikin pesawat"
ane cuma bisa ngangguk-ngangguk sambil ketawa kecil. setelah itu beliau pergi melanjutkan perjalanan dengan rombongan.
Sampai saat ini, ane masih ingat apa yang beliau sampaikan. Tatap wajah pertama dan terakhir dengan beliau sang cendikiawan yang murah hati, murah senyum yang mampu merubah hidup ane.
Sekali lagi terima kasih Pak Habibie, sudah menjadi salah satu perubahan dalam hidup saya. selamat jalan pak Habibie semoga amal ibadah bapak di terima di sisi Allah SWT dan diberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Tepatnya di tanggal 27 juni 1998, pada saat itu ane sekolah seperti biasa, berangkat jalan kaki dari rumah ke SD Carita 2 di daerah pantai mutiara carita. Di tengah pelajaran, para guru tiba-tiba dipanggil oleh kepala sekolah, sehingga pelajaran ditunda beberapa saat.
Tak lama, guru di kelas 2 pun kembali ke kelas dan mengumumkan bahwa besok, arak-arakan kepresidenan akan melewati daerah sekolah saya, sehingga setiap anak diharuskan membuat bendera dari kertas wajik dengan tangkai dari tusuk sate.
Sepulang sekolah ane bingung, siapa sih yang bakalan lewat ini. Ane pun bertanya pada orang tua ane, kalo yang nanti bakal lewat itu alm Pak Presiden Soeharto dan Wakilnya alm pak Habibie. Saat itu ane masih bertanya-tanya, dalam benak "apa hebatnya dua orang ini sampe harus nyambut segala".
Besok harinya, ane berangkat sekolah dengan persiapan yang sudah ane buat, yakni kecil yang dibuat dari kertas wajik dengan pegangan dari tusuk sate yang ane buat dari lidi .
Tepatnya jam 9 pagi, guru-guru mulai menginstruksikan kepada semua siswa dari semua kelas agar berbaris rapi di pinggir jalan untuk menyambut rombongan kepresidenan tersebut.
Sudah cukup lama berbaris, sekitar 1 jam lebih 15 menit, rombongan pun akhirnya terlihat dari kejauhan, ane lihat kawalan kepolisian lebih dulu lewat untuk menginstruksikan kendaraan lain agar menepi terlebih dahulu dan memberikan jalan pada rombongan kepresidenan tersebut.
Ada 3 mobil yang lewat terlebih dahulu, pada saat itu, ane pikir 3 mobil itu yang ditumpangi oleh pak presiden dan wakilnya. Sempat merasa kesal, karena ane pikir "percuma baris dipinggir jalan kalo gak bisa ketemu dengan presiden dan wakilnya"
Ane dari kecil memang agak tempramen karena memang didikan orang tua cukup keras, jadi agak gampang emosi . Setelah 3 mobil tersebut lewat, guru masih menginstruksikan untuk tidak kemana-mana karena masih ada yang lewat. selang beberapa saat terlihat barisan mobil selanjutnya, nah disini pendidikan moral dengan kualitas tertinggi yang pernah ane alami terjadi.
Karena sudah merasa kesal karena dari tiga mobil sebelumnya ane gak bisa ketemu sama pak presiden dan wakilnya, ane lepas sepatu sambil menunggu rombongan selanjutnya lewat. Tak lama rombongan selanjutnya sudah dekat, ane biarkan mobil pertama lewat. dan di mobil yang kedua ane nekad, ane lempar sepatu ane ke mobil tersebut.
Sontak, guru-guru dengan wajah masam dan geram langsung menarik ane ke belakang barisan, ada satu guru laki-laki, guru ini guru olahraga, dengan ringannya langsung menampar muka ane. Ane yang saat itu baru berusia 8 tahun, tentunya langsung nangis. Sambil megangin muka ane yang panas gara-gara digampar, ane nangis sambil tungkul dan dalam hati "ane laporin nih ke ortu, awas aja"
Gak sampe disitu, semua guru mulai menceramahi ane, ada dengan nada yang keras, ada yang lembut. Tapi, gak lama guru-guru berhenti marahin. Mereka tiba-tiba sibuk beresin meja, kursi dan sampe ada yang sapu-sapu, ane kembali tungkul karena gak berani liat muka guru-guru yang menurut ane sih kejam.
Sambil tungkul, tiba-tiba ada suara bapak-bapak yang manggil ane dengan sebutan "ade".
"hmm, ade sini ade, ini sepatu ade?"
"tidak usah nangis lagi ade, gak apa-apa kok, nanti bapak yang marahin guru-guru disini"
Ane merasa aneh, siapa nih bapak-bapak, logatnya beda banget sama logat sunda kasar di daerah ane saat itu. dan ane gak pernah di panggi "ade"sama guru-guru disini. Ane pun menengok ke belakang. Ternyata yang manggil ane itu alm Pak Habibie.
Dengan senyuman hangat, dengan setelan krem hijau, menggunakan peci khas Indonesia, dan juga sepatu dinas. Beliau nenteng sepatu ane yang kotor gegara lumpur karena daerah kampung tempat ane tinggal selalu becek karena selokan meluap. Dengan ramah beliay ngedeketin ane, nyuruh ane duduk, dan memakaikan sepatu yang ane lempar tadi.
"Gak apa-apa, gak usah nangis lagi, bilang sama bapak, ade diapain tadi?"
ane jawab sambil tersedu-sedu "tadi di pukul mukanya pak" sambil bingung bapak ini siapa ya?
"Biar nanti bapak yang marahin guru ade ya" jawab pak habibie sambil ngiket tali sepatu ane.
"udah, sepatunya udah rapi, tapi masih kotor, nanti di cuci ya, sambil mandi cuci sepatu"lanjut beliau.
"yuk kita keluar lagi, itu temen-temennya masih pada baris, gak usah nangis lagi"
"bapak juga waktu masih kecil juga nakal, sering jahil, sering bikin marah orang dewasa"
"tapi bapak gak mau kalo sampe orang liat bapak nangis"
"kata eyang bapak, kalo anak cowo nangis gak bisa jadi pilot, soalnya badannya kering gak ada airnya" lanjut beliau sambil tertawa
"aku gak nangis pak, cuma panas muka aku dipukul". cuma itu yang ane bisa jawab.
"denger bapak, bapak salut sama ade, berani ngelakuin hal yang gak berani dilakuin sama anak lain bahkan guru-guru disini"
"kenapa ade lempar sepatu ade ke arah mobil pak soeharto?" tanya beliau
ane jawab, "soalnya aku kesel gak bisa liat pak presiden sama pak habibie, soalnya kata papa pak habibie orangnya pinter, bisa bikin pesawat, tapi masa gak mau nongol dari kaca" ujar ane menceritakan apa yang papa ane saat itu ceritakan.
"bapak ini habibie ( sambil tersenyum lebar)"
"bapak gak seperti yang papa ade ceritakan, pesawatnya juga belum jadi"lanjut beliau sambil senyum
sontak seisi ruangan tersenyum dengan candaan alm pak habibie. ane pun tersenyum sambil bertanya
"emang bapak bisa bikin pesawat yang gede? gak berat ngangkat-ngangkatnya?"
sambil lanjut tertawa beliau menjawab.
"biar bapak badannya kecil, tapi keinginan bapak lebih besar dari pesawat"
"orang-orang banyak kalo keinginannya kuat pasti bisa buat apa aja, gunung juga bisa dibuat"
"ade juga bisa buat apa aja yang ade mau, tapi syaratnya ade harus mau belajar dan jangan puas dengan apa yang udah ade pelajari"
jadi kalo ade belajar 1+1=2 jangan cuma belajar itu aja, tapi belajar juga 1x1=1, ade udah bisa perkalian?"
ane geleng kepala karena memang ane kurang bisa perkalian.
"nah ade harus bisa, supaya nanti pas ade sudah besar, ade bisa bikin apa aja yang ade mau. bisa jadi apa aja yang ade mau"
"jangan apa-apa nangis, kalo ade di pukul karena ade salah gak usah nangis, tapi ade liat kesalahan ade"
"karena kita bisa berubah dari kesalahan yang kita lakukan"
"bapak juga dulu sama, tapi sekarang udah nggak"lanjut beliau sambil senyum
ane ngangguk-ngangguk dengerin nasihat dari beliau. beliau pun tiba tiba nyuruh orang yang ada dibelakangnya untuk ngambil 1 barang dari mobil.
"ini buat ade" beliau nyodorin miniatur pesawat jet yang masih dibungkus rapi
"makasih pak"jawab ane
"bapak lanjut jalan ya, biar gak ditungguin" pamit beliau sambil kecup pipi ane saat itu
seisi ruangan pun bersalaman, beliau melanjutkan perjalanan dengan rombongan tadi. dari kejauhan beliau teriak dan tersenyum. "jangan nangis lagi ya, nanti kalo udah besar, mampir ke rumah bapak, kita belajar bareng bikin pesawat"
ane cuma bisa ngangguk-ngangguk sambil ketawa kecil. setelah itu beliau pergi melanjutkan perjalanan dengan rombongan.
Sampai saat ini, ane masih ingat apa yang beliau sampaikan. Tatap wajah pertama dan terakhir dengan beliau sang cendikiawan yang murah hati, murah senyum yang mampu merubah hidup ane.
Sekali lagi terima kasih Pak Habibie, sudah menjadi salah satu perubahan dalam hidup saya. selamat jalan pak Habibie semoga amal ibadah bapak di terima di sisi Allah SWT dan diberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan.
0
1.2K
Kutip
2
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
semangkakcmt
#1
Rindu sosok bapak bj. Habibie 🥺
dwi.krisna memberi reputasi
1
Kutip
Balas
Tutup