Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tuffinksAvatar border
TS
tuffinks
Amor Único Dente


PROLOG


“Lo itu kayak batu berjalan. Keras kepala jadi orang!”
-Kayla Sidharta-

“Kamu itu dingin, kayak gunung es. Cuek dan enggak pernah peka sama aku!”
-Selvi Yuniar-

“Lo itu cerewet, tapi gue suka sama perhatian lo.”
-Ayara Naradhipa-

“Terserah kalian nilai gue kayak gimana. Semua yang kalian omongin enggak pernah gue pikirin. Karena kalian ngomong juga enggak pernah dipikir-pikir.”
-Reinaldo Kenzie Abizar-

Mungkin itu yang selalu dirasakan oleh Kenzie ketika bertemu dengan ketiga gadis itu. Pria kelahiran Surabaya 28 tahun silam itu sekarang berdomisili di Jakarta. Selama 6 tahun bekerja di perusahaan Pembiayaan, karir Kenzie meningkat pesat. Ia saat ini menjabat sebagai SH (Section Head) sejak 1 tahun yang lalu.

Meski memiliki tubuh jangkung–walau kurang ideal–untuk parameter seorang pria, bagi sebagian kaum hawa banyak yang terpana setiap kali melihat batang hidung mancungnya yang mirip paruh rajawali itu. Bahkan rahang tajam dan kumis tipisnya melengkapi wajah tampannya. Namun, menurut Kenzie sendiri tidak ada yang menarik darinya. Coba saja tilik kulitnya yang sawo matang dan kusam itu. Rambutnya yang ikal bergelombang tidak tertata rapi. Bahkan Alis tebalnya menandakan bahwa sikapnya sangat dingin dan keras kepala kepada orang lain.

Kenzie tidak pernah menganggap dirinya sempurna. Karena masih banyak kekurangan dan keteledoran yang ia lakukan dalam hal apapun. Banyak wanita yang hilir-mudik dalam hidupnya. Bukan karena ia playboy, tapi karena sikap dingin dan tidak bisa romantis–seperti pria pada umumnya—membuat banyak gadis kecewa.

Tentu lah setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan Kenzie menyadari akan hal itu. Soal percintaan, ia bukan gagal, hanya kurang beruntung dan belum menemukan pasangan yang bisa mengerti tentang dirinya. Itulah mengapa semenjak pindah ke Jakarta, ia memutuskan untuk bersikap apatis kepada wanita, yang pertanda memiliki perasaan dengannya. Semua itu dilakukan demi kebaikan dirinya dan wanita yang mendekatinya.




PRAKATA

Selamat datang di cerita baru saya. Cerita “Amor Único Dente” adalah kisah tentang seorang pria bernama Reinaldo Kenzie yang sedang berkarir di dunia kerja yang sedang dilanda oleh masalah dengan perusahaannya. Namun ia mencoba untuk menyelesaikan secara baik agar tidak ada pegawai yang dirugikan. Dalam cerita ini juga ada kisah percintaan yang unik dan lucu. Saya akan memberikan sajian berbau humor namun akan membuat kalian baper. Tunggu saja kalau tidak percaya. emoticon-Big Grin

Cerita ini juga masih tahap pembuatan. Jadi kalian akan menemukan banyak sekali typo dan diksi yang kurang tepat disini. Tapi saya berjanji, setelah tamat, cerita ini akan saya revisi ulang. Dan jika cerita ini masih terlalu melempem, tolong di maafkan ya, karena saya hanya penulis amatiran. Do’akan agar saya bisa memiliki banyak ide liar untuk selalu menyajikan dan update cerita yang menyegarkan buat kalian.

Tak lupa cacian dan makian saya tunggu di komentar. Secara tidak langsung, hinaan itu adalah bukti bahwa kalian sangat peduli dan perhatian dengan kesalahan sekecil apapun yang telah saya buat. Satu pembaca bagi saya sangatlah penting. Apalagi ribuan pembaca. Hihihi

Jangan tanyakan kapan update ya, karena saya tidak pasti ada waktu luangnya. Tapi saya akan mengusahakan tidak terlalu lama untuk menamatkan cerita ini. Insha Allah.

Selamat membaca kawan-kawanku yang mengagumkan diluar sana. Salam literasi, salam titik dua kurung tutup dari kami. emoticon-Smilie

Tertanda,


TuffinkS
Diubah oleh tuffinks 15-05-2020 11:58
NadarNadz
nona212
.nona.
.nona. dan 9 lainnya memberi reputasi
10
6K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tuffinksAvatar border
TS
tuffinks
#3
Alphamaria
“Serius lo bilang gitu ke Pak Erman, semalem?”

Kenzie mengangguk mantap. Ia tersenyum memandangi raut wajah berlipat dari seorang gadis berusia 26 tahun itu. Ayara Naradhipa, atau akrab dipanggil Bu Ara, dia adalah salah satu CA (Coordinator Analyst) wanita dalam perusahaan ini. Ia juga sahabat Kenzie, atau sebutan kerennya friendzone. Serta kerabat kerja selama 2 tahun terakhir ini. Bagaimana mungkin wanita itu tidak kaget mendengar ide liar Kenzie?

Saat meetingsemalam, Kenzie berani nekat dengan mengatakan bahwa 6 bulan kedepan cabang ini akan mencapai target secara berturut-turut. Punishment-nya; jika tidak bisa mencapai target, maka ia akan siap mengundurkan diri dari perusahaan ini. Lalu, jika hanya selama 5 bulan dan 1 bulan kemudian cabang ini tidak mencapai target, maka tetap akan dianggap gagal. Karena seperti ketentuan awal, ia harus mencapai target selama 6 bulan secara berturut-turut. Bukan permintaan dari atasan, tapi keinginan sendiri dari Kenzie. Ia bosan melihat managernya memarahi bawahannya yang terbilang berlebihan.

Tidak hanya itu, Erman juga sering melakukan PHK (Putus Hubungan Kerja) secara sepihak. Hanya kesalahan sedikit saja, jika mood dari bosnya itu sedang tidak kondusif, besok nama mereka tinggal alamat. Sifat keras kepala dari Erman banyak dibenci oleh staf bawahannya. Tidak cocok dengan argumennya, SP satu. Tidak setuju dengan aturannya, pecat. Benar-benar bos bengis.

“Lo gila, Ken. Sama aja lo pertaruhkan nyawa di perusahaan ini.”

“Memangnya, hidup gue hanya di satu perusahaan ini doang? Memangnya, di luar sana enggak ada perusahaan lain yang lebih membutuhkan gue?” Kenzie menepuk pundak Ara. “Gue begitu lantaran cinta sama staf yang ada di sini.” Lantas berujung masuk ke ruangannya.

“Iiish …, cinta apaan? Songong banget lo jadi orang,” decak Ara sebal.

Kenzie hanya terkekeh mendengar ucapan gadis itu. Sesaat Kenzie tersadar karena sepagi ini ia tak sempat untuk sarapan. Perut keroncongannya memanggil untuk minta diisi sesuap nasi atau roti. Sebuah hal yang cukup krusial namun jadi kebiasaan. Apalagi sebagai pria single yang hidup di kamar indekost untuk memilih mencari makan diluar.

Kenzie kembali keluar dari ruangan. Ia terkesiap ketika melihat Ara masih saja berada dibalik pintu ruangannya dengan tangan berlipat. “Kenapa lo masih disini?” tanya Kenzie mengernyitkan wajah.

“Lah, lo ngapain keluar lagi?”

“Terserah gue,” jawab Kenzie datar buru-buru berjalan menuruni anak tangga.

“Kenapa enggak naik lift aja sih?” Ara mengikuti langkah pria itu dengan tergesah.

Kenzie terhenti sejenak. Ia membalikkan badannya seraya berkata, “Kenapa lo jadi ngurusin hidup gue sih? Mau turun pakai tangga, mau pakai lift. Suka-suka gue, lah.”

“Lo mau kemana?”

Kenzie tetap diam dan terus berjalan tidak menghiraukan kicauan Ara. Selama 2 tahun lamanya, gadis itu memang orang yang paling ribet di antara staf wanita lainnya. Sudah jelas, Ara paling dekat dengan Kenzie.

“LO MAU KEMANA?!”

Suasana kantor yang sebelumnya riuh dengan kesibukan esok pagi mendadak lengang seketika. Hanya suara mesin print yang paling dominan dan terdengar jelas. Beberapa sorot mata memandangi mereka berdua di ruang paling bawah. Kenzie hanya melambai kepada seluruh staf, mengisyaratkan untuk melanjutkan kembali aktivitas masing-masing. Ia merapikan kerah kemeja dan dasinya lalu berjalan kembali.

“Lo mau kemana Bapak Kenzie yang tampan?” tanya gadis itu sekali lagi. Ara benar-benar penasaran dan sepertinya takut jika bosnya melakukan tindakan aneh lagi.

Kenzie menghela nafas. Ia menyerah. “Ayara, kenapa sih, akhir-akhir ini lo jadi ribet sama gue?”

“Gue takut lo kenapa-kenapa Bapak ganteng.”

“Kenapa-kenapa gimana?”

“Gue enggak mau lo nekat lagi Bapak ganteng.”

“Nekat? Emang lo kira gue mau ngapain?”

Bahu ujung kiri-kanan Ara terangkat sedikit. “Entah. Gue pokoknya enggak mau, sahabat ganteng gue kenapa-kenapa.”

Tatapan Kenzie berubah sinis. “Lo bisa hapus kata menjijikkan itu, nggak?”

“Kan emang lo paling ganteng di sini.”

Kenzie hanya melengos dan berjalan lagi menuju pintu kantor paling depan.

“Eh, lo belum jawab pertanyaan gue,” decak Ara sebal.

“Alphamaria,” jawab Kenzie singkat.

Mata Ara membulat sempurna, ia mempercepat langkahnya menghampiri Kenzie. “Lo mau samperin kasir nenek lampir itu?”

“Gue mau makan.”

“Makan apa?”

“Indomie dikasih shampo,” jawab Kenzie asal.

“Iiish …, lebih enak pakai rinso, tau.”

Kenzie menepuk jidat dan menggeleng kepalanya. Sepertinya, ia salah mengajak ngobrol lawan bicaranya. Ara lebih ngaco darinya.

“Gue ikut ya,” cengir Ara.

“Hmm.” Singkat dan dingin seperti biasanya.

Alphamaria adalah toko ritel yang berada di sebelah kantor mereka. Ia sering berkunjung ke tempat itu ketika sedang ingin mencari makanan dan minuman instan. Namun sebulan ini, Kenzie sedikit kesal dengan ulah kasir pindahan yang menurutnya tidak memiliki sopan santun. Sudah hal yang biasa bagi Kenzie menasehati orang lain saat bekerja. Bukan menggurui, lebih tepatnya ia memberikan empati kepada pegawai yang menurutnya itu kurang baik. Contohnya saat di toko Alphamaria. Pernah suatu ketika kejadian dalam rak toko ada beberapa barang display yang expired. Kenzie memberi tahu secara diam-diam tanpa ada pelanggan lain yang mendengar. Ia memberitahukan kepada mereka agar lebih teliti lagi dan tidak kelolosan saat melakukan pengecekan masa kadaluarsa.

Namun, nasihat itu tidak berlaku pada kasir judes—paling tidak disukai oleh Ara. Kayla Sidharta, menurut name tag yang tertera di dada kanan seragamnya. Kenzie pernah satu kali memperingatkan kepada sang kasir soal pelayanan kepada pelanggan, karena ia sering diperlakukan dengan kasar oleh sang kasir. Bukannya nasihat itu diterima, yang ada Kenzie disemprot dengan cuitan yang melengking di telinga. Bukan hanya Kenzie, Ara juga menjadi musuh bebuyutan kasir itu. Namun sepertinya, Kenzie menyadari 2 kesalahannya. Pertama, mungkin karena sikapnya yang sok menggurui saat itu. Atau mungkin karena kejadian beberapa bulan yang lalu—salah pengaduan layanan customer.

Lalu, masalah dengan Ara? Sepertinya kasir itu tidak terima karena pernah dikatakan jelek di depan banyak pelanggan. Kenzie baru menyadari, bahwa pelayanan itu hanya berlaku untuknya dan Ara. Tidak dengan pelanggan lainnya. Sang kasir sangat ramah dengan pelanggan lain yang datang di sana. Bahkan banyak lelaki ‘hidung belang’ yang suka menggodanya karena kecantikan dan parasnya yang indah itu. Apalagi mata sayunya yang mampu membakar relung jiwa para kaum Adam.

-oOo-

“Lo lagi, lo lagi. Bosen gue lihat kalian kemari.” Seloroh ucapan salah satu pegawai di toko membuat Ara berdecal kesal. Siapa lagi kalau bukan Kayla. Namun Kenzie tidak memperdulikan. Ia tetap masuk berujung mencari makanan yang bisa disantap secara instan pagi ini. Setidaknya bisa menjanggal perutnya sampai siang nanti.

“Bukannya ngasih salam sapaan ke kita. Eh, malah ngomel,” sahut Ara tak terima. “Lo harusnya seneng kita belanja di sini.”

“Bagus deh. Pelanggan pertama pagi ini: Di datangi oleh dua orang aneh. Satu kayak batu berjalan yang keras kepala. Satunya lagi kayak keluarga Jalak, sebangsa Beo!” ucap Kayla sembari berlipat tangan di area kasir.

“Lo itu Nenek lampir!”

“Apa lo bilang? Gue cantik kayak begini di bilang nenek lampir.”

“Hah? Cantik? Hellooo ..., ngaca sana. Masih jauh di bawah gue!”

Braakk!!

Barang belanjaan dari keranjang mendarat diatas meja kasir—tempat Ara dan Kayla bertengkar. “Berapa semuanya?” ujar si pemilik keranjang.

“Bisa sedikit sopan nggak? Ngagetin gue aja.”

“Cepetan total. Banyak bacot!”

Salah satu pegawai lain keluar dari dalam gudang. Ia berlari kecil mendatangi sumber kegaduhan itu. Sepertinya dia pimpinan shift di toko tersebut.

“Kayla!” Pimpinan shift itu menatap tajam anak buahnya. “Cepet kasiri. Kamu itu lagi-lagi bikin masalah.”

“Ba …, baik, Pak Raka.” Sang kasir segera mengetikkan PLU (Price Look Up-unit) pada setiap barang belanjaan mereka. Ia memang sengaja tidak menggunakan mesin scanagar bisa berlama-lama memandang wajah pria di depan kasir itu.

“Eh, bentar. Gue belum ambil apa-apa udah mau dibayar,” ujar Ara sembari berlari menuju lorong rak mengambil minuman dan cemilan.

“Iya udah buruan.” Kenzie memilih tak banyak bicara. Ia lapar, hanya ingin makan. Apalagi sepagi ini ia sudah berhadapan dengan 2 wanita planet yang aneh, cerewet, dan judes. Meskipun keduanya cantik, tapi tetap saja aneh kayak alien.

“Cepetan, Beo. Lama banget lo kalau belanja, pantesan jomblo. Mana ada cowok mau deket sama lo yang lelet kayak gitu.” Beberapa kali sang kasir mencuri pandang ke arah Kenzie. Namun Kenzie tetaplah Kenzie, pria dingin dan cuek dengan orang asing.

“Bawel amat lo Nenek lampir, sialan. Pantes toko lo sepi.” Ara berjalan dari ujung lorong rak gondola, mendekati area kasir.

“Dilihat dari belanjaan ini, kayaknya lo belum sarapan pagi ini ya? Kasihan,” celetuk Kayla tanpa basa-basi kepada pria yang ada di depan area kasirnya.

“Sok perhatian lo,” sahut Ara.

“Gue tanya sama dia. Bukan sama lo!” Kayla tak kalah garang. “Lo belum sarapan?” Ia melirik sekali lagi wajah Kenzie.

“Tadi denger kata pimpinan lo apa enggak?” jawab Kenzie juga tak mau banyak basa-basi.

“Iiish, iya, iya. Dasar batu. Keras kepala banget lo jadi cowok. Gue cuma tanya doang di sewotin.”

Kenzie memilih diam tidak menghiraukan. Memperpanjang pun percuma, karena tidak akan ada habisnya melawan kaum hawa yang modelnya seperti alarm emergency ini.


Next Briefing
Back to Indeks
Diubah oleh tuffinks 29-11-2019 09:05
tidhy010709
i4munited
tariganna
tariganna dan 4 lainnya memberi reputasi
5