Penyebaran paham radikal saat ini sudah menyasar sekolah dan kampus. Paham keagamaan yang sesat karena ingin mendirikan negara Islam ini menyusup melalui organisasi keagamaan di kampus.

Sebut saja, misalnya, Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Mereka adalah sebuah organisasi kemahasiswaan intra kampus yang terdapat di tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia. Organisasi ini biasanya bergerak berasaskan Islam.

Nah, masyarakat harus mewaspadai kegiatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) ini sebagai sarana untuk menyebarkan paham radikalisme melalui kajian-kajian, dakwah dan diskusi yang tidak dapat dipantau pihak kampus.

Yang perlu diketahui, di dalam LDK ini tidak menutup kemungkinan terdapat anggota dari mantan HTI dan Gema Pembebasan yang notabene menginginkan berdirinya ideologi Khilafah untuk diterapkan di Indonesia.

Dengan membonceng LDK, maka kelompok-kelompok tertentu yang menginginkan berdirinya Khilafah di Indonesia dapat disebarkan dengan mudah dan mendapat dukungan dari kalangan mahasiswa.

Karena LDK terdapat diberbagai kampus seluruh Indonesia, maka penyebaran paham radikalisme di kalangan mahasiswa menjadi sangat mudah.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyebut sebanyak 10 perguruan tinggi terpapar radikalisme sudah sejak lama.

Hasil riset Setara tahun 2019 juga menunjukan ada 10 kampus negeri yang terpapar dengan paham radikal. Radikalisme di kampus masuk lewat kelompok Islam eksklusif melalui organisasi kemahasiswaan seperti lembaga dakwah mahasiswa.

Untuk itulah, kita harus waspada dengan penyusupan paham radikal melalui LDK di kampus-kampus tersebut. Berbagai tindakan perlu dilakukan agar paham radikal ini tidak semakin menjalar kemana-mana.

Jangan biarkan virus berbahaya ini menyebar lewat kalangan intelektual. Pasti bahaya untuk bangunan kebangsaan kita.