uliyatisAvatar border
TS
uliyatis
Tiga Puisi Penawar Rindu


(Sumber foto:Pixabay.com)


Seruan Jiwa

Menangislah ... jika itu melegakan kesakitan yang melandamu
Menjeritlah ...seperti teriakan orang gusar
Ketika kepedihan tiba-tiba membelenggumu
Berlarilah sekencang mungkin
Disaat sebuah pukulan derita menghantam getaran nyawamu

Meraunglah sekuat yang engkau mampu
Jika itu bisa melepaskan ketakutanmu
Merontalah tanpa berhenti
Membuang nestapa yang telah membuih

Sehingga tidak lagi akan kau kecap
Getirnya kegagalan yang mengikuti langkahmu
Sehingga tidak lagi akan kau cicipi
Pahitnya sebuah keputusasaan

Kemudian ikutlah menari di tengah rancaknya kemenangan
Di waktu jejakmu berhasil mengalahkan laramu
Meninggalkan segenap butiran tak bertuan di belakang
Hanya menolehnya dan lekas berpaling
Menguncinya dalam satu ruang
Tanpa hasrat akan membukanya kembali


Curup, 05 Oktober 2019


Wajahmu

Ibu ...
Seutas tali rindu bersemayam di sudut jiwaku
Menyala ... tak ingin menyurutkannya
Biarkan khayalku berlari memelukmu
Membuai alam tidurku yang tak pernah nyenyak

Ibu ...
Biarkan aku menggapaimu lewat dawai mimpi
Meretaskan niat berbalut kesepian
Merengkuh bayangmu di kelebat malam
Teman setia tatkala kehilangan bias wajahmu

Ibu ...
Entah sudah berapa ratus kali namamu tertikam di kalbuku
Mengiris kegalauan yang semakin menggigit
Mematikan bisikan jiwa penggoda
Memastikan diri ini tak berpaling dari sentuhan kasihmu

Ibu ...
Aku tak lagi kuat seperti dulu
Tak lagi kuasa menahan serpihan keserakahan ini
Aku jua tak sanggup melupakan binar cinta seorang ibu

Ibu ...
Rengkuhanmu tetap kunantikan
Meski dadaku disesaki asap ketakberdayaan
Meski gelembung udara milikku
Terus berteriak mengingat wajahmu
Menenggelamknkan keinginan untuk menjauh
Meninggalkanmu di batas daya ingatku
Merajamnya di sela ingatan yang mulai terhapus


Curup, 5 Oktober 2019


Hujan di Hari Itu


Namamu rinai
Menggeledah kerdilnya aku
Menelanjangi dusta yang terus berselaput
Menggiring kesucian di ujung kehitaman sifatku

Namamu gerimis
Merenyahkan putaran napasku
Mengiringi detik senandung tak berharap
Menyegarkan seraut wajah dilanda kesempitan

Bunyimu mengenyahkan mimpi burukku
Menyingkirkan seonggok pilu yang membakar
Menyurutkan seluruh gaung penderitaan
Acap berdiri di balik sunyinya diri

Hujan ...
Aku rindu suaramu
Menggumpal kencang bagaikan gelombang
Menggulung rasa di semua detak laguku
Mengantarkan belahan jiwaku menujumu
Turut mendengarkan syahdunya rintihanmu
Yang terus terekam di sekat benakku
Melekatkan engkau pemilik cinta duniaku
Melabuhkan cinta terakhir ini di desahnya rintikmu


Curup, 5 Oktober 2019

Quote:
Diubah oleh uliyatis 29-07-2020 12:17
sofiayuan
Indriaandrian
muyasy
muyasy dan 34 lainnya memberi reputasi
35
12.3K
177
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
uliyatisAvatar border
TS
uliyatis
#15
Bukan Pilihan


Sebuah tarikan napas di akhir hari
Membunuh jemu yang singgah
Aku pun menunduk, tak tahan dilanda kesenyapan
Sementara ilusi bersenda gurau dibilangan detik

Bibirku kemudian membisu
Menahan lisan untuk berucap
Menetapkan pilihan mesti tak bisa dijabarkan

Aku seperti tersekat
Terbelenggu dalam kesakitan
Terdiam, merenung di sepinya kalbu
Terisak di serpihan ingatan yang terpasung

Aku memang tak seindah bulan
Bersinar di kala pekatnya malam
Aku hanya sekuntum kembang di alang-alang
Tak berseri tertutup debu

Namun, aku tetaplah aku
Berdiri kukuh tanpa tindasan
Tegak bagaikan terjalnya tebing
Bersandar erat hanya pada-Nya
Mesti bergulat dengan pekiknya keserakahan

Aku tetaplah aku
Tak perlu dipilih atas satu alasan
Karena aku adalah aku
Bukan pilihan di antara apa pun

Sumber foto: gogle.com
Diubah oleh uliyatis 19-10-2019 11:45
bekticahyopurno
embunsuci
trifatoyah
trifatoyah dan 2 lainnya memberi reputasi
3