Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Rapunzel.iciousAvatar border
TS
Rapunzel.icious
Mencari yang Tak Kembali (true story)
Hallo Agan, Hallo Sista. Sudah makan?
Setelah mengamati beberapa thread dan berdiskusi dengan beberapa teman (tentang cara menulis thread yang based on true story), akhirnya gue putuskan untuk menuliskan kisah ini. Alasannya, biar gue bisa tetap waras. Soalnya, gue pendam sendiri kok lama-lama bikin senewen ya. emoticon-Nohope
Ini real story, tapi subjek utamanya bukan gue. Gue di sini sebagai pemeran figuran, tapi gue paling banyak tahu. Karena paling banyak tahu, gue merasa cukup terbebani. Terlebih lagi, gue nggak bisa ngelakuin apa-apa selain sebagai pendengar setia saja.
Kisah ini masih anget-anget tai ayam. Kejadiannya di tahun 2019 awal dan masih belum menemukan penyelesaiannya sampai sekarang. Namun, seenggaknya sekarang alias bulan Agustus ini, keadaan sudah agak lebih baik.



Hari Rabu pagi, gue dipanggil oleh Tante Beth untuk datang ke rumahnya. Tante Beth minta tolong merapikan ketikan word-nya. Pekerjaan sepele kan. Gue berpikir siang atau sore pasti bisa selesai. Jadi, gue yang saat itu kerja di malam hari, masih bisa ada waktu untuk istirahat sebelum berangkat.

Oh ya, panggil gue Cel. Gue cewek umur 20++, seumuran dengan anaknya Tante Beth. Bedanya, gue masih single, anaknya Tante Beth udah punya pacar (Oke maaf bila informasi ini nggak penting, tapi someday akan penting karena berhubungan dengan kelanjutan kisah ini). Anehnya, meski seumuran, gue sama dia nggak deket. Padahal sejauh yang gue tahu, kalau sepupuan dengan umur yang sama (beda beberapa bulan) biasanya jadi BFF. Namun, gue dengan Stela (sepupu gue) malah seperti tidak memiliki hubungan keluarga. Ada banyak jarak yang nggak gue pahami kenapa bisa seperti itu.

Karena kisah yang gue ceritakan ini tentang Stela, gue akan kasih sedikit informasi tentang dia. Stela lulus kuliah hanya membutuhkan waktu 3 tahun saja. Setelahnya, dia melanjutkan kuliah profesi selama 1 tahun. Silakan tebak, kuliah di jurusan apa Stela ini. Luckily, dia nggak mengalami apa yang namanya menganggur setelah mendapat gelar. Dia langsung diterima bekerja di salah satu instansi kesehatan, meskipun hanya sebagai pekerja kontrak yang setiap tahun harus diperbaharui kontraknya bila ingin memperpanjang kerja di tempat tersebut. Tapi, honor yang dia dapat bisa melebihi honor PNS. Bedanya hanya pada jumlah tunjangan saja. Menurut gue sih, segitu udah lumayan ya. Seenggaknya bisa banget dipake buat bayar cicilan mobil kaleng kong guan (red: mobil lcgc).

Pagi itu, Stela belum keluar kamar padahal udah jam setengah 8. Gue yang ada di rumah Tante Beth dari jam 7, otomatis jadi orang yang tahu apa yang sedang terjadi.

“Stel, udah jam setengah 8. Nanti kesiangan,” ujar Tante Beth.

Tanpa membuka pintu kamar, Stela menjawab dengan agak berteriak, “Udah izin, nggak akan masuk kerja.”

“Stela sakit?” tanya Tante Beth dengan mimik wajah yang khawatir.

“Cape aja. Pengen istirahat,” jawab Stela masih tetap tidak membuka pintu kamar.

Tante Beth tidak melanjutkan pembicaraan. Dia balik lagi ke ruang kerjanya dan menghampiri gue.

“Kemarin pundung sama si Om,” kata Tante Beth. “Pengen kuliah S2 di Jogja. Si Om nggak ngasih izin. Lagian di sini juga kampus negeri ada 2. Bagus-bagus pula. Ngapain jauh-jauh ke Jogja.”

Gue mendengarkan sambil masih bergelut dengan layar komputer.

“Sempet ikut tes LPDP nggak lulus di bagian persyaratan. IELTS nya kurang. Udah tes 2 kali tetap nilainya kurang. Maksa pengen kuliah di mana sih negara yang deket kutub itu?”

Gue yang udah lupa pelajaran Geografi, sempet bingung saat Tante Beth bilang negara yang deket kutub. Apa ya? Antartika?

“Ya kalau maksain kuliah di luar negeri tanpa beasiswa sih bisa. Tapi kalau Bahasa Inggris aja nggak lancar kan malah jadi masalah ke dia sendiri,” kata Tante Beth. Gue cuma senyum dan manggut-manggut.

Beberapa saat kemudian, Stela keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi dan tas ransel besar yang kayaknya penuh banget. Dia nggak menghampiri Tante Beth bahkan untuk salam. Dia cuma ngomong dari kejauan kalau dia mau ke perpustakaan.

“Itu bawa apa di tas?Gede banget?” tanya Tante Beth.

“Novel. Mau dikembaliin.”

“Ya udah, hati-hati di jalan. Pulang jam berapa?”

“Sebelum magrib.” Stela keluar rumah dan Tante Beth pun tidak mengantar sampe pintu. Selain karena deadline kerjaan untuk besok, yang gue perhatikan kayaknya Tante Beth agak malas dengan kelakuan anaknya.

Setelah Stela berangkat dengan motornya, Tante Beth sempat berkata, “Katanya mau istirahat, tapi jam 9 udah pergi buat jalan-jalan.”

Lagi-lagi, gue cuma bisa senyum ketika menanggapi keluhan Tante Beth.

Di luar dugaan, ternyata membantu pekerjaan Tante Beth cukup memakan banyak waktu. Jam setengah 6 sore, gue masih di rumahnya. Om Dion udah pulang dan Tante Beth mulai menghubungi Stela yang masih belum pulang juga.

Telepon Stela nggak diangkat. Whatsapp nggak di read.

Selesai lewat magrib, ada pesan masuk ke handphone Tante Beth. Om Dion yang membukanya karena Tante Beth masih sembahyang. Gue yang masih di depan layar komputer, sempat melihat ekspresi Om Dion saat membaca pesan dari handphone Tante Beth. Buru-buru Om Dion masuk ke kamar. Jiwa kepo gue masih belum maksimal, tapi gue yakin pasti ada sesuatu yang buruk.

Dalam hitungan detik, suara tangis Tante Beth pecah. Dia manggil gue sambil tetap menangis. Gue masuk ke kamar lalu Tante Beth menyerahkan handphone-nya ke gue.

“Stela kabur, Cel. Ini wa nya panjang. Katanya jangan dicari, jangan lapor polisi,” kata Tante Beth sambil terus menangis.

Gue membaca pesan dari Stela. Pesan itu adalah awal mula dari kekisruhan yang terjadi di keluarga Tante Beth dan Om Dion yang juga membuat gue ikut masuk ke dalamnya.

To be continued.


Yes, you got it?Ini kisah tentang pencarian Stela. Semua nama disamarkan. Gue berani menuliskannya di sini karena Tante Beth pernah bilang, “Cerita tante kalau dijadiin novel kayaknya bagus ya, Cel.” Jadi, kisah ini udah ada izin dari Tante Beth meskipun gue belum cerita ke beliau di mana gue menuliskan kisah tentang mereka.
Mohon maaf kalau penulisannya jauh dari puebi dan dasar-dasar penulisan yang baik dan benar. Karena curhat itu kadang terlalu kaku kalau harus pake aturan penulisan (red: pake bahasa baku).
Terimakasih untuk GanSis yang sudah membaca. Semoga dari kisah ini, banyak hikmah yang bisa diambil.
emoticon-kucing
Polling
0 suara
Hai, lo bakal gimana kalau ternyata Stela adalah TS sendiri?
Diubah oleh Rapunzel.icious 23-10-2019 02:18
evywahyuni
akudanme
redrices
redrices dan 63 lainnya memberi reputasi
62
30.4K
569
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Rapunzel.iciousAvatar border
TS
Rapunzel.icious
#293
AN EMOTIONAL PART


Kenapa gue kasih judul an emotional part, karena untuk gue pribadi, kisah yang akan diceritakan sekarang adalah starting pointdi mana gue hilang respek sama Stela. Belum lagi, saat ini (real time ya, GanSis) gue lagi agak clash sama Om dan Tante sejak beberapa hari kemarin. Kenapa? Ya apa lagi selain karena Stela. Gue sih yang salah, gue lost control sehingga gue yang awalnya se-netral mungkin, jadi terbawa emosi dan menunjukkan betapa gue udah kesel banget sama masalah ini. Lebih tepatnya, gue kesel sama Stela.

Sempat terpikir untuk, udah lah ngapain gue lanjutin cerita ini di SFTH. Udah mah gue baru tahu kalau ternyata Juan adalah penghuni SFTH juga, terus gue bermasalah pula sama Om dan Tante gue. Ambyar sudah. Namun, saat gue inget lagi tujuan awal share di mari untuk apa plus gue pengen coba profesional, baiklah, gue lanjut saja. Karena menurut gue, banyak pembelajaran yang bisa diambil dari cerita ini. Ya siapa tau ternyata ada yang lagi ngalamin, kan bisa jadi referensi. Tapi amit-amit ya GanSis. Jangan sampe deh ada yang ngalamin hal ini. Amin.

Satu hal yang gue sadari, profesionalisme untuk seseorang kayak gue (yang kalau ada masalah lebih memilih run away aja) bener-bener kayak nightmare. Oh ya, soal Juan yang ternyata penghuni SFTH, ntar gue cerita. Kalau inget. Gue nggak janji ya.

Di suatu Sabtu sore, Stela pulang ke rumah. Tante Beth yakin kalau Stela nggak naik ojek. Saat dia nanya, Stela pun jawab kalau dia jalan kaki.

Yang ada di pikiran Tante Beth adalah: kasian Stela. Jalan kaki. Kayaknya karena nggak punya uang.

Realitanya: Stela diantar oleh alm. Kang Reporter sampai ke 3 rumah sebelum rumahnya. Alasannya biar nggak ketahuan ada yang mengantar. Bahkan, alm. Kang Reporter itu pun nungguin sampai malam karena takut Stela balik lagi, nggak jadi nginep di rumah. Hal ini baru diketahui di awal Oktober kemarin.

Tidak banyak informasi yang didapat sepulangnya Stela ke rumah. Om dan Tante tidak berani mewawancarai karena takut Stela tidak nyaman. Ya gitu deh~

"Jadi Stela itu ke mana waktu pergi pertama kali?" tanya Tante Beth.

"Ke Surabaya. Pakai motor," jawab Stela.

"Di jalan hujan nggak?"

"Hujan."

"Pakai jas hujan?"

"Enggak."

Satu kata buat Stela: tol*l.

"Stela tinggal di mana selama di sana?" tanya Tante Beth.

"Di rumah temen SMP. Numpang di sana soalnya dia janda. Jadi dia di rumah sendiri."

Tante Beth terus menggenggam tangan Stela hingga akhirnya dia menemukan 4 garis yang tidak terlalu lurus di pergelangan tangan Stela.

"Ini kenapa?" tanya Tante Beth.

"Dicakar kucing."

"Stela." Tante Beth berkata masih dengan nada yang super duper halus. "Kucing itu cakarnya 3, bukan 4. Jangan kayak gini lagi, ya."

"Iya."

"Stela jangan pergi-pergi lagi, ya," pinta Tante Beth.

"Stela udah nggak mau lagi di sini. Stela mau pindah. Stela pulang cuma mau ngambil barang-barang aja. Besok Stela balik lagi ke Surabaya. Stela udah beli tiket kereta," jelas Stela. "Oh ya, Papa ke rumah Juan ya. Terus ngancem laporin Juan ke polisi?"

"Soalnya mama sama papa bingung harus gimana lagi cara nyari Stela. Selama ini, cuma Juan yang masih selalu komunikasi sama Stela. Jadi pasti Juan tahu Stela kemana."

"Gara-gara itu, ibunya Juan jadi nggak merestui hubungan Stela sama Juan," kata Stela.

Bentar, bukannya mereka itu udah putus, ya? Kan ambigu. Ckckckck.
:cih

"Stela minta kalian ke rumah Juan. Minta maaf ke ibunya Juan dan ke Juan, besok," kata Stela.

"Iya, nanti minta maaf aja lewat Whatsapp."

"Harus ke rumahnya. Stela cuma minta itu kok, Ma."

Enak ya GanSis kalau jadi anak kesayangan. Hal absurd kayak gitu aja pasti dituruti. Besoknya, di waktu subuh, Tante Beth dan Om Dion ke rumah Juan untuk meminta maaf. Standing applause dulu yuk, GanSis. Keprok barudak!

Di rumah Juan, mereka tidak disambut dengan ramah. Juan juga nggak keluar. Masih tidur kata ibunya. Ibunya juga nggak ada niat untuk membangunkan Juan.

Siangnya, mereka mengantar Stela ke stasiun. Mereka ingin ikut mengantar sampai Surabaya tapi dilarang. Mereka meminta alamat pun hanya dijanjikan akan diberi sesampainya di Surabaya. Dengan alasan tidak ingin Stela berbuat yang aneh-aneh lagi, orang tuanya menuruti semua permintaan Stela.

Kejadian ini membuat gue berpikir, di zaman sekarang, sepertinya seorang ibu seperti ibunya Malin Kundang itu tidak ada. Kalaupun ada, kemungkinan besar karena benci banget sama anaknya. Dan gue juga berpikir bahwa ibunya Malin Kundang memang nggak sayang sayang banget sama Malin. Karena kalau ibunya sayang, sebenci bencinya dan sesakit sakitnya oleh seorang anak, pasti nggak bakal sampai mengutuk jadi batu. Akan selalu ada maaf dari seorang ibu. Terlebih lagi bila anaknya itu adalah anak kesayangan.

Kalau gue boleh menuliskan opini di sini, jujur saja gue kurang suka dengan tindakan orang tua Stela. Kalau kayak gitu, enak dong ya. Kalau ingin sesuatu, agar bisa dikabulkan maka harus mengancam bunuh diri. Lalu pintu ke mana saja pun dikeluarkan. Dalam artian, apa saja pasti dituruti.

Oke lah, gue emang belum jadi orang tua, belum punya anak. Mungkin gue nggak tahu kemelutnya rumah tangga itu seperti apa. Tapi, gue nggak akan pernah mengikuti cara mendidik orang tuanya Stela. That's the worst way banget menurut gue.

Ah, apalah gue ini, berani banget mengkritik cara mendidik anak. Padahal satu kalimat dalam buku Adversity Quotient karya Miarti Yoga aja, nggak pernah gue baca.

to be continued


next story
Diubah oleh Rapunzel.icious 26-10-2019 01:21
jiyanq
corongalam
sevenfiveseven
sevenfiveseven dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup