ponesyam01Avatar border
TS
ponesyam01
PERNIKAHAN SERATUS HARI
HARI PERTAMA

“Saya terima nikah dan kimpoinya, Hilda Binti Sangjaya, dengan mas kimpoi seperangkat alat sholat dibayar tunai,” dengan mantap David melafadzkan ijab qabulnya.

“Sah..sah..sah..” teriak para saksi dan juga semua yang hadir di acara pernikahan.

Tidak cukup semenit, aku yang berstatuskan seorang gadis kini menyandang status seorang istri. Entah apa yang sebenarnya aku rasakan. Hambar. Seperti inikah yang dirasakan oleh semua pengantin? Atau hanya aku saja yang merasakannya.

“Suamimu keren dan tajir,” bisik Irma adikku. “Kamu beruntung mendapatkannya,” lanjutnya. Aku hanya tersipu malu. Aku memang beruntung mendapatkannya. Entah dia merasa beruntung atau malah merasa sial menikah denganku.****

Seharian berdiri menyambut para tamu undangan membuatku lelah. Karena itu aku memutuskan ke kamar pengantin meski tanpa bimbingan suamiku. Ini adalah rumahnya dan aku harus masuk ke kamar pengantin kami bersama. Tapi mungkin dia terlalu lelah untuk menunggu berganti pakaian dan masuk ke kamar bersama-sama.

Aku berdiri di depan pintu kamar pengantinku. Menarik nafas berat kemudian belajar tersenyum dan dengan berat jemariku aku gerakkan untuk mengetuk pintu kamarku.

Tok..tok..tokk

Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Padahal aku yakin bahwa David berada dalam kamar. Apa dia sedang tidur? Aku tidak ingin membangunkannya. Lalu aku memutuskan untuk membuka pintu kamar kemudian langsung masuk ke kamar.

Aku tersentak saat tiba di dalam kamar, seperti layaknya kamar pengantin, kamar kami sangat wangi, bunga mawar putih menghiasi kamar kami, bahkan berserakan di lantai. Kamar ini seperti kamar dalam impian masa kecilku, lalu di sudut kamar sesosok malaikat penuh dengan cahaya seperti dalam film-film sedang duduk manis di sofa kamar pengantin kami sambil membaca sebuah buku. Dia terlihat begitu menawan. Gambaran lelaki sempurna. Wajah yang keren, dagu yang terbelah, rahang yang kokoh, alir yang hitam dan lebat serta kulit yang kuning langsat yang mengambarkan betapa machonya lelaki di hadapanku ini. Aku melongo menatapnya. Tiba-tiba sang malaikat menatapku dengan tatapan aneh. Dan menutup buku yang dibacanya dengan kasar, seperti beriringan dengan padamnya cahaya dalam tubuhnya. Dia tersenyum meremehkanku. Aku yang melongo mulai sadar dengan keadaanku. Dia melangkah mendekatku. Aku tersenyum kegirangan. Dia makin mendekat, jantungku berdegub begitu kencang. Lalu.. tepat di hadapanku dia berhenti. Wajahku kemudian mendekati wajahku. Aku menutup mataku, inilah mungkin moment ciuman pertama yang aku dambakan. Sedetik.. dua detik.. tiga detik.. semua yang aku khayalkan tidak terjadi.

Hahahaha tiba-tiba yang terdengar malah gelak tawa. Aku membuka mataku dan melihatnya tertawa sambil memegangi perutnya. Aku hanya bisa nyengir, membayangkan diriku yang bertingkah bodoh. Tiba-tiba sosok malaikat itu berhenti tertawa kemudian menatapku tajam.

“Jangan mimpin,” katanya begitu tajam dan kasar, membuatku terkejut dan hampir saja menangis mendengarnya.

“Bukan perempuan sepertimu yang aku inginkan,” ujarnya lalu pergi dengan menutup pintu secara kasar. Aku hanya menelan air liur kesedihanku. Ya.. aku paham.. bukan perempuan sepertiku yang dia inginkan. Perempuan biasa saja, wajah yang tidak cantik, pakaian yang selalu disebut norak oleh orang-orang. Serta dari kalangan biasa saja, aku bukan anak orang kaya tetapi juga bukan anak orang miskin. Tetapi seperti seorang cinderellah.. aku menikah dengan lelaki kaya yang menjadi pilihan ayahku.

Dan aku cukup bertahan dan bersabar menjalani semua ini. Terlalu klasik memang kisahku. Namun aku hanya butuh waktu seratus hari menjalani kisah ini. Mungkin akan terasa lama karena pelakuan suami yang aku anggap malaikat dalam hidupku. Atau mungkin akan terasa cepat karena apa yang akan aku hadapi setelah seratus hari lebih mengerikan dari apa yang saat ini aku jalani.

Kring..kring..kring..

Alarm dari hand phoneku berdering. Ku rogoh saku celanaku dan memeriksa hand phoneku. Aku tersenyum menatap handphoneku, di layar hp tersebut tertuliskan waktunya untuk minum obat. Lalu ku rogoh saku celana yang lainnya dan mengeluarkan segenggam obat. Obat itu terlihat mengerikan dan menertawakanku. Aku hanya tersenyum kecut. Lalu menutup mataku kemudian meminumnya.

“Kau sedang apa?” kata David mengejutkanku. Tanpa setetes airpun, obat tersebut berhasil aku telan. Aku membuka mata, menatapnya dalam seakan bertanya sejak kapan kau ada disini. Dia tidak peduli dengan tatapanku. David malah merebut pembungkus obatku dan memeriksanya. Aku tidak ingin mendapat pertanyaan darinya, karena itu aku meninggalkannya dalam keheranan.

“Mau kemana kamu?” tegurnya.

“Mau ke kamar mandi, Kenapa?” tanyaku sambil lalu. David hanya berdehem. Aku berlalu sambil tersenyum. Mungkin rumah tanggaku tidak mengerikan seperti yang aku bayangkan.

Ikuti kelanjutan kisahku. :-0

tinwin.f7
Aanaja
g.azar
g.azar dan 6 lainnya memberi reputasi
7
3.9K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ponesyam01Avatar border
TS
ponesyam01
#1
Disini kelanjutannya.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5da41d40f0bdb258d64fb8e3
0