pujangga.lamaAvatar border
TS
pujangga.lama
Kotak Waktu
Quote:


PRAKATA

Di era digital sekarang, menjaga hubungan pertemanan terasa lebih mudah untuk dilakukan. Orang-orang bisa tetap saling terhubung seberapa pun jauhnya jarak di antara mereka. Namun pernahkah kita berpikir bagaimana rasanya jadi generasi yang tumbuh di era sebelum internet merajalela seperti sekarang? Tanpa media sosial, tanpa aplikasi perpesanan, dan tanpa kemudahan-kemudahan yang ada di zaman ini, bagaimana mereka akan tetap terhubung?

Sebagai bagian dari generasi yang merasakan peralihan dari era tradisional ke era modern, saya tahu betul bagaimana rasanya ‘kehilangan’ teman-teman dekat. Kalau generasi sekarang bisa dengan mudah memantau aktivitas teman melalui media sosial, kami di masa itu hanya mengandalkan surat untuk berkirim kabar. Atau sesekali menelepon, kalau ada uang lebih. Sebuah kabar dari teman lama yang berpindah kota atau negara, sungguh terasa mahal. Dan setelah bertahun-tahun tidak bertemu, kami akan saling dikejutkan dengan betapa banyaknya perubahan yang dialami, atau betapa banyaknya cerita hidup yang terlewatkan. Itu pun kalau sempat bertemu kembali.

Menulis buku ini menghadirkan banyak nostalgia di hati saya. Seperti petualangan menjelajah waktu, saya mengirim diri saya sendiri menuju hari-hari yang sudah lama berlalu, namun rasanya seperti baru kemarin. Ada kehangatan dan kerinduan yang terasa sangat dekat meskipun kenyataannya sungguh jauh.

Buku ini adalah pesan rindu dari saya untuk sahabat-sahabat lama yang kini entah di mana berada. Sahabat yang dulu sama-sama berjuang menggapai mimpi. Sahabat yang dulu selalu mengisi hari-hari dengan celotehan, nyanyian, atau bahkan makian. Sungguh cepat waktu berlalu. Saya percaya kita kini sedang belajar menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita.

Akhir kata, saya berharap buku ini bisa menjadi ‘sahabat’ yang baik untuk kalian, para pembaca. Atau setidaknya, mengingatkan kita semua bahwa di antara banyaknya hal-hal yang tumbuh dan luruh di dunia ini, hanya cinta dan persahabatan yang sanggup bertahan. Selamanya.

Tertanda,
Pudjangga Lama
Diubah oleh pujangga.lama 25-10-2019 04:00
dewisuzanna
JabLai cOY
itkgid
itkgid dan 52 lainnya memberi reputasi
53
41.7K
280
Thread Digembok
Tampilkan semua post
pujangga.lamaAvatar border
TS
pujangga.lama
#244
BAB 23
Taka merebahkan tubuh di kasur dan menatap kosong langit-langit kamar. Penolakan dari Gugun dan Keela membuatnya berpikir keras. Dia bingung bagaimana hal itu bisa terjadi. Apakah kedua sahabatnya itu mengalami semacam gangguan ingatan? Atau mereka sengaja melakukannya karena tidak ingin lagi mengenal dirinya? Mustahil melupakan seseorang begitu mudahnya. Walaupun banyak perubahan setelah bertahun-tahun tidak bertemu, Taka yakin masih bisa mengenali teman lama.

Satu pertanyaan terlintas di benaknya: kalau Gugun dan Keela tidak lagi mengenalinya, bagaimana dengan Dewi dan Elsa? Taka buru-buru bangun menuju meja belajar dan membuka laptop. Di laman salah satu media sosial, dia berusaha mencari akun Dewi dan Elsa.

Cukup sulit menemukan Dewi. Nama itu merupakan salah satu nama populer yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Dia sudah hampir menyerah sebelum akhirnya menemukan yang dicari dari daftar pengikut di akun salah satu temannya.

Taka mengetikkan sesuatu di kolom pesan, tetapi kemudian menghapusnya lagi. Dia ragu Dewi akan mengenali dirinya. Pesan untuk Keela yang dikirim beberapa hari lalu pun masih belum dibaca. Dewi pasti akan melakukan hal yang sama,pikirnya.

Taka lalu membuka profil akun Dewi, mengecek beberapa unggahan terakhir, dan mencoba mencari cara untuk bisa bertemu langsung dengannya. Dewi sekarang menjadi barista di salah satu kedai kopi di Bandung. Itu berarti dia harus pulang untuk bisa bertemu dengannya. Repot juga, pikir Taka.

Akhirnya dia hanya duduk melamun, kembali menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba dia jadi merindukan keempat sahabatnya, dan masa ketika mereka masih bersama di sekolah. Betapa menyenangkannya hari-hari itu. Benar kata orang-orang, masa yang paling indah adalah masa sekolah.

Taka pandangi foto yang terpampang di layar laptopnya. Wajah Dewi sedang tersenyum ke arah kamera. Sampai kapan pun dia akan selalu ingat wajah kawan-kawannya. Mana mungkin dia bisa lupa. Dipalingkannya wajahnya ke cermin di lemari. Sambil mengusap-usap pipinya, dia bertanya dalam hati apakah wajahnya sudah berubah sedemikian rupa sehingga Gugun dan Keela lupa padanya. Tidak, aku tidak berubah.

Taka terdiam. Diraihnya kalender duduk di atas meja, lalu membolak-balik beberapa halaman, dan melingkari salah satu tanggalnya. Dia sudah memutuskan, dia akan pulang ke Bandung untuk menemui Dewi.
JabLai cOY
jenggalasunyi
itkgid
itkgid dan 15 lainnya memberi reputasi
16