jkwselalub3n4rAvatar border
TS
jkwselalub3n4r
Hingga Agustus 3.000 Pekerja Kena PHK, Sektor Ritel Paling Banyak


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemutusan hubungan kerja (PHK) rupanya bukan isapan jempol belaka.

Ketua Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek), Mirah Sumirat menyatakan pihaknya mencatat sejak awal tahun sampai Agustus 2019 kemarin, sudah terjadi 3.000 kasus PHK.

"Sektor ritel sudah mencapai 2.000 pekerja dan 1.000 pekerja akibat otomatisasi pembayaran di jalan tol," katanya kepada KONTAN, Senin (2/9).

PHK di sektor ritel disebabkan oleh penutupan sejumlah gerai ritel yang berimbas kepada pengurangan pegawai.

Sedangkan di bisnis jalan tol karena keberadaan program otomatisasi pembayaran di sejumlah ruas jalan tol.

Baca Juga: Di Ujung Tanduk, Industri Tekstil Tak Kompak Soal Safeguard Produk China premium

Meski para pekerja yang terkena PHK tersebut mendapat pesangon yang sesuai, Mirah menyayangkan sikap banyak perusahaan yang melakukan PHK.

Lantaran tidak memberikan pelatihan kewirausahaan atau pelatihan meningkatkan kemampuan pekerja.


Padahal dalam UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, perusahaan wajib memberikan pelatihan kepada pekerja, tidak hanya saat akan di PHK atau masa persiapan pensiun (MPP).

"Kenyataannya sebelum PHK, pekerja belum mendapat pelatihan," tuturnya.

Terjadi di banyak daerah



Sebelumnya Ketua Departemen Komunikasi dan Media Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Kahar S. Cahyono menyebut, gelombang PHK ini telah terjadi di beberapa wilayah seperti di Batam Riau, Cilegon Banten, dan Surakarta Jawa Tengah.

Melihat gelombang PHK yang ada, Aseki berharap pemerintah segera menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan vokasi kepada pekerja yang terkena PHK.

Mirah juga meminta kepada pemerintah untuk tidak cepat mengeluarkan kebijakan yang berimbas kepada PHK.

Ini terjadi saat program otomatisasi pembayaran di sejumlah ruas jalan tol berlangsung.

Baca Juga: Aprindo: PHK di sektor ritel bukan karena menurunnya daya beli masyarakat

ASPEK berharap pemerintah memperbanyak balai latihan kerja (BLK) dan memperbaiki fasilitas BLK yang selama ini telah ada.


Sebab, BLK saat ini kurang mengikuti perkembangan zaman.

https://insight.kontan.co.id/news/hi...-paling-banyak

PHK gan
pemburu.kobokan
anita.sutanty
anita.sutanty dan pemburu.kobokan memberi reputasi
2
10.5K
137
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
gin7Avatar border
gin7
#88
Quote:


Pengalaman ane mencari kerja sih diukur gan tinggi badan, kalo untuk lulusan D3 ke atas sih ane kurang tahu ya, soalnya ane lulusan SMA, dan selama ane mencari kerja diukur semua.

Ane jabarin aja ya pengalaman ane dengan tinggi badan ini, dulu ane pernah ngelamar di toko retail (Alfamart) 2x gak lolos karena tinggi badan, tahap psikotest, interview, fisik lolos, pas diukur tinggi badan gak lolos, pernah sekali hampir lolos tapi ditawarin jadi part time, ane iyain aja, tapi sampe sekarang gak ada panggilan. Terus ane pernah ngelamar di restoran (Hokben), tahap pertama psikotest lolos, tahap kedua ukur tinggi badan gak lolos. Terus pernah juga di manufacturing (banyak kalo dijabarin) 100% pasti diukur dan ditentuin lewat tinggi badan. Terus pernah juga lewat calo sampe calonya nyerah karena gak bisa ngelolosin tinggi badan yang kayak ane akhirnya ane minta lagi duitnya, karena itu ane nganggur selama kurang lebih 2 tahun, padahal tinggi badan ane 163 cm, tapi rata-rata syarat tinggi badan perusahaan itu 165 cm, cuman kurang 2 cm doang tapi gak pernah lolos emoticon-Cape d... (S)

Selama pengalaman ane mencari kerja sih cuman 2 perusahaan yang gak make tinggi badan, yaitu perusahaan ane dulu kerja (manufacturing) karena dulu lewat orang dalem dan gajinya harian, sehari 70 rebu. Dan perusahaan ane yang sekarang (kantoran) kalo ini ane masuk murni cuma disuruh tes ngetik dan interview langsung lolos gak pake tes fisik/ukur tinggi badan segala.
kageninja
themadrid
themadrid dan kageninja memberi reputasi
2
Tutup