yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 




Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 06:13
arieaduh
jujur14
al.galauwi
al.galauwi dan 109 lainnya memberi reputasi
102
447.3K
4.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#764
Sumedang Langsung Yuk
Liburan UTS yang hanya seminggu ane manfaatkan untuk jalan ke Sumedang bareng Keket. Persiapan berangkat udah beres semua dan akhirnya kami pergi kesana naik bis yang biasa Keket naikin kalo pulang kerumahnya. Pemandangan jalannya bagus banget karena masih hijau, dan asri. Ane lebih banyak tidur karena entah kenapa kayak berasa capek aja. Keket pun banyak tidurnya, kami hanya ngomong sesekali aja disepanjang perjalanan. Perjalanan ane lupa berapa lama karena lebih banyak tidur, ternyata udah sampe aja di salah satu terminal di Sumedang kota. Ane dan Keket turun, ane mendadak kangen rumah nenek jadinya. Ane juga kalau lebaran suka mudik soalnya. Lalu tidak lama ada bapak-bapak, belum terlalu tua, palingan sekitar 40an umurnya, datang. Bapak ini lebih tinggi dari ane dan ganteng. Kulitnya juga kuning langsat sama kayak Keket, tapi lebih gelapan dikit. Buat dikota kecil, bapak ini pasti kalau otaknya macem ane udah jadi leboy kali. Hahaha. Ternyata itu adalah paman Keket, adik dari ibunya.

“Mang Ardi. Apa kabar mang? Jadinya mamang yang jemput nih?” kata Keket sumringah, lalu salim dengan pamannya itu.

“Iya neng, Mamang yang jemput soalnya dirumah si amih lagi siapin buat kedatangan kamu.” Kata Mang Ardi.

“Kenalin Mang, ini teman aku, namanya Firzy.” Kata keket kemudian memperkenalkan ane.

“Saya Firzy, tapi biasa dipanggil Ija aja om.” Kata ane lalu menjulurkan tangan.

“Panggil aja pakai mang atuh, kalau om kayak dikota.” Kata mang Ardi, sopan sekali.

“Oh iya Mang. Hehe. “ kata ane.

“Sok, kita mau langsung apa makan dulu?” kata mang Ardi.

“Makan dulu Mang boleh nggak? Di warung langganan.” Kata Keket tiba-tiba.

“Hayuk kalau gitu.” Kata mang Ardi.

Selebihnya mereka mengobrol dengan bahasa sunda, ane hanya bisa mengerti mereka ngomong apa, tapi nggak bisa menimpali apalagi ikutan ngobrol. Haha. Kalau bahasa inggris mah ayo. Kami jalan dengan menggunakan mobil antik mang Ardi yang menurut ane keren dan terawat, Pontiac GTO keluaran 1969. Entah gimana mang Ardi bisa dapet mobil super langka ini.

“Mang, mobilnya keren banget, merk Pontiac. Di Indonesia bukannya nggak ada yang jual ya?” Tanya ane.

“Iya, kok kamu tau Ja?” tanya balik Mang Ardi.

“Iya Mang, Papa saya dulu suka sama otomotif kebetulan, jadi saya kebawa Mang. Tapi Cuma tau-tau merk aja, nggak sampai detail sampai mesin-mesin kayak beliau.” Kata ane.

“Pantesan diantara kumpulan mainan lo dikamar, banyak berjejer mobil-mobil pajangan gitu ya Ja.” Kata Keket.

“Itu bukan mainan Keket, itu action figure.” Kata ane nggak terima.

“Ya tetep aja kalau ada anak kecil pasti dipakai buat main berantem-beranteman kan. Hahaha.” Ledek Keket.

“Beda.” Kata ane singkat. Bete juga ane figure-figureitu dibilang mainan anak kecil.

“Eh, kamu dipanggil Keket di kampus teh? Disini mah dia dipanggil biasa aja, Keti.” Sambar Mang Ardi tiba-tiba.

“Apa Mang? Keti?” kata ane sambil senyum-senyum ke Keket.

“Iyah.” Kata Mang Ardi.

“Ini keti kan ya?” kata ane sambil nunjuk ke ketiak ane sebelah kiri. Keket cemberut.

“Haha jangan diledek atuh, si Keti mah anaknya ambegan.” Kata Mang Ardi lagi.

“Hahaha, iya ya mang? Tuh iya bener. Mukanya langsung ditekuk. Hahaha.” Kata ane berasa menang.

Perjalanan menuju ke restoran kecil itu menyenangkan. Mang Ardi orangnya ramah banget dan santun. Dia juga menggunakan bahasa sunda yang halus padahal ngomongnya sama keluarganya sendiri. Ane berpikir, wah keluarga Keket ini kayaknya berpendidikan tinggi semua nih. Keketnya aja pintarnya amit-amit banget. Pernah suatu waktu kami adu ilmu pengetahuan dan ane selalu kalah pembuktian teori dan di sinkronisasi dengan fakta yang sudah terjadi. Jadi pola pikir Keket itu selain berdasarkan logika dasar yang dia kembangin sendiri, tapi juga bisa mikir out of the box. Alasan ini pulalah yang membuat ane cepet banget dekat dengan Keket waktu perlombaan itu. Ketika Alen dan kawan-kawan lainnya masih berkutat dengan textbook berisi yang ada, kami berdua udah berpikir sampai dimana tau berdasarkan kelogisan keadaan dan asumsi kami. Haha.

Kami sampai sekitar 15 menitan dari terminal, dan keadaan jalan sepi, tidak macet. Restorannya cukup ramai ketika itu. Kami duduk dan memesan makanan. Makanan itu baru buat ane, yaitu Soto Bongko. Katanya khas daerah sana. Lumayan lama kami menunggu sampai akhirnya makanan datang. Wah, ternyata rasanya emang enak. Pantas saja Keket kepingin makan disini. Selesai makan disana, kami langsung menuju kerumah orangtua Keket.

Sesampainya disana, ane melihat rumah yang sudah sedikit tua tapi tetap tertata rapi dan apik. Rumah itu banyak sekali tanaman-tanamannya. Rumah itu memiliki halaman yang luas, kayaknya luas tanahnya bisa sampai 300 meter persegi kali ya. Atapnya terbuat dari genteng kodok jadul yang ada beberapa sudah kotor menghitam. Tapi tetap saja kesan rumah ini asri. Ditambah lagi pemandangan didepannya yang merupakan sawah keluarga Keket menjadikan rumah ini semakin nyaman untuk ditinggali.

Welcome to my home. Home sweet home.” Kata Keket sambil melapangkan kedua tangannya
.
Ane yang melihat pemandangan itu otomatis langsung mengalihkan pandangan ke satu titik. Dada. Hahaha. Kelihatan nyembul banget elaaah.

Menggoda sekali buat dicicipi. Tapi ane buang jauh-jauh pikiran itu. Ane mau liburan disini, tapi kalau bisa dapat bonus juga nggak apa-apa.

“Ayo masuk.” Kata keket.

“Mang, makasih banyak ya udah jemput aku sama temenku. Mau mampir dulu nggak Mang?” tanya Keket.

“Nggak usah neng, mamang langsung aja ya. mau ada kumpul komunitas dulu ini. Yaudah mamang pamit ya.” kata Mang Ardi.

Hooo, kumpul komunitas mobil antik mungkin ya. Keren banget Mang Ardi asli deh.

Keket langsung membuka pintu depan rumah dan masuk kedalamnya. Sejuk banget rumahnya. Apa karena banyak tanaman dan minim polusi ya? entahlah, yang jelas ane sangat menikmati berada dirumah keluarga Keket ini. Lalu, Keket langsung pergi ke dapur yang berada diujung belakang rumah ini. Ane pun ikutan kesana. Disana ternyata ibu Keket lagi nyiapin makanan.

“Amiiih. Keti udah dateng mih.” Katanya ke ibunya.

Ibunya langsung terkaget dan menengok ke arah sumber suara. Ibunya tersenyum bahagia dan ternyata ibunya masih muda banget kelihatannya. Ibunya memiliki wajah yang mirip Keket, tapi versi kecantikan lokal. Kulitnya sama dengan Keket. Tapi bedanya ibunya lebih pendek dari Keket. umurnya mungkin sekitar 40 tahunan juga. kelihatan awet muda.

“Anak amiiih yang paling cantikkk…apa kabar kamu Ket?” tanya ibunya sambil menciumi pipi kanan kiri anaknya.

“Alhamdulillah baik mih. Amiih gimana, sehat-sehat kan?” kata Keket.

“Alhamdulillah sehat, Cuma kemarin aja sedikit batuk. Kayaknya lagi musim.” Sahut ibunya.

“Oh iya mih, kenalin ini Ija, pacar aku.” Kata keket dengan nada senang.

Ane kaget dan langsung gugup karena Keket bilang ane pacarnya.

“Oh ini yang suka kamu ceritain. Siapa nak nama kamu?” kata ibunya lembut.

“Saya Firzy, tapi biasa dipanggil Ija tante.” Kata ane sambil salim ke ibunya.

“Panggil amih aja, kayak sama orang lain aja kamu teh. Ternyata ada yang lebih tinggi dari Keti ya disana.” Kata ibunya sambil senyum kecil.

“Haa iya Mih. Hehe.” Ane super canggung didepan ibunya. segala suruh panggil begitu kan bikin ane jadi gugup.

“Yaudah, Keti kamu antar nak Ija ke kamar tamu sana ya, sudah diberesin.” Kata ibunya memakai bahasa sunda.

“Oke mih. Aku kesana dulu ya.” kata Keket.

Ane diantar menuju kamar tamu yang ternyata lega banget kamarnya. Cuma emang karena mungkin udah lama nggak ditempatin, kamar ini jadi ada aroma debunya.

“Ket, deket-deket sini ada warung nggak?” kata ane.

“Ada tuh dideket ujung perempatan desa. Kenapa emang?” katanya.

“Gue mau beli pewangi ya, boleh nggak? Mau gue pasangin dikamar ini biar wangi.”

“Oh yaudah nggak apa-apa kok. Gue tau lo kan jijikan. Maaf ya nggak bisa sebersih standar lo.”

“Ehh, nggak gitu Ket. Maksud gue itu biar makin enak gue nempatinnya.”

“Iya nggak apa-apa.” Kata Keket dan langsung ngeloyor.

Duh, kayaknya si Keket tersinggung nih sama ane. Gimana ya, masalahnya ane bakalan susah tidur kalau misalnya ada sesuatu yang menurut ane agak kurang sreg. Akhirnya ane meminjam kain pel, pembersih lantai, ember dan sapu untuk membersihkan ulang kamar ini. Ane biarin aja dulu si Keket ngambek. Nanti kalau udah selesai juga dia bakal datang lagi.

Sekitar 1,5 jam ane membersihkan kamar ini. Tinggal membeli pewangi ruangan saja. Lalu ane mengambil handuk dan peralatan mandi. ane keluar dari kamar dan menuju kamar mandi yang ada dibagian lain rumah ini. Ternyata ada orang. Mungkin ibunya, atau Keket. Karena dirumah ini katanya ibunya tinggal sendirian. Hanya ada asisten rumah tangga paruh waktu yang membantu dari pagi sampai siang saja. Selebihnya ibunya tinggal sendiri. Apalagi semenjak Keket pindah kota untuk kuliah, semakin sepi aja rumah besar ini.

Ane kemudian melihat ibunya lewat ruang tengah. Nah berarti yang didalam sini itu si Keket. Kemudian terlintas ide konyol ane untuk mengintip Keket dari sela kusen atas buat ventilasi. Haha. Setelah dirasa ibunya sudah nggak ada dekat situ, ane lalu mencari kursi atau pijakan lainnya biar bisa naik keatas. Ane dapat kursi, kemudian mulai naik. Lalu benar saja, pemandangannya sangat indah didalam. Hahaha. Keket lagi mandi menghadap ke bak mandi. ane cengar cengir doang, tapi cukup deg-degan melihat bagian belakang badan Keket yang mulus dan kinclong, apalagi ketambahan basah dan ada bagian shampo yang turun dari rambutnya melewati bagian tengah punggungnya. Aduh pokoknya pemandangan yang asyik banget lah untuk dinikmati. Sayangnya HP dulu belum secanggih sekarang. Coba udah, ya tau lah bakal ngapain ane. Hahaha.

Ane kemudian menggodanya dengan “sssst…sssst….sssst.” pada awalnya Keket nggak dengar, tapi yang ketiga kali baru dia sadar. Ane cekikikan melihatnya panik dan ketakutan. lalu akhirnya dia sadar dan melihat kearah ane. Sepertinya Keket marah beneran karena ane nggak pernah melihat muka yang sejutek itu sebelumnya. Lalu ane turun dari kursi sambil sedikit menyesali perbuatan ane. Ane duduk disebelah pintu kamar mandi. nggak lama Keket keluar dengan handuk sebagai kemben.

“Heh, lo tu ya, udah pernah liat badan gue dari deket, tapi masih ngintipin gue juga. Mesum banget sih pikiran lo Ja. Benci gue sama lo!” kata Keket sedikit membentak.

“Eeeh, Ket, maafin gue dong. Kan Cuma becanda ngisengin lo Ket.”

“Becanda lo nggak lucu sama sekali Ja. Udah ah gue males liat lo.”

“Lah, kan nanti 3 hari kita bakal serumah, gimana urusannya kalo lo males Ket.”

“Bodo amat.”

“Ket….” Kata ane sambil meraih tangannya.

“Nggak usah narik-narik, bisa kan?” kata Keket. Sumpah mukanya jutek banget waktu itu.

Selama satu hari full ane didiemin sama Keket. Pun dimeja makan ketika makan bersama ibunya, Keket nggak ngomong sama sekali. Barulah di hari kedua, itu juga udah malam, Keket baru mau ngomong sama ane. Bosen banget jadinya, udah nggak bisa jalan-jalan keliling desanya, kebanyakan Cuma di kamar doang lagi. Ane akhirnya kebanyakan main game di laptop dan mengerjakan proyek Keket dan ane untuk putus dari Rama. Ngedit video itu menyenangkan, tapi kadang malah bikin engas anjir. Hahaha. Mau menyalurkan hasrat, Keketnya lagi ngadat banget. Mau keluar nyari mangsa, nggak ada Keket nggak enak. Soalnya pengalaman ane mudik nih, cewek-cewek didesa itu, yang masih pada lugu-lugu, gampang banget di sepikin, beneran deh. Nggak perlu ganteng, asal pede aja dan dandanan kita nggak kaya pemuda lokal sana, pasti para pemudi jadi tertarik ke kita. Haha.

Ane lagi asyik ngedit video bokep amatiran ane dan Keket, ketukan pintu dari sebelah luar terdengar.

“Ini gue.” Kata Keket.

“Masuk aja Ket. Nggak dikunci.” Sahut ane.

Keket masuk. Mukanya nggak semurung kemarin.

“Ja, maafin gue ya.”

“Lah maaf kenapa Ket? Kan gue yang salah.”

“Iya, maafin gue soalnya nggak bisa jadi tuan rumah yang baik.”

“Yaelah santai aja lagi Ket. Gue yang mau minta maaf sama lo, tapi lo nya jutek banget dari kemarin, kayak orang yang mau makan gue.”

“Yee, apaan sih lo.” Keket tertawa kecil sambil memukul ane.

“Lo bawa laptop nggak sih?” kata ane.

“bawa, kan gue sekalian nyicil ngerjain skripsi disini.” Katanya

“Lah, bukannya masih ada kuliah lo? kan baru kosong ntar kalau udah semester genap bukan?”

“Iya benar. Tapi kan nggak ada salahnya dulu nyicil.”

“Iya sih bener.”

“Gue nggak mau ngecewain amih Ja. Dia itu janda yang nggak punya banyak warisan. Cuma rumah ini yang dia punya dan gue. Gue aja selalu rajin belajar gini biar nggak ngebebanin beliau. Lo tau kan gue kuliah itu gratisan, nggak bayar sama sekali. Dan lo liat sekarang kan? Keadaan keluarga gue jauh berbeda dengan lo Ja.”

“Ket, iya gue ngerti. Tapi udah lah nggak usah bawa-bawa keluarga. Nggak enak, kesannya ngebandingin gimana gitu. Gue nggak pingin ah lo nanti malah jadi bawa-bawa perasaan lo, jadi emosi dan nyalahin keadaan kayak gue.”

“Makasih ya Ja. Lo emang selalu ngertiin gue.”

Lalu Keket memeluk ane. Ane bales peluk dia juga.

“Amih kemana?” tanya ane.

“Lagi ada arisan ibu-ibu desa ini. Bentar lagi juga pulang.” Jawabnya.

“Wah yaudah, ngew* dulu aja yuk, mumpung ada kesempatan. Hehehe.” Goda ane.

“Apaan sih Ja, mikirnya gitu mulu lo. Hahaha. Gue tu masih marah tau harusnya sama lo, gara-gara lo ngintipin gue. Ngapain sih lagian lo segala kayak gitu? Toh semua yang ada ditubuh ini udah lo liat semua, udah lo pegang semua. Apaan lagi?” kata Keket.

“Gue niatnya Cuma ngisengin lo Ket. Haha. Maaf ya jadi emosi beneran lo nya.”

“Maaf juga harusnya reaksi gue nggak sebegitunya juga. Tapi gue mendadak keingetan sama bokap gue Ja dirumah ini. Makanya gue jadi emosional banget.”

“Udah ya Ket, jangan nginget-nginget itu lagi. Gue tau lo sedih banget, sakit banget. Udah ya.” kata ane sambil memeluknya.

Ane dan Keket lalu memutuskan untuk menonton film di laptop saja. Tidak lama Ibunya datang dan mengajak makan malam. Kamipun makan malam dengan hati sangat ceria.

--

Pagi hari, Keket mengajak ane joging keliling desanya. Keket memakai kerudung dan ditutupi oleh tudung jaketnya, dia juga memakai celana training yang pas dikakinya yang jenjang. Sementara ane, cuma pakai celana pendek pasangan jersey bola bajakan buat tidur dan kaos oblong putih, ditambah sepatu. Ketika mulai lari, ane sempat nggak fokus karena melihat bagian dada Keket yang mantul-mantul. Aduh nggak kuat banget melihatnya. Pingin langsung aja ini. Haha. Kemudian kami bertemu beberapa penduduk desa yang ternyata kenal dengan Keket. Saling tegur sapa ini mengasyikkan sekali. Kehangatan bertetangga yang agak jarang ane temukan dikompleks rumah. Lalu kami bertemu 3 orang anak SMA, dedek-dedek gemesh gitu dan menyapa Keket juga. Keket sempat berhenti dan kemudian ngobrol sedikit sama mereka. Lalu Keket memanggil ane.

“Ja, ada yang mau kenalan sama lo nih.”

“Hah? Kenalan? Haha. Bisa aja lo Ket.”

“Eh beneran ini. Sini makanya.”

“Nih, ini teh pacarnya teteh, namanya A Ija.”kata Keket.

“Oh, sugan teh saha (kirain tu siapa).” Tanya salah satu cewek ini, raut mukanya sedikit kecewa.

“Kenalin, ini Dini, Vera dan Nina.”

“Panggil aja Ija ya.” kata ane sambil menyalami mereka bertiga gantian.

Yang namanya Vera ini manis banget cuy. Untuk anak SMA juga dia udah bagus banget badannya, tingginya kayaknya sekitar 165 cm an mungkin, kulitnya putih kayak Zalina, dan dia memakai kerudung terusan kayak yang suka dipakai anak-anak SMA kalau sekolah. Sedangkan yang dua lagi biasa-biasa aja. Vera ini yang paling pendiam diantara yang lainnya.

“Heh, ngapain ngeliatin Vera terus lo?” Keket mengagetkan ane.

“Eeh nggak kok, abis dia diam aja daritadi.” Kata ane asal.

“Udah yuk lanjut lagi.” Kata Keket.

“Dah teteh dah aa.” Kata anak-anak itu lagi kemudian.

Ane dan Keket menebar senyum ke mereka. Barulah setelah itu ane melihat Vera tersenyum ke kami. Gila manis amat senyumnya. Disini jangan-jangan emang penghasil cewek-cewek cakep kali ya. udah dua orang didesa ini yang beningnya minta ampun, ya Keket dan Vera ini. Kalau ane eksplorasi lagi mungkin masih banyak yang lain. Hahaha.

Hari sudah menjelang siang, ane dan Keket bersiap untuk kembali ke kampus. Tidak lupa mengecek semua perlengkapan agar tidak ada yang ketinggalan. Lalu dengan berat hati Ibu Keket melepas kami. Ibunya juga membawakan oleh-oleh berupa ubi cilembu, tahu sumedang dan sale pisang. Mang Ardi sudah datang. Setelah salim dengan ibunya kami berpamitan. Tidak lupa ibunya berpesan kepada ane.

“Nak Ija, Ketinya dijaga ya. takut nanti malah kena pergaulan bebas, ketemu sama orang yang nggak baik. Soalnya dikampung ini pernah ada yang hamil diluar nikah dan itu sangat memalukan keluarga.”

DEG. Ane luar biasa kaget. Bahkan ane sebenarnya udah merusak Keket secara perlahan, sekarang malah disuruh dijagain biar nggak terpapar orang jahat macam ane ini. Gile nih.

“Iya tante, saya bakal jagain Kathy semampu saya ya. mudah-mudahan saya bisa selalu ada kalau dia butuh apa-apa.”
Ibunya hanya tersenyum ke ane dan ane sangat merasa bersalah. Kami menaiki mobil Mang Ardi dan mengantar kami kembali ke Terminal di Sumedang Kota.
Diubah oleh yanagi92055 29-08-2019 08:39
nobowname
erman123
sampeuk
sampeuk dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Tutup