Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kelayan00Avatar border
TS
kelayan00
Kisah Cinta Anak Remaja, (Kumpulan Cerpen)
Cinta Satu Minggu.


Quote:

Di bawah pohon tiris di halaman depan rumah, ada bangku panjang. Dua pasang anak remaja duduk di atasnya. Lampu lima wat di teras tak mampu membuat terang. Begitu pula sinar bulan purnama yang  menerobos lewat celah-celah daun hanya mampu memberikan sedikit cahaya.

Cowok remaja itu bernama Dullah, anak kelas dua es em a.  Rumahnya di depan gang dekat jalan raya. Sedang yang cewek bernama Emel, baru duduk di kelas tiga es em pe. Rumahnya di ujung gang. Mereka satu gang. Mereka baru jadian seminggu yang lalu. Ini apel Dullah yang pertama.

Lima belas menit sudah berlalu, tapi sejak mereka duduk di bangku panjang itu, belum ada sepatah kata pun keluar dari mulut meraka. Tak ada rayuan. Tak ada pula basa-basi.

Mereka sama-sama diam. Bingung harus ngomong apa.

Sesekali motor lewat di depan mereka. Sesekali pula lampu motor menyorot sekilas wajah mereka yang tampak gelisah.

Emel mulai merasakan degub jantungnya. Berdegub, terdengar makin lama makin keras. Malu, takut, deg-degan. Mungkin karena ini adalah kali pertama dia duduk berduaan bersama seorang cowok.  Di tempat yang agak remang-remang, di bawah terang bulan, meski di depan rumahnya sendiri, tetap saja saja dia merasakan itu.

Dua puluh menit kemudian Emel, berkata, "Kak, saat ini apa yang Kakak pikirkan?"

Dengan spontan Dullah menjawab, "Apa yang Adik pikirkan, itu pula yang Kakak pikirkan."

Mendengar jawaban itu, bukannya senang, Emel malah marah. Dia langsung berdiri.

"Iiiiih ... Kakak jorok! Kakak jorok ....!" Emel lalu bergegas meninggalkan Dullah. Dia langsung masuk ke rumah.

Dullah bengong.

"Lho, kok .... ?"

Dullah bingung. Dia hanya menuruti apa yang dipikirkan Emel. Kenapa dia dibilang jorok? Ya, kenapa? Seandainya ada yang berpikiran jorok, lantas siapa yang berpikiran jorok?

Besoknya, pagi-pagi sekali Dullah mendapat titipan sebuah kertas. Sebuah kertas bekas kotak obat nyamuk bakar yang dilipat dan dicekklik. Sebuah titipan yang dikirim lewat tukang sampah yang biasa membuang sampah di gangnya.

Dullah kemudian membukanya. Ada dua kata. Ditulis dengan menggunakan tinta dua warna. Hitam dan merah.

"Kita .... Putus .... !"

Dullah bengong. Untuk kedua kalinya.

"Lho, apa salahku ... ?" Dulah bergumam sambil garuk-garuk kepala.

Akulah si Dulah, jujur salah, tidak jujur apa lagi. Namun begitulah cinta, jangan katakan apa adanya. Kalau bisa dunia kau genggam semuanya agar kekasihmu bangga. Atau kalau tidak bisa juga, biarkan ia memilih orang yang membuatnya bangga.

Akulah si Dulah, suatu ketika akan jadi orang yang luar biasa. Dengannya atau tanpa nya. Yang jalas sekarang aku lepas dari siksa. Siksa rindu, tidak bisa tidur malam harinya. Dan siksa cinta bengong-begong hanya memikirkan wajahnya ketika pagi hingga malamnya.

Akulah si Dulah, remaja yang nanti jadi pengusaha. Akan kurangkul semua wanita yang aku suka. Dengan kekayaan yang aku punya, wanita mana yang tidak bertekuk lutut di hadapanku. Nyatanya orang lain bisa.

Jika tak ada yang mau bertekuk lutut kepadaku, maka aku akan bertekuk tulut di hadapannya. Dialah yang nanti jadi ibu dari anak-anakku yang manja, cantik, gagah, sehat dan cerdas.

Akulah si Dulah, penghayal sejati. Jatuh cinta sekali jadi korban sakit hati.

Akulah si Dulah, ....


Selesai.


Daftar list cerita lainnya
1. Dadang Kena Teror
2. Jalan Masih Panjang
3. Malam minggu, malam tanpa cinta
Diubah oleh kelayan00 16-09-2019 03:31
anasabila
someshitness
tien212700
tien212700 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
9K
110
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
kelayan00Avatar border
TS
kelayan00
#3
MALAM MINGGU, MALAM TANPA CINTA


Dadang merasa heran, tiga temannya, Asul, Maman dan Rudi datang ke rumahnya dalam waktu hampir bersamaan. Bukan heran atas kedatangan mereka, tapi heran karena malam Minggu biasanya mereka sibuk dengan pacar mereka masing-masing. Seandai ada yang datang palingan salah satu. Atau seandainya datang sekaligus bertiga, pastinya bukan malam Minggu.

"Udah janjian, ya?" tanya Dadang.

Mereka hanya senyum-senyum.

"Perasaan ini kan malam Minggu. Gak pada apel? Gak takut pacarnya ada yang ngapelin?" tegur Dadang lagi.

"Gw udah putus sama Erin," ujar Asul.

"Kenapa?" tanya Dadang.

"Masak gw disuruh ngerjain PR terus. Sejak pacaran, kalau ada tugas selalu nyerahin ke gw. Emang gw gak ada kerjaan lain. Emang gw tangan kanannya. Terus, tangan kanannya sendiri buat apa coba?" Asul tampak kesal.

"Kan lo sendiri yang mau. Dulu, waktu baru jadian, paling semangat kalau disuruh ngerjain tugas. Sekarang kok jadi mengeluh?"

"Nggak terus-terusan juga kali."

"Udah bosan, ya?"

"Sebenarnya gak juga. Cuman kesel aja. Kemaren pas dia nyuruh ngerjain tugas , nyari kliping tentang kerusuhan, gw tolak. Eh dia marah.  Dia bilang gw malas. Enak aja. Dibilang malas gw jadi tersinggung. Gw jadi marah. Langsung aja gw putusin."

"Terus apa kata dia?"

"Dia kaget. Dia diam. Dan....  "

"Dan apa .... ?"

"Putus," Sahut Asul sambil senyum-senyum.

Dadang kemudian menoleh ke Rudi.

"Lo putus juga?" tanya Dadang ke rudi.

"Iya, gw juga udah putus sama Ijah," sahut Rudi.

"Kenapa?"

"Ijah makannya banyak. Gak sanggup gw. Habis duit gw buat traktir dia."

"Cowok kan emang gitu. Ke mana-mana harus cowok yang traktir. Termasuk acara makan-makan."

"Kalau dia ngerti seharusnya gantian dong. Kan masih sama-sama minta ke ortu. Duit yang seharusnya cukup seminggu, tiga hari habis. Minta lagi, diomelin. Kuping gw sampe tebel gara-gara diomelin terus. Mending gw putusin si jago makan."

"Hahaha .... Dasar lo, lo emang pelit," Asul nyeletuk sambil tertawa.

"Gw gak pelit. Tapi kalau terus-terusan diplorotin, gw jadi mikir juga."

Kini Dadang menoleh ke Maman. Sejak datang tadi, wajahnya murung. Dia seperti gak mendengar percakapan mereka.

"Lo putus juga?" tanya Dadang kemudian ke Maman.

"Iya," sahut Maman pelan, terdengar sedih.

"Kenapa?"

"Gara-gara motor gw. Motor butut."

"Emang kenapa kalau motor butut?"

"Motor butut sering mogok. Kadang ban kempes, kadang minyak habis, kadang mati sendiri kalau kepanasan."

"Terus?"

"Kemaren pas lagi jalan, ban kempes. Terpaksa di dorong untuk mencari tukang tambal. Lumayan jauh mendorong. Nani ngikut dibelakang, jalan kaki. Panas. Keringat bermunculan. Gak ada suara apa-apa. Tapi gw tau dia pasti kesal. Tiba-tiba temannya muncul pake motor gede."

"Terus?"

"Terus dia ikut temennya. Sambil berteriak, "Ganti dulu motor lo, baru kita balikan!"

"Lo ditinggalin?" Asul jadi ikut tersinggung. Marah.

"Iya," angguk Maman.

"Dasar tuh cewek. Gak setia. Mata motoran!" Asul mengepalkan tinjunya seraya menggeram. Kayak singa ketemu mangsa.

"Apa tuh mata motoran?" tany Rudi sambil menahan geli.

"Mata yang ijo bila liat motor baru."

"Yah, udahlah. Gak usah mikirin cewek. Gak usah mikirin pacar. Khususnya malam ini," ujar Dadang menghibur teman-temannya. Lalu dia melangkah masuk ke rumah.

Tak berapa lama Putri, adik Dadang ke luar dengan membawa nampan. Sebuah teko yang berisi air teh hangat, dan empat buah cangkir. Nampan tersebut langsung dia letakan di meja yang ada di teras, di sekitar tempat Dadang dan tiga temannya sedang duduk.

"Cuman air, ya? Apa gak ada kuenya?" Rudi menggoda Putri.

"Ada. Kue kering, mau?"

"Boleh, asal yang dicemilin."

Putri masuk ke dalam rumah, lalu ke luar lagi dengan membawa dua buah piring kosong. Rudi dan yang lain melongo.

"Kok piring kosong? Mana kuenya?" tanya Rudi. Heran.

"Tadi kan udah saya bilang, kue kering. Ngerti nggak masuk saya?" Putri balik bertanya, lalu buru-buru masuk ke dalam rumah sambil menahan geli.

Tak berapa lama Dadang kembali ke luar dengan membawa sebuah gitar.

"Mending kita nyanyi, ya. Udah lama kita gak kumpul bareng."

Dengan diringi petikan gitar yang dimainkan Dadang, mereka pun mulai bernyanyi. Lagu pertama yang mereka nyanyikan berjudul Malam Minggu, Malam Tanpa Cinta. Ciptaan Dadang CS.

Selesai.


HOME
Diubah oleh kelayan00 16-09-2019 03:32
Surobledhek746
Surobledhek746 memberi reputasi
1